Friday, October 16, 2009

Pengecut Itu Sepert ini!!


"Bersuara, bertindak dan melawan atas nama kebenaran"


OCTHO- Tulisan ini mengajak kita untuk berpikir ulang, saat ini kita berada pada posisi apa, dan seperti apa? Menjadi pengecut dengan segala pengetahuan kita atau menjadi pahlawan dengan segala ketidaktahuan kita?

Saya sengaja menuliskan ini, agar kita bisa saling koreksi diri. Ada tiga versi pengecut menurut saya. bisa di baca di bahwa ini, semua tidak mutlak, namun saya katakan mutlak hanya karena memang demikian. Hanya karena pengamatan saya pribadi, bukan pengamatan orang lain.


Takut Bersuara


Pengecut yang pertama; takur bersuara. Dengan mata kepala Papuana melihat sendiri kebenaran dibungkam untuk menjajafh yang lemah. Kebutuhan hidup yang menuntut, disertai hawa nafsu penguasa yang semakin menjadi-jadi membuat mata hati mereka buta. Semua bermula dari kepentingan mereka diatas tanah Papua. Kepentingan itu meliputi; kepentingan perut, kepentingan harta, kepentingan uang dan kepentingan-kepentingan lainnya yang ada di atas tanah Papua.

Papuana sadar, ini sebuah dosa. Dosa yang “penjilat” lakukan kepada TUHAN, kepada manusia Papua, serta kepada tanah Papua. Papuana sadari itu tindakan biadab serta tidak berbudaya. Papuana tahu itu, bahwa tindakan ini telah melecehkan hak-hak dasar masyaratnya. Bahkan Papuana juga telah mengerti betul tentang kebenaran, serta hakekat dari kebenaran itu sendiri.

Papuana seharusnya membuka mulut untuk menyuarakan mereka. Papuana harus bertanggung jawab, dengan segala kebenaran yang sengaja “penjilat” bungkam untuk mengambil segalanya yang ada di Papua. Dan Papuana juga harus berusaha membuka mulut masyarakat lainnya untuk bersuara, nyatakan, sampaikan serta ucapkan bahwa kebenaran adalah kebenaran.

Namun ketika Papuana tidak melakukan apa-apa alias takut berbicara, Papuana mungkin lebih jahat dari “penjilat”. Menikmati kehidupan diatas pengetahuaannya tentang kejahatan terselubung yang penjilat lakukan di atas tanah Papua. Papuana harus bersuara, Papuana harus bicara dan Papuana harus berteriak dengan segala kemampuan, nyatakan bahwa kita harus jaungkan kebenaran. Papuana harus berteriak terus, jika saja “penjilat” bikin telinga mereka sok tuli. Itu tugas Papuana. Saya akan bilang Papuana PENGECUT jika Papuana tetap pada jalannya, dimana tidak bersura ketika suara itu sengaja di redupkan oleh penjilat dan penguasa yang biadab.


Takut Bertindak

Pengecut yang kedua; takut bertindak. Papuana mungkin tau persis bahwa, hanya sebatas omongan tidaklah mampu menjawab sebuah kebutuhan, yang kiranya telah menjadi harapan terdalam dari setiap orang Papua. Papuana juga telah paham, bahwa teori dan praktek harus dahulukan praktek yang paling utama. Karena praktek sudah tentu melaksanakan amanat pemikiran, sedangkan teori masih menggagaskan sebuah pemikiran.

Papuana tau salahnya berteori melulu. Papuana juga mengerti bahwa penjajah lebih kejam, lebih jahat, serta lebih licik dari roh halus sekalipun. Papuana juga telah paham, bahwa tidaklah etis, bila melihat lumuran darah dan potongan tubuh manusia Papua yang tidak berdosa, darah daging itu terkucur serta tergeletak diatas tanah kelahiran mereka sendiri. Kadang darah daging itu menjadi santapan binatang buas, santapan elang ganas, serta menjadi makanan serigala hutan.

Papuana tidak boleh lipat tangan, serta membatas langkah bertindak. Papuana harus bertindak, nyatakan bahwa itu salah, itu dosa, dan itu tindakan biadab. Papuana harus ngomong, utarakan keberatan, bila perlu rancang sebuah “tindakan”, yang sistematis, tindakan yang membalas apa yang jahat dengan yang jahat-pula. Omong kosong kalau kejahatan harus dibalas dengan kebaikan. Sampai kapan-pun, tindakan kasih tidak akan pernah merubah, maupun menyelesaikan nasib suatu kaum.

Papuana jangan takut bertindak. Tindakan yang Papuana ambil adalah jalan yang paling tepat, dan jalan yang memang betul-betul tepat. Papuana berjalan, berkumpul, serta melakukan tindakan, tanah Papua tahu semua keringat, usaha, dan kerja keras itu. Tanah Papua akan mendukung tindakan yang Papuana ambil. Segera siap “pemberontakan” siapkan semua kemampuan, buat sebuah “tindakan” yang sistematis.

Tetapi tanah Papua akan bilang bahwa Papuana sangat biadab dan lebih dari PENGECUT, ketika Papuana hanya tutup mata, tidak merancang sebuah tindakan, tindakan yang menyelematkan. Tindakan yang mengubah nasib suatu kaum, kaum Papua. dan Papuana harus ambil tindakan yang bisa Papuana ambil, jangan ambil tindakan diluar batas kemampuan Papuana, karena hal ini sendiri kadang menjadi bumerang bagi diri sendiri dan orang banyak.

Takut Melawan

Pengecut yang ketiga; Takut melawan. Lawan dan lawan, jika Papuana sadar bahwa semua tindakan “penjilat” sangat-sangat berbahaya untuk masa depan rakyat Papua. Kita telah sadari, Papuana tidak memilki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan mereka, namun bukan berarti Papuana harus menyerah dengan keadaan, seraya tidak bertindak untuk sebuah perlawanan.

Perlawanan yang Papuana dan rakyat Papua susun haruslah memberi manfaat kepada seluruh masyakat Papua. Yang di maksud dengan memberi manfaat itu sendiri, gaung dari pada perlawanan yang disusun haruslah memberi dampak dan pengaruh yang menyeluruh kepada seluruh orang Papua, serta masyarakat Internasional.

Papuana yang betul-betul percaya akan sebuah perubahan, tidak pernah berkompri dengan “penjilat” apalagi sampai duduk makan satu meja dengan penjilat. Papuana harus sadar, gaung dari dialog, perundingan serta sejenisnya yang di katakan sebagai solusi untuk rakyat Papua tidak akan mengubah nasib kita. Nasib rakyat Papua hanya akan berubah, jika ada perlawanan yang bersikukuh dengan “penjilat” itu sendiri.

Perlawanan dengan kedepankan kasih hanyalah sebuah “jargon” omong kosong yang di buat untuk menjinakan Papuana. “penjilat” memang pandai dari menjinakan, serta meninabobokan Papuana dan rakyat Papua. Mengatakan bahwa selesaikan persolan Papua dengan kedepankan kasih, padahal atas nama kasih itu rakyat Papua di bungkam, untuk tidak bicara, tindak bertindak dan tidak melawan. Ini sekali-kali tidak boleh kita terima, karena kasih hanyalah tameng untuk sebuah penjajahan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Papuana harus melawan, harus melawan, dan sudah harus lawan. Lawan karena kita benar, lawan karena kita jadi korban, lawan karena kita sedang di rampok. Kebenaran hanya akan nampak jika kita berusaha membuktikkan bahwa itu benar. Usaha itu sendiri seperti yang telah saya maksud diatas, bersuara, bertindak, serta seraya melawan, itu usaha untuk membuktikannya.

Tetapi tanah Papua akan bilang Papuana pengecut. Jika saja Papuana menutup diri, tidak menunjukan kekuatan, tidak menyatakan bahwa kita mampu melawan. Tanah Papua benci dengan Papuana yang punya nyali kerdil. Tanah Papua akan berpikir, bahwa Papuanan bukanlah orang Papua jika saja menutup mata diatas segala penderitaan itu. Semoga kita sadar, dan tidak menjadi pengecut yang menutup mata hati kita, termasuk pikiran kita untuk bertindak dan melawan.

Tanah Papua juga benci dengan Papuana yang berlagak pahlawan, pemimpin, bahkan penyelamat rakyat Papua, dan atas nama itupula mereka di besarkan oleh komprador. Papuana mungkin akan memberitahukan, menyatakan, serta mengatakan bahwa benar itu benar, salah itu salah.

Untuk mewujudkan kebenaran itu, semoga saja ada Papuana yang bertindak untuk melakukan sebuah “penculikan” kecil-kecilan, mungkin seperti peristiwa G30SPKI. Ini sebuah impian, yang mungkin saja akan terwujud, jika saja perjuangan untuk membebaskan rakyat Papua hanya jadi topeng untuk melindungi, memelihara bahkan memperkaya diri sendiri. Semoga kita insaf, apa selama ini kita menjadi pejuang murahan alias seorang pengecut, atau kita sedang sungguh-sungguh berjuang untuk masyarakat akar rumput yang menjadi korban kekeleman masalah lalu.

Papuana= orang asli Papua, terutama Pemuda-pemuda Papua yang menjadi Aktivis dan sedang berjuang untuk mengukap sebuah kebenaran.



headerr

Baca Selengkapnya......

Wednesday, October 14, 2009

Idealisme dan Sa Pu Jalan Untuk “mama Papua”


OCTHO-
Beberapa hari belakangan ini, sepertinya kemurniaan idealisme sa betul-betul diuji oleh berbagai peristiwa besar. Idealisme meminta agar sa tetap berada pada pendirian sa, dengan mengabaikan segala rayuan gombal. Bahkan dengan paksa mengajak sa untuk tidak berkompromi dengan mereka para penjilat.

Banyak telepon, SMS bahkan teguran yang berdatangan, semua menguji kebenaran idealisme sa. Hingga tidak heran, setiap minggu sa selalu ganti nomor Handphone trus. Jadi teman-teman yang merasa kecewa dengan ulah sa (ganti-ganti nomor) tolong di maafkaan yah, ini persoalan utamanya. Sa bukan takut mereka, namun sa tidak ingin tergiur dengan segala “bisikan” jahat mereka, itu saja alasannya.

Sa memang klaim idealisme sa sebagai suara hati nurani rakyat kecil. Sa selalu katakan, sa bersuara untuk kebutuhan mereka, sa bersuara sampaikan tangisan mereka, sa juga berteriak menyambung teriakan mereka. Sa selalu katakan itu, karena memang itu yang sa liat, sa dengar, serta sa juga rasakan sendiri, dan hal itu pula yang menjadi suka duka, serta tawa canda sa selama perjalanan ini.

Dan sa selalu katakan, bahwa sa berdosa sekali, ketika melihat semua itu, sa menutup mata, seraya bersenang-senang diatas penderitaan mereka, dan bersuka ria diatas kekurangan sa sendiri. Tidak, hal ini tidak boleh sa biarkan. Kalau sa biarkan ini, bukankah sa lebih dari serigala yang telah siap menerkam mereka. Sa benci dengan komprador, sehingga keputusan batin saya mengatakan, bahwa mereka harus di lawan. Yah, saya akan siap melawan mereka, melawan untuk kebebasan, melawan untuk jawab tangisan, serta melawan untuk juangkan kesetaraan hidup yang lebih baik lagi bagi rakyat Papua.

Idealisme mengajarkan sa untuk tetap nyatakan benar jika benar, nyatakan salah jika salah. Dan sa tau, apa yang sedang sa bicarakan, sedang sa sampaikan, serta sa usahakan itu bukan kepentingan sa semata, bukan untuk kesenangan semata sa, bahkan bukan menambah pendapatan sa, malahan semu itu membuat sa was-was, membuat sa ragu-ragu, semua itu membuat sa harus ekstra curiga, dan membuat sa keluarkan banyak hal, termasuk pikiran yang “gila” untuk pembebasan sekali-pun.

Dalam setiap waktu, ketika bertemu dengan orang-orang yang bisa sa percaya, sa selalu katakan kepada mereka, berdoalah untuk sa, kalau sekali waktu sa tra dha sama-sama dengan kalian dalam waktu yang lama tanpa kabar, mungkin kalian bisa tanyakan kepada “mama Papua” kemana sa di bawah, mungkin dia akan menjawab, sa telah di makan seriga yang ganas dengan kerja sa.

Dan satu yang sa harap dari kalian (teman-temanku) jika memang betul sa telah tiada, bicara serta tuntutlah pertanggung jawaban dari “mama Papua” dan tanyakan kepadanya “mengapa kau biarkan dia di makan serigala yang menggangu ketenangan kami? Apakah kau tidak ingin sebuah kebebasan? ataukah kau bermain mata dengan serigala? Setelah kalian tanyakan padanya, bukan berarti kalian menyerah dan seraya berbalik arah untuk tidak juangkan hak-hak “mama Papua” lagi, tetapi tetap tegar juangkan hak-hak mereka.

Tawaran dan tuntutan kalian kepada “mama Papua” hanya beri gertakan kepadanya, agar lebih bertanggung jawab kepada generasi muda Papua lainnya yang sedang berjalan gantungkan hidup untuk sebuah kebebasan yang bersifat kekal untuk seluruh rakyat Papua. sa yakin, saat itu “mama Papua” akan lebih giat dan serius lagi melindungi anak-anaknya.

Sa memang berjalan untuk menjadi mangsa mereka. Sa bukan sengaja menyerahkan diri, bukan sengaja cari gara-gara, bahkan bukan tidak senang dengan umur panjang, namun itulah takdir, dan sa di lahirkan untuk mengubah takdir itu. Dan sa juga di lahirkan untuk mengubah takdir itu, takdir yang kiranya akan memberikan harapan terbesar untuk sebuah kehidupan yang lebih menjanjikan lagi.

Sa juga selalu katakan, dorang mau “santap” sa nih tinggal tunggu waktu saja. Karena sa pu HP, Laptop, beberapa surat, serta tas barang milik sa yang tidak berdosa saja selalu hilang, mereka ambil dengan cara-cara biadab. Coba bayangkan, Laptop milik pribadi saya, sudah dua kali hilang, dalam selang waktu yang tidak begitu lama, biadab dan jahat bukan? Tidak ada kecurgian saya pada siapapun, selain curiga pada serigala yang beberapa waktu lalu telah membangun pangkalan ojek persis di tempat saya tinggal. Saya selalu katakana ini sebuah keanehan. Dan memang mereka demikian, sangat-sangat aneh.

Semua itu terjadi bukan karena sa tidak bisa jaga barang, bukan karena sa tukang lupa, bukan juga karena sa orang yang hidup sembrono, tapi semua itu untuk memenuhi kebutuhan para serigala lapar. Dorang butuh kepastian tentang saya, dorang butuh data tentang sa, dan dorang butuh strategi jitu untuk ambil sa. Sa tau, mungkin tinggal tunggu waktu, yang tau hidup sa, yang tau jalan sa, serta yang akan tolong saya hanya TUHAN dan “mama Papua” yang sedang sa gantungkan diri. Ini menjadi dorongan terkuat dalam hati saya. pedang yang bisa buat sa jalan trus serta obat yang bisa tenangkan “sakit hati” sa, hanya kuasa TUHAN, dan pertolongan “mama Papua”.

Satu hal yang selalu buat sa benci, karena sa pu sobat-sobat kadang muda di pakai oleh serigala. Ajakan, pemberiaan, serta jaminan yang mungkin serigala berikan pada mereka sudah cukup untuk kadang dorang “jual” teman sendiri, dalam hal ini sa sendiri. Sa kecewa, marah, bahkan sedikit reseh dengan keberadaan mereka, namun apa guna, semua itu yang di sebut dengan kehidupan. TUHAN Yesus, yang punya kuasa penuh untuk melakukan apa saja di jual oleh murid terdekatnya, apalagi kita manusia yang belum sempurna, bahkan tidak mungkin sempurna ini?

Idealisme juga mendidik sa untuk mendidik orang lain yang nasib tidak menentu seperti sa. Dan sa tau, itu tugas utama sa, dan sekaligus tugas ringan yang sa dapat tempuh, walau kenyataan tidak seringan seperti yang sa sedang pikirkan. Sa didik mereka, sa ajar mereka, sa beri pemahaman kepada mereka, karena sa juga ingin mereka dapat tampil di depan umum (bukan di lapangan saja) untuk juangkan hak-hak “mama Papua”.

“mama Papua” butuh sekian banyak orang Papua, terutama generasi muda untuk bersuara juangkan hak-hak mereka. “mama Papua” akan senang, bangga, bahkan tertawa menangsi terharu jika melihat banyak pemuda Papua berdiri tampil, duduk berpikir, serta bertindak sesuai peran kerja dengan satu tujuan utama, juangkan hak-hak yang telah lama di rampas penguasa.

Walau “mama Papua” tak beri salam, tak beri ucapan bahagia, walau tak beri dukungan berupa materi, namun kiranya dukungan moril, termasuk dukungan yang mereka berikan, sudah bisa menjawab kekosongan dan kehampaan pemuda Papua yang sedang juangkan hak-hak itu. Sa mungkin ingin sampaikan pesan mereka, tetap maju, karena yang sedang kita juangkan adalah kebenaran. Dan kebenaran itu mutlak benar. Kebenaran bisa di salahkan, bisa di sepelehkan, tetapi tidak bisa di kalahkan.

Sa salah satu orang yang sangat gembira dan bahagia dengan pekerjaan saya saat ini. Dimana juangkan hak-hak “mama Papua” dengan tulisan. Tulisan yang bersifat penyadaran, membangun pemahaman, membangnn persepsi, serta menanamkan benih semangat nasionalisme untuk sebuah bentuk perlawanan yang lebih besar, dan lebih kompleks secara menyeluruh. Sa tau, ini bukan kerjaan yang mudah, apalagi sa sendiri cukup belia.

Dan secara jujur sa mau katakan, bahwa sa lakuakan semua itu. Sa lakukan karna sa cinta rakyat kecil, sa cinta rakyat jelata, serta sa cinta sebuah kehidupan yang membebaskan. Sa tidak berbicara lebih-lebih, karena hanya “mama Papua” yang mengetahui apa yang sedang sa juangkan, walau perjuangan itu tidak ada yang mencatat, tidak ada yang mempromosi, bahkan tidak ada yang buka mata besar-besar untuk melihatnya.

Sa menulis ini, bukan berarti sa minta supaya dorang hitungkan sa, bukan supaya dorang catat sa pu nama, dan bukan dorang buat sa terkenal. Sa menulis ini, supaya orang lain bisa tau, ini jeritan terdalam dari hati kecil. Dan sa tidak mau disebut pahlawan ketika mereka (penduduk asli Papua) sedikit gembira, sedikit tertawa, bahkan sedikit bernapas lega. Sa ingin orang lain beri julukan mereka pahlawan, karena mereka memang pahlawan Papua, sekali lagi sa mau katakan, mereka adalah pahlawan PAPUA.

Kenapa sa bilang mereka pahlawan, karena walau mereka dalam lembah kekelaman, ancaman pemusnahan, ancaman singa-singa lapar, serta intaian seringa lapar, namun mereka masih tegar hidup, mereka masih tegar bersuara walau suara itu bentuk bisikan, sa tau mereka mau bersuara keras, tapi takut di makan singa lapar yang sedang membuka mulut besar. Ini sebabnya, sa bilang mereka adalah pahlawan, mereka adalah pusara tak bernama, mereka adalah pahlawan, PAHLAWAN, PAHLAWAN, PAHLAWAN………

Sa saat ini berjalan dengan sebuah idealisme yang membenci komprador, walau rakyat Papua sekalipun. Tapi kebencian sa tidak pernah surutkan semangat sa untuk tetap memberikan pemaham kepada mereka, dan nyatakan benar jika benar, dan nyatakan salah jika itu memang salah. Tidak ada yang menunggangi saya, tidak ada yang setir saya, tidak ada yang membentuk sa untuk benci dengan mereka, tetapi sa memang lahir untuk bersatu dengan “mama Papua” yang telah terlanjur di lecehkan. Dan sedang juangkan hak itu, untuk membalik pelecahan itu, sekaligus mengubah berbagai imits buruk terhadap rakyat Papua.

Goresan ini merupakan teriakan terdalam batin saya untuk sa sampaikan kepada siapapun yang peduli dengan persoalan Papua, peduli dengan pemuda Papua, serta peduli dengan peribadi sa sendiri. Tidak ada yang sa harapkan dengan goresan singkat ini, yang sa harapakan, adalah pembaca bisa mengerti posisi Papua, posisi pemuda dan posisi sa sendiri saat ini.

Sa tidak bermaksud menulis untuk membanggakan diri, tapi sa harap dari teman-teman sekalian adalah kita sama-sama bangun dari tidur, berjalan, melihat, mengamati, ikut merasakan, serta seraya bertindak untuk sebuah perubahan. Tidak perlu bermimpi melakukan hal-hal besar, namun pikirlah dari apa yang bisa kita buat untuk sebuah perubahan, seperti yang sedang sa lakukan saat-saat ini. Dimana memulai dari menulis, walau hal ini juga kadang sa rasakan sangat-sangat sukar. Akhir kata, terima kasih eehhh, su mau baca sa pu “teriakan hati” ini. Sa bangga miliki teman-teman seperti kalian.


Ket*
Penjilat= Indonesi dan antek-anteknya
• Mama Papua=- Tanah Papua
• Pahlwan= Pejuang kebebasan rakyat Papua yang masih tabah bersuara
• Seriga= Intaian BIN/BAIS dan sejenisnya
• Komprador= Kaki tangan Pemerintah Indonesia


Tulisan ini hanya sebuah gambaran perjalanan hati sa, hati yang berjalan di bawah tekanan, ancaman, intimidasi bahkan berbagai teror sekalipun. sa tetap akan bilang, sa juga akan katakan, dan sa juga akan menyuarakan dengan suara lantang, bahwa kebenaran harus di perjuangkan.


Sumber Foto Koleksi Pribadi.




headerr

Baca Selengkapnya......

Tuesday, October 13, 2009

Obrolan Singkat, Gambaran Kekecewaan

OCTHO- Dibawah ini obrolan singkat saya bersama seorang aktivis perempuan dari Papua. Dia merasa kecewa dengan kinerja pemimpin-pemimpin perjuangan Papua Merdeka, yang usahanya tak kunjung buahkan hasil, padahal banyak janji manis telah mereka obral kepada masyarakat Papua.

Semoga dengan membaca obrolan ini, kita mendapat sebuah kesimpulan, bahwa perjuangan kita belum-belum sempurna, dan selagi belum sempurna itu, kita sedang bermimpi untuk sebuah kebebasan. Dan maaf kalau saya juga mau katakan, bahwa kita sedang merabah-rabah, dengan mata yang tertutup. Untuk wanita perkasa dari Papua, terima kasih atas waktunya untuk Chat dengan saya VIA-YM pada saat itu. Selamat membaca.


Saya;
mcm2 tra dha kbr kha, knp baru OL nehhh?

NN:
wakakkakazz.....
pa kbr?

Saya:
baek22222.....
koe???

NN:
bae jg...
kbr Papua bgmn?
mcm de pu cerita gantung kha????

Saya:
cerita apa???

NN:
tra mcm tra sa kbr tentang papua lg jadi...
Saya:
sa akhir2 ini jg mcm su malas nulis kha, coba liat, tulisan bln ini sj di sa blog kosong sekaliiii
sa hanya menunggu waktu nehhhh

NN:
seepp....
tp jang tunggu wktu nan waktu yg makan kita lg...
sa bingugn juga deng bnyak cerita ttg Papua....
mcm mkin rumit kha???
ato cm sa pikiran sj e???
Saya:
yng plng rumit nurut koe apa??
mungkin sa bisa kase muda sedkit

NN:
bingung mo dengr cerita yg mn??? tra da tokoh Papua yang bisa diandalkan untuk mempertanggung jawabkan semua kegiatan2 yang di lakukan di hutan maupun aksi masa...
tidak ada yang mengomandoii
sehingga kita bisa satu suara...
bersatu...
maisng2 aktivis Papua memperjuangkan pendapatnya masing2...
seakan2 perjuangan ini seperti orang yang mau pasang tender di suatu perusahaan..
masing2 dengan mengandalakan kemampuannya sendiri.... tanpa arah yang jelas
mau dibawa kemana Bangsa Papua ini...
lam2 seeprti kapal yang kehilangan arah kha...
sa rasa mcm bgitu sdh...
sorry klo sa terlalu cerita banyak..

Saya:
akhir2 ini, saya mendengar terlalu banyak rasa keluhan
kekesalan, kebosanan, kejenuhan, serta tangisan
yng intinya seperti yng kau sampaukan saat ini
mereka bingung,
Papua ini akan jai bagaimana
kl masing2 fraksi
pimpinan
serta organ2 tetap tahan dorang pu ego
tp sa selalu katakan
konsekuensi dari perjuangan haruslah demikian
untuk mencapai sebuah titik,
kita perlu satukan sekian banyak ide, gagasan, karakter, watak, bahkan serta satukan hati
dan ini memang ini yng sedang kita juangkan,
sa juga selalu bilang,
lebih baik mundur, seraya berbenah, dan maju lagi, ketika tak mampu lagi, tarik diri, undur lagi, dan rasa mampu, maju lagi untuk berjuang lagi
dan ini yng di katakan sebagai kehidupan,
bukan ketika tidak puas, kecewa, jenuh, bahkn bosan,
langsung tarik diri
seraya melupakan idealisme awal
yang telah tumbuh kembangkan pemikiran kita
dan saya rasa itu sangat2 wajar,
sayapun mengalami hal yng sama seperti koe, walau sa sendiri masi terikat
ada rasa jenuh, bhkn sa sendiri pernah blng ama Tuhan, panggil aku cepat, kl memang titik terang akan sebuah kebebasan tidak pernah kau tunjukan
sampai saat ini, tidak ada jawaban yang TUHAN BERIKAn
saya tau, ada titik terang yang dia ingin tunjukan dengan masa depan papua, namun belum ada orng yng di tunjuk untuk menemukan titik terang itu
dan saya berharap saja, ada orng asli PAPU yng di utus untuk menemukan titik terang itu,
terang yang mana membawah sebuah kebebasan kekal bagi segenap rakyat PAPUA
itu mungkin dari saya sodara bagusss

NN:
seepp...
trims....
mcm sa pu harapan
jjadi segar lg..
harapan yang harus diperjuangkan..
yakin semua itu ada wakunya...
Trimss e....

Saya:
Ok, memang tugas kita untuk saling menguatkan, mengingatkan, serta saling mengakat
Jika ada yng jatuh

NN:
Gbu

Saya:
Too…


headerr

Baca Selengkapnya......

Monday, October 12, 2009

Pleno Sempat Ricuh, Dua Kandidat Lolos Putaran Berikut

OCTHO- Bertempat di gedung serba guna, Guest House Nabire, Sabtu (10/10), KPUD Kabupaten Nabire melakukan pleno sekaligus membacakan hasil pleno dalam menentukan calon bupati dan calon wakil bupati yang akan lolos pada putaran berikutnya.

Awalnya pleno penetapan ini di rencanakan di mulai pada pukul 15.30 wit, namun karena berbagai alasan, serta halangan, KPUD Nabire menundanya hingga pukul 18.00 wit. Ini sebuah kesalahan kecil yang sebenarnya tidak perlu di lakukan, mengigat agenda Negara yang sedang di kerjakan.

Setelah menunggu kesiapan, serta hasil kesepakatan KPUD Nabire berserta Eksekutif dalam hal ini penjabat Bupati Kabupaten Nabire, maka hasil pleno yang di susun dalam sebuah berita acara segera di bacakan oleh Ketua KPUD Nabire, Yusuf Kobepa, SH.

Ketika akan membacakan hasil pleno yang di susun dalam berita acara, sempat mendapat berbagai intruksi dari berbagai peserta, saksi, serta ketua tim kandidat yang mendapat undangan untuk hadir. Dan semua intruksi yang di berikan itu membuat KPUD Nabire harus berpikir ulang dalam penetapan calon kandidat yang akan lolos pada putaran berikutnya.

Intruksi yang membuat hadirin tersentak, bahkan kaget adalah yang datangnya dari masyarakat pesisir pantai, dimana meminta agar bupati dan wakil bupati haruslah putra daerah dari Nabire. “kami minta dengan hormat KPUD Nabire harus mengambil kebijkan, dimana menetukan serta menetapkan orang asli pesisir untuk duduk di kursi ini. Kalau tidak, kami akan boikot pilkada Nabire” demikian seruan singkat dari perwakilan masyarakat pesisr yang membacakan lima butir pernyataan.

Atas usulan Panwas Pilkada nabire, Martinus Makay SH, maka KPUD Nabire meminta waktu 10 menit kepada calon, hadirin serta undangan dalam menyelesaikan tuntutan serta pernyataan yang mereka lontarkan. “kami minta waktu kurang lebih 10 menit untuk menentukan hal ini, saya akan konsultasi dengan KPUD Provinsi dan KPU Pusat” ungkap Ketua KPUD Nabire Yusuf Kobepa, SH sembari meninggalkan ruangan pertemuan.

Ikuti Aturan

Setelah beberapa saat KPUD Nabire melakukan pembicaan yang mana sempat cukup alot juga, akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu segera tiba juga. Dimana beberapa anggota KPUD bersama ketua telah mengambil tempat di depan, dan siap untuk membacakan hasil pleno yang telah mereka tetapkan.

Pada intinya KPUD Kabupaten Nabire tetap berprinsip, dimana akan mengikuti segala aturan yang telah di tetapkan oleh undang-udang. “kami KPUD sudah mengatakan, bahwa kami akan tetap berpegang pada aturan yang berlaku di Negara ini. Dan saya kira bapak/ibu yang hadir dalam ruangan ini telah mengerti hal itu” pungkas ketua KPUD Kabupaten Nabire sebelum membacakan hasil pleno.

Sesuai kesepakatan kami, maka dari KPUD Kabupaten Nabire tetap memutuskan untuk tetap mengikuti peraturan yang telah ada. “ dengan demikian, kami memutuskan untuk pasangan nomor urut 01 atas Isaias Douw dan Mesakh Magai dan Pasangan nomor urut 08 atas nama Ayub Kayame, dan Yosina Manuawarun untuk lolos pada putaran yang selanjutnya” tegas ketua KPUD Nabire, Yusuf Kobepa di iringi dentuman palu tanda persetujuan.

Walau mendapat berbagai tanggapan miring alis negative dari para saksi serta hadirin dari kandidat yang tidak lolos, namun keputusan KPUD tidak bisa di kembalikan lagi. “kalau mau gugat supaya keputusan KPUD di batalkan, silakan ajukan keberatan kepada Mahkama Konstitusi, tapi dengan syarat apa yang menjadi materi gugatan harus jelas”, pungkas ketua KPUD Nabire, ketika memberikan penjelasan kepada wartawan.

Dalam agenda KPUD Nabire, putaran dua akan berlangsung pada tanggal 30 November, itupun kalau tidak terhambat oleh berbagai hal. "putaran kedua bisa di pastikan tanggal 30 bulan depan, kita tunggu saja perkembangan selanjutnya," pungkas salah satu anggota KPUD Nabire.

Sampai berita ini di turunkan, masih banyak warga yang tidak tau kapan waktu pelaksanaan coblos putaran kedua. Kita tunggu saja, bagaimana jadi pilkada Nabire kedepan, semoga memberi manfaat untuk masyarakat akar rumput. Dan pemimpin terpilih nanti bisa mengarahkan Kabupaten Nabire untuk menjadi daerah yang lebih baik lagi.

Sumber Gambar: http://pogauokto.blogspot.com/2009/01/pilkada-nabire-tertunda-dosa-kpud.html





headerr

Baca Selengkapnya......

Sunday, October 11, 2009

Kepada Pemimpin di Papua, Jangan Membunuh Perjuangan

OCTHO- Akhir-akhir ini banyak rakyat Papua, bahkan aktivis sekalipun yang menyatakan kejenuhannya terkait persoalan Papua yang semakin hari semakin rumit, bahkan kadang titik temu dari pada persoalan itu sangat sukar untuk di temukan. Ini sebuah realita yang terjadi belakangan ini di Papua

Sebenarnya yang mengagaskan sebuah kejenuhan itu adalah dari kalangan internal pejuang Papua sendiri, terlebih khusus dari mereka (orang-orang tua) yang berlagak pahlawan, supermen, kstaria, bahkan berlagak menjadi seorang nabi, ulama serta TUHAN sekalipun yang akan menyelamatkan, menentukan, serta menggaskan masa depan Papua yang lebih baik.

Dewan Adat Papua (DAP), Kinerja mereka saat ini berjalan tidak semestisnya, alias terkatung-katung karena sudah terlanjur cerburkan diri ke rana politik, yang sekaligus melemahkan tingkat kepercayaan birokrasi, bahkan masyarakat Papua yang berpikir dewasa dan telah mengerti bagaimana seharusnya kinerja DAP.

Saya bisa katakan kinerja yang begitu tolol, ketika DAP selalu mengklaim berbagai hal, khususnya yang berbau politik rakyat PAPUA di muka publik. Karena perlu di ketahui, tugas dan wewenang DAP bukan memperjuangkan hak-hak dasar rakyat PAPUA dalam politik, tapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan rakyat PAPUA yang lebih sejahtera, dengan tujuan terselubung yang lebih mulia, yaitu mendorong sebuah kebebasan itu.

Sekarang kaki, tangan bahkan mulut dari DAP diikat, tidak berdaya, tidak mampu, tidak bisa bicara, bahkan terpasung di atas segala kegombalan, ketedoran serta kelancangan. Ini tidak boleh terjadi, DAP harus berbenah, seraya memperbaiki langkah-langkah kerja yang sudah tentu mengubur semangat perjuangan.

DAP mempunya peran terpenting yang tidak boleh diabaikan, yaitu penguaatan basis alias memberikan pemahaman yang mendalam kepada rakyat Papua tentang akar persoalan PAPUA yang sebenarnya. Ini kerja-kerja terselubung, yang dampaknya bisa mempengaruhi seluruh akar rumpur masyarakat Papua. Dan impian besar untuk revolusi bisa terjawab, ketika hal ini sangat serius di perhatikan.

Selain DAP, ada lagi yang mengacaukan perjuangan rakyat Papua. Banyaknya fraksi-fraksi, organ-organ serta LMA yng berlagak serta mendapat mandat penuh dari rakyat untuk memperjuangkan hak-hak politik rakyat PAPUA. Mereka malah membut kericuhan yang lebih parah dalam mewujudkan impian rakyat Papua yang sebenarnya.

Padahal seharusnya tidak demikian. Hanya PDP yang mendapat tanggung jawab itu setelah kongres yang berlangsung di numbay lalu. DAP juga sama mendapat mandat itu, namun tidak untuk yang berbau politik. Kalau politik praktis tidak jadi soal, tapi jangan politik terbuka, apalagi klaim-klaim di media masa.

Setelah PDP mendapatkan mandat, kerja awal-awal saat itu cukup bagus, dan bisa di katakan cukup sukses, bahkan yang lebih hebat lagi, kala itu mereka bisa menemui Habibi. Tapi saat ini semua itu tinggal kenangan. Moment penting untuk sebuah kebebasan tidak di manfaatkan oleh pejuang PDP yang mendapatkan tanggung jawab pernuh dari rakyat.

Malahan saat ini struktur, serta pimpinan-pimpinan PDP sendiri telah banyak yang kelabuhi sebuah perjuangan, dengan dalih utusan serta perwakilan rakyat akar rumput. Bahkan yang lebih heran lagi, ada lagi yang ikut-ikutan untuk juangkan hak-hak politik rakyat Papua dengan konsep dialog. Padahal arah, tujuan, serta akhir dari dialog alias perundigan yang mereka tawarkan (padahal Jakarta telah lebih dulu tawarkan) sangat-sangat tidak jelas.

Jangan sekali bermain-main dengan musuh. Karena percuma bicara berjuang, kenyataan mencintai musuh, menyayangi musuh bahkan ada juga yang meninabobokan musuh dalam penderitaan rakyat Papua. Ini tidak boleh terjadi, PDP harus berpikir ulang, jangan membuat harapan, tanggungan, serta kepercayaan yng rakyat Papua berikan pupus dan sirna begitu saja, dengan kepentingan pribadi yang tidak begitu menjanjikan.

Fraksi-fraksi yang muncul saat-saat ini juga semakin bingungkan rakyat Papua. Seperti. Ada WPNCL, ONPB, serta masih banyak lagi. percuma saya sebut dorang pu nama organ satu persatu, nanti buat mereka kepala besar kecil saja, dikira mendapat pengakuan untuk perjuangkan hak-hak politik rakyat PAPUA.

Kehadiran fraksi-fraksi yang dengan dalih dapat kepercayaan dari rakyat buat orang Papua semakin bingung, bahkan kaum intelektual sekalipun. Jangan kaget, karena saling klaim yang berlebih dari tiap fraksi yang ada soal dukungan rakyat Papua untuk perjuangan, hingga banyak yang merasa jenuh, bosan, bahkan mandeg dengan kata MERDEKA. Ini sebuah realita alias kenyataan yang tidak bisa kita sepelakan.

Karena berbicara perjuangan bukan milik organ-organ seperti PDP, DAP, serta LMA yang ada. Dan selain itu juga bukan milki fraksi2 (WPNCL, ONPB, dll) tapi perjuangan, serta kebebasan milik semua rakyat PAPUA, termasuk rakyat akar rumput yang tanggung jawab serta kepercayaannya selalu salah digunakan oleh elit perjuangan Papua.

Saya tidak menghakimi pemimpin-pemimpin Papua sekalian dengan refleksi ini, karena yang akan jadi hakim hanyalah TUHAN ALLAH rakyat Papua sendiri. Dan saya juga tidak menuduh organ-orgna yang salah berjuang dengan mengorbankan rakyat Papua sebagai biang kehancuran, walau kenyataannya demikian.

Bahkan saya juga tidak menyalahkan pembentukan fraksi-fraksi perjuangan untuk sebuah kebebasan rakyat Papua, karena tujuan yang di capai dengan terbentuknya fraksi-fraksi itu menurut pribadi saya sangat-sangat mulia, yaitu untuk sebuah kebebasan dalam waktu kedepan yang lebih baik lagi.

Yang saya tekankan dengan refleksi ini, buang jauh-jauh egoisme setiap organ-organ, fraksi-fraksi serta pemimpin Papua sekalian. Karena ketika sifat ego muncul, berarti salah kalian, dimana membunuh sebuah perjuangan yang sebenarnya. Karena sekian banyak rakyat Papua, termasuk intelektual jadi korban dengan ulah, serta kebegisan tindakan yang kalian ambil. Walau kenyataan saat ini, banyak yang terbunuh dengan obrolan bual yang kalian ambil.

Akhir kata, jangan membunuh perjuangan rakyat Papua dengan dalih perjuangkan rakyat Papua, kalau kenyataan egoisme masih di pertahankan sebagai “jargon” utama dalam mencapai sebuah kebebasan itu. Rakyat PAPUA sudah bosan, jenuh, malas, bahkan tidak bisa berkata-kata dengan arah Papua yang semakin tidak jelas, tolong pejuang-pejuang Papua yang mempunya otoritas tinggi jangan kelabuhi semangat mereka lagi untuk membicarakan Papua yang lebih baik dan sejahtera di masa depan.

Sumber Foto: http://www.geocities.com/documentpapua/image020.jpg



headerr

Baca Selengkapnya......

Thursday, October 08, 2009

Anggrek Hitam Yang Buat sa Merana.....

OCTHO-Ida,
sa hanya mo bilang,
ko saja yang paling pangaruh,
buat sa pikiran trus

Ida,
sa hanya mo katakan,
trada siapa2 yang buat sa terpikat,
selain ko pu senyum

Ida,
Sa hanya mo kase tau,
kl ko waktu itu buat sa sukar pejamkan mata,
sa sungguh terbuai dlm kata2mu

Ida,
Sa hanya mo ucapkan,
Amakane, ko sirami sa pu hati yng sekian lama telah tandus,
Sa sukar lupakan semua itu,

Ida,
Sa hanya mo sampekan,
Sa senang dengan caramu,
Begitu penurut dan taat

Ida,
Sa hanya mau bisikan sesuatu,
Bahwa tra dha yng bisa sa berikan,
Selain CINTAKU yng telah terlanjur berharap,

Ida,
Sa hanya mau tangisi sesuatu,
Seraya mengatakan,
Mungkin jalan yng ko ambil begitu tepat

Ida sa mau ucapkan, bahwa ko
Telah kelabuhi,
Melupakan,
Serta
Melenyepkan segala harapan dan impian

Ida,
Sa tra tau bahkan tra ngerti,
Apa ko bahagia dengan dia?
Apa koe enjoy dengan dia?
Apa ko senang dengan dia?
Ato sebaliknya??

Ida,
Sungguh, sa tra tau
Sa hanya berharapn,
Koe dan dia bisa rasakan kebahagian,

Ida,
Dalam segala pikiran, tindakan, serta situasi,
Sa selalu mengatakan,
Pintu hatiku masih terbuka untuk dirimu,

Ida,
Sa juga mau bilang, serta berharap
benih cinta yng pernah sa tanam dlm beberapa hari,
bisa tumbuh, serta mekar kembali,
seraya buat koe belok kembali pada sa,

Ahhhh, Ida sehhh,
Anggrek Hitam dari pegunungan sana…


Numbay, 24 Juli 2009





headerr

Baca Selengkapnya......

Friday, October 02, 2009

Terikat………

OCTHO- Sa bukan-----
Tra mau,
Tra mampu,
Serta
Tra peduli

Sa juga bukan---
Tra kecewa,
Tra berduka
Serta
Tra nangis

JUJUR...


Hati pedih,
Luluh,
Tercabik-cabik
Serta
Terseok-seok

Sa hanya jadi korban daripada
Sistem,
Kepentingan,
Serta
Keserakaan penguasa

Sa hanya sedang
Terikat,
Terantai,
Serta terbelenggu

Yang membelengguku
Namanya,
PENDIDIKAN,

Sebuah label alias embel-embel,
Tabahlah hatiku.

Jumat, 02 Oktober 2009
Renungan dari Villa Pemikiran





headerr

Baca Selengkapnya......