Thursday, June 11, 2009

Pertanyaan Untuk Otsus?

OCTHO- Apa yang telah dihasilkan dengan kehadiran Otonomi Khusus (Otsus) selama 8 tahun di bumi cendrawasih? Apakah Otsus membawah perubahan untuk rakyat Papua? Apakah Otsus mendewasakan rakyat Papua? Apakah Otsus telah mengubah draf atau angka kemiskinan yang sangat tinggi di Papua (hampir 89%) Atau justru Otsus membuat orang Papua buta mata hatinya terhadap realitas keberadaan dunia yang sangat mencekam.

Sesuai cita-cita dan tujuan utama kehadiran "gula-gula" ini, Otsus seharusnya membawah perubahan dan angin segar untuk rakyat Papua. Karena Otsus sendiri di klaim sebagai pemberi solusi akhir yang bisa merubah wajah Papua, hal inipun adalah klaim dari Jakarta dan antek-anteknya. Dengan kehadiran baranG ini, akan timbul beberapa pernyataan yang turut di ragukan keberadaannya.

Dimana banyak orang yang mengatakan begini dengan kehadiran Otsus. (1) Sudah ada trilyunan rupiah dikuncurkan ke saku pejabat dan departemen di Tanah Papua; (2) Sudah ada banyak Kabuptan dan Dua Provinsi di Tanah Papua dengan sudah banyak Batalion, Polres, Polsek, Korem, Yonif dan Pegawai Negeri dari Jawa-Sumatera sudah banyak didrop kesana untuk membangun Papua Barat; (3) Sudah banyak pesawat Pemda yang dibeli oleh Pemda sendiri untuk dipakai demi melancarakan akses TNI/Polri ke pelosok Tanah Papua; (4) Sudah banyak jalan raya yang dibangun menghubungkan berbagai wilayah untuk mendrop pasukan TNI/Polri dalam mengejar dan membunuh rakyat Papua; (5) Sudah bayak pejabat Papua mengenal Tanah Jawa dan merumahkan banyak isteri di Jawa yang selama ini perlu duit dari Tanah Papua, dan seterusnya.

Apa benar beberapa pernyataan di atas adalah gambaran atau jawaban dari keberhasilan Otsus di Papua. Jawaban sungguh ironis dan sangat gombal. Karena berdasarkan analisa dari pernyataan diatas, Otsus telah mengarahkan orang Papua kepada pertikaian atau menciptakan imits tanah Papua sebagai zona darurat. Tanah Papua sebagai tempat konflik.

Walau bagaimanapun, Otsus akan tetap diterima oleh orang Papua. Karena orang Papua bukanlah pemberontak seperti klaim yang selalu pemerintah pusat berikan. Tidak mungkin seorang bayi telah lahir ke Papua, dan orang Papua menolak kehadiran bayi itu, walau bayi itu membawah malapetaka.

Dan orang Papua saat ini mash menunggu sampai bayi itu bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa, dalam waktu yang tidak begitu lama bayi itu akan dikembalikan pada mereka yang telah memberinya. Karena memang bayi itu tidak pernah diharapkan untuk lahir di Papua.

Bukannya menolak, tetapi orang Papua lebih mencintai kehidupan yang membebaskan. Dan orang Papua sadar, kalau bayi ini tidak membebaskan orang Papua, tetapi membelenggu orang Papua. Dan bayi ini disadari juga, sebagai malapetaka yang semakin menyudutkan orang Papua.

Orang Papua adalah manusia berbudaya yang paham akan hukum, peraturan dan Hak Asasi Manusia (HAM) dan penerimaan kehadiran Otsus walau terpaksa, adalah salah satu buktinya. Orang Papua sangat paham, bahwa Otsus tidak membawah sedikit-pun perubahan untuk orang Papua. Mencintai kedamaian, keamanan dan norma-norma adat adalah prinsip orang Papua. Walau beberapa klaim mengatakan orang Papua tidak seperti demikian.

Mungkin ini hanya sedikit catatan kusam yang perlu untuk di diskusikan. Karena ini juga menyangkut masa depan, harkat, derajat dan martabat orang papua sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia dan hakiki. Semoga bisa terjawab.




headerr

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...