Monday, June 21, 2010

Berat Meninggalkan Kota Ini

OCTHO- Memang berat meninggalkan kota ini. Nabire nama kotanya. Luas wilayah Kabupaten Nabire adalah 15.357,55 km2 , dan terletak diantara 134,35 BT – 136,37 dan 2,25 LS – 4,15 LS, 172.315.
Jumah pendudukan Kabupaten Nabire sebanyak 92.476 jiwa dan perempuan sebanyak 79.839 jiwa. Tahun 2004 terjadi peningkatan penduduk sebanyak 8.510 jiwa (jumlah penduduk tahun 2003 sebanyak 160.882 jiwa) atau meningkat sebesar 2,3%.

Nabire adalah kota tempat saya di besarkan. Sejak usia 5 Tahun saya telah tinggal di kota ini. telah berusah mencintai kota ini seperti kota kelahiran sendiri.

Memang saya bukan orang asli Nabire, namun kecintaanku pada kota ini telah lebih dari orang Nabire. Saya mencintai kota ini karena di kota ini terdapat banyak orang yang saya cintai. Mereka adalah teman, orang tua, para guru bahkan “sahabat-sahabat” yang pernah saya kencani. Mereka sungguh sangat berarti dalam kehidupanku.

Kota ini telah mengajari saya tentang arti pendidikan. Karena sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas saya tempuh disini. Banyak suka dan duka selama pendidikan. Hal paling penting adalah mengerti akan makna dan arti penting pendidikan, bahwa sekolah itu bukan demi ijazah tetap demi hidup di masa depan nanti.

Saya memang pernah berpikir bahwa suatu waktu mau tidak mau saya harus keluar dari Nabire. Hal itu memang terbukti nyata. Saya telah keluar. Keluar, keluar jauh dari kota Nabire.

Banyak kenangan yang saya buat di kota Nabire. Mulai dari kenangan yang baik hingga pahit. Semua membuat saya semakin dewasa dan mengenal akan arti kehidupan. Di kota ini saya belajar menangis. Di kota ini saya belajar tertawa, bahkan di kota ini saya belajar “marah”, marah terhadap sebuah realita yang tidak menentu.

Kadang kemarahan membuat saya harus lebih giat belajar. Saya marah dengan realitas hidup orang asli Papua. Mereka sungguh terpuruk di tanah mereka sendiri. Mereka benar-benar di buat terpuruk. Sistem pemerintah Pusat mengharuskan mereka menjadi orang kelas nomor dua.

Di kota ini, saya belajar untuk berteriak lewat tulisan. Saya berusaha dengan segala ketidakmampuan. Namun tekad dan kemauaan menjadikan saya sedikit bisa. Hal ini memang terbukti. Banyak media yang bersedia memuat gagasan pemikiran saya.

Dengan menulis saya semakin mengerti, bahwa kehidupan harus ada arti. Kegiataan menulis kadang menjadi hobi bahkan menjadi sebuah “nafas” dalam kehidupanku. Saya memang berlatih banyak secara sendiri. Berlatih untuk menjadi pelita untuk orang lain. Kadang ada yang bertentangan, bahkan kadang juga ada yang menerima segala arah pikiranku.

Saya senang, kota Nabire juga mengajari saya arti penting cinta. Banyak kenangan di masa pendidikan, dimana harus belajar mencintai dan berusaha menerima cinta. Kadang pacaran di usia sekolah di anggap sebagai hal yang tabuh, memang iya sih, tapi kadang tidak bagiku.

Saya mengenal banyak “teman” pada masa pendidikan. Mereka mengajari saya bagaimana harus mengerti akan cinta. Dan mereka juga mengajari saya untuk mencintai berarti tidak harus memilki. Cinta, rasanya kadang pahit dan kadang juga rasanya begitu manis. Akan teras manis ketika pada masa-masa yang bahagia, dan akan terasa pahit ketika berada pada masa yang begitu sukar.

Banyak “teman-teman” yang turut mempengaruhi kehidupanku. Mereka orang yang berjasa dalam hidupku. Ketika membayangkan semua mereka, hanya teringat terhadap semua kenangan indah dan pahit itu. Rasanya sukar jika harus menyebut nama mereka satu persatu.

Kota Nabire juga mengajari saya tentang arti hidup mandiri. Saya memang tinggal di Asrama. Tetapi bukan berarti semua serba ada. Saya harus berusaha, semua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semua itu saya lakukan dengan kemauaan dan kerja keras. Hal ini terbukti, walau masih di bangku pendidikan, saya sering kemana-mana, memang sukar untuk di percaya.

Saya semakin mandiri, ketika ayah pergi saat saya berusia 8 tahun. Ibu pergi ketika berusia 13 Tahun. Memang jahat, mereka pergi tanpa pamitan, jika ada tak ada yang pernah memberitahuku. Semua keluargaku merahasiakan kepergiaan mereka hingga beberapa tahun sejak kepergiaan mereka.

Saat kukenang kepergiaan mereka, kadang hanya tangisan yang dapat mengobati semua rindu saya pada mereka. Sejak pertama kali saya harus pergi ke kampung halaman (Intan Jaya, Mbamogo), sejak berpisah saat usia 5 tahun, hanya tangisan yang bisa menahan amarah terhadap mereka, termasuk amarah terhadap keluargaku yang lainnya di kampung halaman.

Ada kedua kakak perempuan saya dan seorang kakak laki-laki, namun kakak saya yang laki-laki saat itu sedang berada di Timika. Memeluk dan mencium hangat mereka. Karena baru pertama kali bertemu sejak perpisahaan itu. Mereka katakan dengan jelas, bahwa mama dan papa telah pergi lama, kenapa kau tak pernah datang lihat, tak perlu saya jawab, kalian bisa pahami arti penting tentang kehidupan ini.

Kepergiaan dari kota Nabire juga turut meninggalkan semua teman-teman dan adik-adik yang telah lama bersama-sama. Sengaja tak ingin berjabat tangan dengan mereka sejak saya mau pergi. Mengapa? Tak ingin menangis lagi jawabannya.

Nabire, memang kota yang menyimpan banyak kenangan. Kota ini kadang di anggap tak ramai dan tak bersahabat, yah, memang benar, karena tak ada Mall, Plaza atau Supermarket besar seperti kota-kota besar lainnya. Tapi aku tetap mencintai kota ini, sampai kapanpun kota ini tetap ku cinta. Berharap bisa kembali, membangun Papua dan kota ini.

Catatan dari Villa Griya Canta Yumana,
Kota Trawas, Surabaya, 17 Juni 2010
Pukul 12:33 Wib

Baca Selengkapnya......

Sunday, June 20, 2010

Ketidaksiapan Dalam Membangun Kabupaten Intan Jaya (4)


OCTHO- Melanjutkan beberapa tulisan sebelumnya tentang ketidaksiapan pejabat dalam membangun Kabupaten Intan Jaya, penulis kembali memberikan saran dan kontribusi pemikiran kepada para pejabat sekalian. Ini bentuk dukungan penulis.

Bagian tulisan ini saya akan lebih fokus membahas kemampuan (capability), kesiapaan dan kemampuan pribadi seorang pejabat dalam mengarahkan dan memimpin Kabupaten Intan Jaya. Sekali lagi penulis tidak bermaksud mendikte “kelemahan” para pejabat sekalian, namun hanya berupa masukan yang bersifat membangun agar insaf dan membangun kemampuan diri pribadi untuk pembangunan Kabupaten Intan Jaya yang lebih baik.

Memang benar, bahwa Kabupaten Intan Jaya hanya bisa di bangun jika ada komitmen yang kuat antara masyarakat dan Pemerintah Daerah, tetapi kita tidak boleh lupa juga, bahwa kemampuan seorang pimpinan (kepala-kepala dinas) sangat menentukan perubahan di Kabupaten Intan Jaya.

Kemampuan seorang pejabat daerah sangat menentukan maju dan mundurnya sebuah organisasi, wadah dan kantor yang di pimpinnya. Dan karena itu, pejabat-pejabat daerah di Intan Jaya juga harus memunyai kemampuan dalam memimpin dan mengarahkan sebuah kantor yang di pimpinnya. Selain kantor, tidak boleh lupa juga, bahwa memimpin diri sendiri adalah hal terpenting yang harus di mulai.

Jika seorang pejabat daerah tidak memilki kemampuan, maka yang paling sering nampak terjadi dengan mudahnya diarahkan untuk mengambil hak orang lain (korupsi). Banyak pejabat beranggapan bahwa jika mendapat posisi yang baik di sturuktur pemerintahan atau birokrasi, maka sudah pasti korupsi adalah sebuah budaya yang akan terus menerus di kedepankan.

Ada saat-saat tertentu di mana peluang untuk korupsi tercipta. Peluang itu datang berkaitan dengan ketidakmampuan atau ketidaksiapan seorang pejabat dalam memimpin diri sendiri dan memimpin organisasi yang di pimpinnya. Banyak spekulasi yang berkembang, khususnya di lingkngan pemerintah daerah Kabupaten Intan Jaya, bahwa jika seorang pejabat daerah di tunjuk menjadi seorang pimpinan, maka sudah pasti akan dengan mudah meraup uang untuk menjawab kepentingannya, padahal tidak boleh berpikir demikian.

Di tambah lagi dengan jika setiap staf kantor di buat bungkam, ini pemandangan umum yang sering terjadi di seluruh lapisan birokrasi pemerintahan, dan semoga di Kabupaten Intan Jaya tidak demikian. Budaya korupsi kadang di anggap lumrah oleh segelintir pejabat. Hal ini memang berlangsung karena mereka di berikan peluang oleh negara untuk melakukannya.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dari Jakarta sedang melakukan perjalanan panjang ke beberapa Kabupaten di daerah pegunungan tengah, kemungkinan Kabupaten Intan Jaya juga akan di kunjungi dalam beberapa waktu ke depan. Kehadiran BPK sudah tentu memeriksa seluruh keuangan negara yang di pakai oleh pemerintah daerah. Pertanggung jawaban penggunaan dana itu harus jelas.

Jika di dapati ada kejanggalan dalam penggunaan dana, sudah pasti seorang pejabat harus bertanggung jawab dan berhadapan dengan hukum negara Indonesia. Hukum adalah panglima, jika seseorang berhadapan dengan hukum, sudah tentu perlakukann harus sama, walaupun kadang ada pejabat yang berani membayar apara penegak hukum untuk membungkam penegak hukum agar kasusnya tidak di lanjutkan.

Banyak pejabat di Papua yang harus berhadapan dengan aparat penegak hukum dan berujung di terali besi, semua karena salah dan dosa mereka mengambil uang yang bukan milik mereka. Ini memang perbuatan yang sangat keji dan hina. Misalnya, Bupati Kabupaten Yapen Waropen, Daud Soleman Betai, beliau di duga mengambil uang negara sebanyak 45 Milyar rupiah. Dan saat ini masih di tahan di LP Cipinang, Jakarta.

Selain itu, Bupati Jayawijaya, David Hubi juga harus berhadapan dengan hukum ketika mengambil uang yang bukan haknya. Semua ini terjadi karena tidak dewasanya seorang pejabat daerah. Selain itu, tidak punya kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri. Seharusnya hal-hal begini tidak boleh terjadi. Hal ini juga sudah pasti “membenarkan”korupsi yang katanya menjadi budaya pejabat di tanah Papua.

Menyingung soal pribadi para pejabat di Kabupaten Intan Jaya, buntut dari pada ketidakmampuan dan ketidaksiapaan berlanjut kepada menjadi korbannya masyarakat di Intan Jaya. Kantor-kantor pemerintah yang walau telah di bangun dengan mengeluarkan dana yang besar, namun masih tertutup rapat, sebuah bukti ketidakmampuan seorang pejabat dalam mengatur kantor yang di pimpinnya.

Perumahan pejabat telah ada, namun tidak di temu para pejabat, hanya beberapa staf kantor, yang mereka juga pada bingung mau bekerja apa, ini lagi-lagi bukti ketidakmampuan seorang pejabat atau pimpinan, yang berbuntut pada pekerjaan di kantor yang tidak bisa di kerjakan dengan baik. Kita tidak bisa salahkan suhu, cuaca dan kondisi yang ada di Kabupaten Intan Jaya, para pejabat di pilih untuk mengubah segala ketertinggalan itu.

Memang sangat nampak perbedaan antara Intan Jaya dan beberapa kota di Papua, khususnya yang aksesnya telah mudah, bahwa harga bahan makanan sangat mahal, dan perbedaan itu sangat nampak. Memang menjadi sebuah kesulitan besar ketika harus hidup di daerah yang bahan makanan, dan kebutuhan pokoknya mahal begitu, ini memang patut di sadari.

Setahu penulis, selain dinas Keuangan, semua dinas telah di suruh pindah ke Sugapa sesuai dengan instruksi Pejabat Bupati, hanya saja yang membingungkan kenapa masih banyak dinas-dinas yang tidak berjalan optimal di Kabupaten Intan Jaya, dan malahan kepala-kepala dinasnya sering melakukan perjalanan ke luar Intan Jaya dan ke luar Papua tanpa alasan yang jelas.

Banyak spekulasi yang berkembang, bahwa banyak kepala dinas telah dan sedang mempersiapkan diri secara baik-baik untuk maju pada pemilihan bupati pada tahun berikut. Sudah pasti anggaran untuk operasional kantor, staf bahkan alokasi untuk memberdayakan masayarakat juga di gunakan untuk urusan Pilkada pada tahun 2011 mendatang. Ini tidak boleh terjadi. Saya tidak memfonis bahkan menuduh, namun opini yang berkembang di masyarakat akar rumput demikian.

Pejabat Bupati sebagai penanggung jawab poltik dan kepala daerah di Kabupaten Intan Jaya harus mengambil tindakan yang tegas, jangan sampai karena kepentingan segelintir pejabat mengorbankan seorang Bupati, masyarakat dan para pejabat yang lainnya. Bupati harus memperhitungkan dampak-dampak yang dapat di timbulkan jika praktek ini masih tetap di lakukan oleh seorang pejabat daerah. Ketika BPK maupun KPK melakukan audit keuangan di seluruh SKPD, yang akan di salahkan bukan para kepala dinas, melainkan seorang bupati yang akan di salahkan.

Saya hanya memberikan pendapat, jika seorang Bupati sebagai kepala daerah dan penanggung jawab politik tidak mengambil tindakan tegas, jangan salah jika kedepannya Intan Jaya dan seorang pejabat Bupati yang sedang merintis jalan siap menanggung malu, sudah tentu hal ini tidak kita inginkan bersama.

Beberapa tulisan termasuk tulisan ini hanya ingin menyampaikan amanat yang ingin di sampaikan oleh masyarakat Intan Jaya. Mereka tidak tahu sekelumit persoalaan yang terjadi di birokrasi pemerintahaan. Mereka juga tidak paham dengan jelas penggunaan anggaran oleh pejabat Intan Jaya, baik yang tujuaanya di pakai untuk kepentingan mereka, maupun kepentingan pemerintah daerah sendiri.

Saya bersuara mewakili mereka, agar pejabat dapat menggunakan kesempatan dan waktu yang ada untuk tetap menjawab kepentingan masyarakat sesuai dengan tujuan utama di mekarkannya Kabupaten Intan Jaya, bukan justru memakai kesempatan dalam kesempitan untuk memperkaya diri seorang pejabat. Saya menulis tidak mempunyai kepentingan apapun, selain kepentingan untuk membawah Kabupaten Intan Jaya agar lebih baik lagi.

Sekali lagi penulis ingin menyampaikaan, tulisan ini bentuk kritik membangun, agar sama-sama memikirkan cara dan jalan terbaik untuk membangun Kabupaten Intan Jaya kedepannya. Jika ada yang tidak berkenan dalam tulisan ini, mohon di maafkan, tetapi saya akan masih tetap menulis, agar kita bisa sama-sama saling kontrol dalam menjalankan amanat masyarakat Intan Jaya. Masing-masing kita mempunyai fungsi kerja yang berbeda, tidak perlu ada yang saling komplain dengan kerja-kerja itu, kecuali saling mengingatkan untuk sebuah kemajuan bersama. Amakane!!

Sumber: koran harian Papua Post Nabire

Baca Selengkapnya......

Monday, June 07, 2010

Ketidaksiapan Dalam Membangun Kabupaten Intan Jaya (3)

OCTHO- MELANJUTKAN beberapa tulisan sebelumnya tentang ketidaksiapan pejabat dalam membangun Kabupaten Intan Jaya, penulis kembali menulis. Penulis baru saja turun dari Kabupaten Intan Jaya, hampir seminggu lamanya di Intan Jaya. Banyak persoalan yang penulis sempat saksikan dengan mata kepala, semua itu sebuah kenyataan yang tidak perlu kita elak kebenarannya.

Hari pertama tiba di Intan Jaya, sempat menyaksikan kepolosan dan keluguaan masyarakat Intan Jaya, banyak dari antara mereka yang telah mengetahui bahwa Intan Jaya telah menjadi sebuah Kabupaten, namun tidak banyak yang mengetahui dimana para pejabatnya tinggal dan berkantor. Bukan karena kantor belum di bangun dan bukan karena pula perumahan pejabat belum di bangun juga, keduanya sudah di bangun dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit.

Beberapa kantor telah di bangun, seperti kantor Dinas kesehatan yang di bangun persis di samping puskesmas yang telah di sulap menjadi rumah sakit. Kantor PU, Bapeda, dan beberapa kantor yang di bangun di samping bandara udara, dan masih banyak lagi kantor-kantor pemerintahan yang telah di bangun. Namun benar, aktivitas kantor sangat sepi. Kaca-kaca jendela bila di lihat dari kejauhaan tampak berdebu, menandakan tak ada orang yang pernah berkantor dan membersihkan.

Dari hari selasa hingga hari sabtu aktivitas kantor kesehatan betul-betul tidak berfungsi. Padahal pelayanan kesehatan kepada masyarakat Intan Jaya adalah hal paling urgent yang perlu di lakukan. Ketika di tanya, masyarakat sekitar mengatakan bahwa tidak ada orang yang berkantor, jika ada yang sakit hanya puskesmas terdekat yang selalu melayani, itupun tak di temukan obat-obat yang betul-betul menjangkau kebutuhan mereka.

Pejabat Intan Jaya di dinas kesehatan perlu berpikir keras persoalan ini. Jangan suka lebih lama tinggal di Kabupaten Nabire, sumpah serapan beberapa waktu telah di keluarkan saat pelantikan, dimana betul-betul bersedia untuk mengabdi pada negara, yakni; pada Kabupaten Intan Jaya sudah harus di wujud nyatakan.

Masyarakat Intan Jaya mengatakan dengan jelas kepada penulis ketika berbincang-bincang, bahwa pejabat-pejabat hanya akan datang ketika seorang penjabat Bupati datang ke Intan Jaya dan yang berikut ketika akan ada acara-acara yang melibatkan masyarakat umum. Selain dari kedua agenda ini tidak akan ada pejabat yang betah tinggal di Intan Jaya, jika ada hanya bisa di hitung dengan jari.

Contoh, beberapa hari lalu saat ada acara ulang tahun Kabupaten Intan Jaya yang berlangsung di sugapa, hampir semua pejabat melakukan perjalanan ke Kabupaten Intan Jaya untuk mengikuti kegiataan ini, namun setelah kegiataan berakhir tidak banyak yang bisa kita temukan lagi, semua telah pulang ke Kabupaten Nabire, memang mendapat sorotan tajam dari masyarakat, tapi tentu mereka tak akan jera dengan sorotan orang kecil seperti masyarakat Intan Jaya. Saya juga berpikir, mungkin dengan tulisan ini bisa lebih mengigatkan para pejabat lagi.

Seharusnya para pejabat insaf dengan perbuataan yang memang betul-betul tidak terpuji, dimana meninggalkan tempat tugas begitu lama dengan alasan yang tidak masuk di akal. Penulis bukan mau mendikte para pejabat sekalian, tapi hanya memberikan saran dan masukan yang bersifat kekeluargaan dalam berumah tangga di Kabupaten Intan Jaya.

Dan yang lebih di sayangkan, justru banyak anak asli Kabupaten Intan Jaya yang telah menjadi pejabat yang tidak betah tinggal di intan jaya. Ini menjadi pertanyaan, ada apa? Seharusnya anak-anak asli Kabupaten Intan Jaya yang memberikan contoh kepada para pejabat lain untuk bekerja dan mengabdi secara sungguh-sungguh di Kabupaten Intan Jaya, jika mendapati pejabat bukan asli Intan Jaya yang keluar terus menerus mungkin bisa di tolerir, tapi jika yang melakukan anak asli Intan Jaya sendiri bagaimana bisa di terima?

Ini harus menjadi perhatian semua kita. Membangun kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam membangun Kabupaten Intan Jaya dalam beberapa waktu mendatang sangat-lah penting dan yang menjalankan fungsi tugas ini adalah anak-anak asli Intan Jaya yang telah menjadi pejabat. Semoga ada yang bisa sadar dengan pekerjaan mulia ini.

Kemudian berbicara soal tempat tinggal. Rumah para pejabat telah di bangun dengan menghabiskan dana kurang lebih sekitar 3 Milyar, ini penuturan seorang staf pemerintah di Sugapa, hampir 10 rumah telah ada, sedikit lebih modern, dan penulis kira pantas di desain sedemikiaan rupa untuk kepentingan para pejabat agar betah tinggal di Kabupaten Intan Jaya.

Namun sungguh naïf, hampir seminggu lamanya penulis di Intan Jaya, rumah-rumah tersebut tidak di huni oleh para pejabat, ketika di tanya mereka semua tidak berada di tempat, hanya beberapa saja (para staf, bukan kepala dinas) yang masih ada. Para staf-pun mengaku tidak tahu dimana keberadaan para kepala dinas mereka.

Memang masih menjadi pertanyaan, dimana para pejabat tinggal, jika di luar Kabupaten Intan Jaya, apa sih yang di lakukan? Bukankah tempat mengabdi, kantor dan rumah untuk bekerja telah di bangun di Intan Jaya? Bukankah masyarakat di Intan Jaya ingin melihat seorang pejabat yang melakukan komunikasi dengan mereka untuk tujuaan membangun?

Penulis juga sempat melihat kantor Bupati Intan Jaya yang telah di bangun dengan megahnya. Namun penuturan beberapa masyarakat Intan Jaya, bahwa kantor tersebut awalnya kantor Camat, hanya di rehab menjadi baik, dan di gunakan sebagai kantor Bupati. Menjadi pertanyaan, dengan tujuaan apa tidak di bangun yang baru. Apakah tidak ada dana? Menghemat waktu? Atau tidak ada dana untuk membangun? Kalau pertanyaan ketiga merupakan hal aneh, karena terlalu banyak dana yang di alokasikan untuk Kabupaten Intan Jaya.

Tidak cukup membangun kantor, sama sekali tidak cukup. Dalam kantor tersebut di perlukan alat-alat kerja dan alat tulis apa saja yang ada untuk menunjang aktvitas kerja para pejabat itu. Supaya para pejabat tidak hanya tinggal berpangku tangan, datang, duduk, diam, dengar dan duit.

Salah satu contohnya penulis temui di kantor Bupati Intan Jaya, tidak cukup bangunan yang sedemikiaan megah, sangatlah tidak cukup. Saat penulis masuk, sama sekali tak di temukan alat kerja yang dapat menunjang para pejabat bekerja. Memang sedikit miris menyaksikannya, dimana beberapa pejabat hanya berdiri sambil berpangku tangan, menyaksikan aktvitas masyarakat di luar kantor (kebetulan di depan adalah pasar umum masyarakat Intan Jaya).

Jika berbicara mengenai kemampuan dan kesiapaan dalam bekerja dan mengabdi untuk Kabupaten Intan Jaya, tapi aktivitas setiap saat hanya datang ke kantor dan pulang ke rumah tanpa ada sesuatu yang di kerjakan, otomatis apa sih yang bisa kita banggakan? Seorang staf kantor mengaku kepada penulis, bahwa hampir beberapa bulan dia tinggal di Kabupaten Intan Jaya, kegiataannya hanya pergi ke kantor tanpa mengerjakan apa-apa, dan pulang ke rumah, pengakuaanya bahwa memang tidak ada yang perlu di untuk kerjakan.

Jika keadaannya begini, dan ada yang mengatakan bahwa telah berbuat banyak untuk kemajuan Intan Jaya, sangatlah salah. Ini mungkin menjadi pekerjaan rumah, bukan yang di kantor bupati saja, tapi di kantor-kantor lain, bahwa alat-alat tulis kantor paling penting dari segala kepentingan. Walau seorang kepala dinas atau pimpinan tidak berada di tempat, setidaknya seorang staf dapat mengambil alih kerja untuk melayani masyarakat dan menunjang pekerjaan kantor yang ada.

Selama berada di Intan Jaya juga beberapa masyarakat, intelektual dan mahasiswa mengatakan kepada penulis, bahwa kebutuhan mendasar yang paling urgent untuk di bangun di Intan Jaya adalah adanya pembangkit listrik (PLN) dan jaringan komunikasi untuk keperluaan komunikasi. Ini memang tugas berat, tidak mudah, sangat-sangat berat.

Menurut penulis, seharusnya Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan menjadikan agenda pembangunan PLN dan Jalur Komunikasi sebagai agenda utama. Alokasi dana di fokuskan kepada kedua pekerjaan besar ini. saya kira jika kedua instansi terkait memilki komitmen, kemauaan dan kesiapaan, sudah berarti akan memikirkan hal ini, tidak, jika kedua hanya beranggapan bahwa itu sebuah hal yang sulit.

Saya sangat yakin, jika jalur komunikasi telah terbuka lebar, listrik telah masuk di Intan Jaya, wajah Kabupaten Intan Jaya akan berubah drastis. Masyarakat akan menyatukan tekad, pemahaman dan persepsi untuk menerima sebuah perubahan, selain para pejabat akan betah tinggal di Kabupaten Intan Jaya, dan seluruh aktivitas kantor dapat berlangsung dengan baik.

Ketidaksiapaan para pejabat Intan Jaya bersumber dari ketidakmampun mengaktualisasikan potensi diri yang ada. Potensi dan kemampuan itu lebih di gunakan untuk “berbohong” dari pada membangun masyarakat. Tulisan yang lebih fokus kepada kemampuan, kapasitas dan integritas seorang pejabat (pimpinan) dalam mempimpin Kabupaten Intan Jaya akan di bahas pada tulisan selanjutnya.

Sekali lagi penulis ingin menyampaikaan, tulisan ini bentuk kritik membangun, agar sama-sama memikirkan cara dan jalan terbaik untuk membangun Kabupaten Intan Jaya kedepannya. Jika ada yang tidak berkenan dalam tulisan ini, mohon di maafkan, tetapi saya akan masih tetap menulis, agar kita bisa sama-sama saling control dalam menjalankan amanat masyarakat Intan Jaya. Masing-masing kita mempunyai fungsi kerja yang berbeda, tidak perlu ada yang saling komplain dengan kerja-kerja itu, kecuali saling mengingatkan untuk sebuah kemajuan bersama. Amakane!!

Sumber: koran harian Papua Post Nabire

Baca Selengkapnya......

Hari Ini SD Kristen Agape Menggelar Acara Mengakhir Tahun Ajaran

OCTHO- Sekolah Dasar Kristen Agapa Terpadu besok (red, hari ini) akan menggelar acara ibadah syukuran untuk mengakhiri kegiataan proses belajar mengajar pada tahun ajaran 2009/2010. Hal ini di sampaikan Youke Ririhatuela, salah satu Guru di SD Agape sekaligus panitia pada acara ini.

Menurutnya acara ini adalah program sekolah yang rutin di laksanakan. Dan akan di langsungkan setelah melakukan pembicaraan dengan dewan guru.

“Para dewan guru telah rapat beberapa waktu lalu, dan memutuskan untuk menggelar kegiataan ibadah syukuran ini,” tegasnya menjelaskan.

Acara ini sendiri berlangsung di halaman SD Kristen Agape. Dan turut mengundang semua orang tua/wali murid anak-anak didik. “Kami akan menggelar acara ini di halaman sekolah SD Agape, semua orang tua wali murid di undang untuk menghadirinya,” kata Youke menjelaskan.

Selain acara Ibadah Syukuran, Youke juga mengatakan bahwa akan ada beberapa acara lagi yakni; seperti pentas kreatif anak-anak SD Agape (pentas budaya), Perpisahan kelas VI (acara penamatan) dan yang terakhir acara penerimaan raport.

“Ketiga acara tersebut akan di gelar pada sore esok (red,hari ini), pukul 05 sore, dan tentunya yang paling menarik untuk di saksikan adalah acara pentas kreatif anak-anak SD, karena semua anak-anak di berikan kesempatan untuk menunjukan kemampuannya dalam mementaskan budaya mereka,”tukasnya.

Selain itu, seluruh orang tua wali/murid di himbau untuk membawah makanan, karena pada akhir acara akan ada ramah tamah bersama Guru-guru, anak-anak dan orang tua wali Murid. “Di harapakan kerja samanya untuk para orang tua, agar bisa membawah makanan untuk ramah tamah,” akhirinya menambahkan. (op)

Baca Selengkapnya......

Sunday, June 06, 2010

Banyak Pejabat Yang Tidak Berkantor Di Sugapa

OCTHO- Banyak pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Intan Jaya yang tidak berkantor di Sugapa tetapi lebih sering tinggal di Kabupaten Nabire, bahkan lebih sering melakukan perjalanan ke luar Intan Jaya tanpa alasan yang jelas.

Hal ini di tuturkan salah satu masyarakat Intan Jaya, Yakob Sondegau kepada media ini belum lama ini di Sugapa, Intan Jaya. “Kami bingung, mereka berkantor dimana, karena tampaknya masih banyak kantor sementara yang telah di bangun oleh pemerintah namun tidak di gunakan layaknya sebagai kantor,” jelasnya.

Menurut Yakob, seharusnya para pejabat bisa berkantor di Intan Jaya setiap waktu, agar pelayanan kongkrit yang betul-betul menyentuh kehidupan masyarakat di Intan Jaya dapat di perhatikan segera, terangnya menjelaskan.

“Kalau pejabat semua berkantor di Intan Jaya dan memberikan pelayanan yang baik, sudah tentu manfaatnya akan di rasakan masyarakat Intan Jaya,” urainya.

Lebih lanjut menurutnya, bahwa masih banyak pejabat yang tidak betah tinggal di Intan Jaya, mereka lebih sering melakukan perjalanan ke luar daerah Intan Jaya, bahkan tinggal lama di Kabupaten Nabire. “Banyak pejabat termasuk putra daerah sendiri yang tidak betah tinggal di Intan Jaya, padahal seluruh kantor telah pindah ke Intan Jaya, kecuali kantor keuangan,” terangnya menambahkan.

Dirinya sangat berharap agar aktifitas kantor-kantor yang tidak berjalan di Sugapa dapat di fungsikan kembali, agar kehadiran Kabupaten Intan Jaya dapat betul-betul bermanfaat buat masyarakat Intan Jaya.

Sumber: koran harian Papua Post Nabire

Baca Selengkapnya......

Dana Otsus 4 Milyar Untuk Kabupaten Intan Jaya Tidak Jelas

OCTHO – Dana Otonomi Khusus (Otsus) untuk tahun anggaran 2009 bagi Kabupaten Intan Jaya sebanyak 12 Milyar, namun yang telah di gunakan hanya sekitar 8 Milyar, sisanya tidak jelas, di gunakan untuk apa saja. Pemerintah Daerah harus menjelaskan persoalan ini.

Hal ini di sampaikan Thomas Sondegau, S.T salah satu anggota DPRP Provinsi Papua, Daerah Pemilihan V, kepada media ini saat melakukan kunjungan kerjanya beberapa hari lalu.

Menurut Thomas, pemerintah daerah Intan Jaya harus menjelaskan dana 4 Milyar yang menjadi sisa dari 12 Milyar itu di gunakan untuk apa saja, karena sampai saat ini pertanggung jawaban tidak jelas, dan ada indikasi korupsi oleh beberapa oknum pejabat.

“Jika ada indikasi korupsi atau tidak mampu menjelaskan penggunaan dana itu secara bertanggung jawab, sudah tentu kami dari lembaga DPR di Provinsi akan menyurati BPK agar melakukan audit,” urainya.

Lebih lanjut Thomas mengatakan bahwa kehadiran Kabupaten Intan Jaya untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di 6 Distrik, bukan mensejahterakan para pejabat yang memang sudah hidup keenakan. “Masyarakat harus di berdayakan dengan dana-dana itu, jangan pejabat yang sejahtera terus,” tegasnya.

Thomas juga mengancam, jika pemerintah tidak memberikan penjelasan soal penggunaan dana ini, sudah tentu DPR yang akan ambil alih. “Kami akan serius sikapi persoalan ini sampai tuntas, di antaranya melibatkan beberapa lembaga hukum” urainya mengakhiri.

Baca Selengkapnya......