Monday, December 22, 2008

Masa Kampanye, Pendidikan Gratis BETULKAH??


Masa kampanye atau yang biasa lebih tren dengan sebutan masa “hambur madu” telah di berlangsungkan kurang lebih seminggu lamanya. Dimana dalam masa-masa ini, semua kandidat baik yang di usung dari Partai Politik maupun Independen dengan segala kemampuannya berlomba-lomba untuk membujuk, meyakinkan bahkan sampai pada memaksa warga masyarakat Kabupaten Nabire untuk memilih serta menyoblos mereka pada hari H nanti.

Kampanye dengan berbagai janji-janji yang sangat meyakinkan warga masyaraka Nabire adalah sebuh kebiasaan yang di lalui terus-menerus oleh kandidat Bupati Nabire. Bahasa-bahasa politik seperti itu tentunya akan menjadi sebuah beban atau kuk yang harus di pertanggung jawab kepada Tuhan sebagai sang pencipta Manusia dan manusia sebagai pelaku janji-janji itu. Dan tentunya para kandidat yang sering dan sering menebar janji itu harus memahami hal itu dengan baik, karena kalau tidak sama saja telah mengutuk dirinya sendiri dengan ucapan.

Beberapa sector kehidupan yang sangat strategis, seperti Pendidikan, Kesehatan, Perekonomiaan bahkan sampai beberapa sector lainnya yang kalau di logika sangat mustahil untuk di dongkrak keberadaan dan posisinya, toh yang mengherankan masih ada saja kandidat yang berani korek tentang hal ini, seakan-akan dirinya sebagai super powe dari hal ini. Sebenaranya bisa di dongkrak keberadaannya, tetapi yang membisingkan telinga kita ketika ada yang bilang kata “GRATIS”.

Dalam hal ini, terlebih khusus saya akan bicara dulu tentang sector pendidikan yang selalu jadi kambing hitam untuk di kampanyekan oleh para kandidat. Karena saya sendiri berada dalam penikmat pendididikan, dan beberapa guru-guru saya menangis dan menangis adalah mereka yang berdiri sebagai penyokong pendidikan di Negeri ini.

Sector pendidikan, sebuah jalur alternative yang paling ramai di bicarakan oleh seluruh kandidat bupati dan wakil bupati di Kabupaten Nabire. Yang sangat-sangat memalukan, beberapa kandidat dengan sangat berani mengatakan bahwa ketika dirinya terpilih nanti Pendidikan akan di gratiskan untuk semua tingkatan, dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Hal ini terbukti dengan pemasangan beberapa pamphlet, spanduk bahkan sampai pada baliho di setiap seluk-beluk wilayah Kabupaten Nabire.

Selain itu, omongan khayalan tentang gratisnya pendidikan di Kabupaten Nabire ini lebih terbukti dengan teriakan lantang beberapa kandidat Bupati dan Wakil Bupati Nabire selama masa kampanye beberapa hari belakangan, baik kampanye yang mereka lakukan dalam kota Nabire maupun di luar kota Nabire.

Saya sebagai seorang pelajar yang sedikit paham tentang mekanisme dana pendidikan di Papua, tersipu malu dan tertawa terbahak-bahak ketika mendengar adanya kandidat yang mengaku dirinya akan memberkan pendidikan yang gratis buat lima tahun, apalagi suara ini di keluarkan dengan sangat lantang, sehingga Tuhan sebagai pencipat manusia-pun mendengar teriakan gombal itu.

Mencerna janji ini, seperti saya menelan api. Dimana suatu hal bodoh yang sangat mustahil di lakukan, kok bisa-bisanya di keluarkan oleh Kandidat yang menyatakan pengabdian dirinya untuk membangun kota Nabire dari berbagai ketertinggalan, bukankah ini juga sebuah bagian dari ketidaksiapannya dalam membangun Nabire. Karena berbicara banyak tentang pendidikan, tidak cukup sampai disitu saja. Jujur, dari hati yang paling dalam, saya mau mengatakan bahwa saya hanya bias tertawa ketika ada yang bilang kalau pendidikan akan di gratiskan.

Tidak usah bicara jauh dan panjang lebar tentang pendidkan gratis di Kabupaten Nabire bak seorang pakar pendidikan, tetapi yang harus kita gumuli bersama bisa nggak memberi kesejahteraan buat guru-guru atau pahlawan tanda jasa yang telah membentuk, mendidik, dan memolesi kita dengan ilmunya. Memikirkan hal kecil, yaitu kesejahteraan guru saja bagi saya sebuah hal yang sedikit mustahil untuk para kandidat capai, apalagi sampai tebar janji dengan mengatasanamakan pendidikan gratis. Berbicara tentang kesejahteraan guru lebih ada nilai plasnya, daripada berbicara pendidikan gratis yang kadang kala buntu untuk di pikirkan.

Seperti sebuah lelucon dan legenda, ketika ada kandidat Bupati dan Wakil Bupati yang bilang kalau pendidikan akan di gratiskan. Dengan tulisan ini, secara pribadi ingin memberkan usulan buat para kandidat yang dengan lantang menyuarakan pendidikan gratis, alangkah baiknya memikirkan yang lebih utama dulu, dalam hal ini memikirkan mereka (red, guru) sebagai dasar pembangunan daerah ini. Setelah guru-guru yang saya sangat homrati dorang sejahtera, aman, tentram dan nyaman baru kita sama-sama boleh pikir banyak tentang pendidikan gratis.

Toh, kalau sampai pendidikan gratis-pun tetapi kesejahteraan guru-guru tidak di perhatikan, jangan pernam mimpi pendidikan di Nabire akan pernah maju. Pendidikan tetap berjalan dengan gratis, malahan akan menciptakan generasi kacang-kacangan yang menertawakan sistem yang pemerintah daerah buat. Dalam hal ini, saya hanya beri masukan, boleh bersuara banyak atas nama pendidikan, tetapi jangan bersuara banyak atas nama pendidikan dengan iming-iming yang di luar batas kemampuan kita, siapapun memandang kita dengan segera akan menertawakan kita.

Jangan menjebak diri sendiri dengan janji yang tidak masuk akan dan mustahil. Tidak usah piker jauh, alokasi dana pendidikan yang dikatakan oleh pemerintah pusat dalam ABPN Negara sebesar 20 persen toh tidak pernah terrealisasi secara mulus, tidak sampei 10 persen yang di relasissikan. Kita logika saja, di pusat sudah masalah, gimana dengan daerah? Jangan pernah bermimpi besar, khususnya menyangkut pekerjaan besar yang susah untuk di temukan titik temunya.

Jadi, dalam hal ini saya ingin memberitahukan. Atas nama pendidik, pembidik, pelajar dan mahasisswa yang ada di Kabupaten Nabire. Jangan sekali-kali berkampanye atas nama pendidikan dengan kata gratis. Karena samapi saat ini, dimana-pun terlebih khusus di Indonesia pendidikan selalu dan selalu di perkosa oleh para kandididat untuk memuluskan langkahnya untuk menjadi penguasa. Yang sekarang harus di pikirkankan adalah, bagaimana supaya beberapa anak Papua yang putus sekolah karena tidak ada biaya pendidikan bisa sekolah lagi, bukan hambur janji sana-sini dengan berkedok pendidikan gratis.

Sangat setuju, apabila ada yang hambur madu dengan menyatakan bahwa pendidikan murah. Sangat bisa masuk diakal, apabila ada yang berbicara demikian. Pendidikan yang murah telah menjadi tradisi juga di beberapa daerah, dalam hal ini saya hanya ingin menggaris bawahi, agar pendidikan tidak di jadikan sebagai sarana untuk memangku jabatan. Selain itu, berdemkrasi yang positif adalah menghargai apa yang di ucapkan, disampaikan dan di putuskan. Ini sebuah goresan tentang Pendidikan, nantikan tulisan berikut dengan goresan tentang Kesehatan.


Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...