Friday, March 27, 2009

Ujian Nasional di Nilai Gagal

OCTHO- Ujian Nasional sendiri telah berlangsung kurang lebih selama 5 Tahun (2003-2008). Berhasil dan tidaknya Ujian Nasional, bisa kita lihat dengan pengalaman beberapa tahun lalu. Disisi lain Ujian Nasional telah berhasil, karena telah “sedikit” mendongkrak mutu pendidikan di negeri ini. Disisi lain juga, UN telah sangat gagal karena telah “membunuh” kemampuan siswa-siswi.

Dengan pemaksaan penyelenggaraan Ujian Nasional, Banyak pertanyaan yang akan timbul, ketika pemerintah Pusat melalui menteri pendidikan Nasional menetapkan UN sebagai bahan evaluasi yang pokok. Dimana pertanyaan ini harus di jawab, agar ada jalan keluar yang harus di capai.

Dapatkah tes tersebut memperhatikan proses belajar mengajar dalam keseharian? Dapatkah tes tertulis melihat aspek sikap, semangat dan motivasi belajar anak? Dapatkah tes di ujung tahun ajaran menyajikan keterampilan siswa yang sesungguhnya? Bagaimana kalau terjadi anak sakit pada saat mengikuti tes? Apakah hasil tes dapat menggambarkan kemampuan dan keterampilan anak selama mengikuti pelajaran?

Wakil Presiden Jusuf kala pernah mengatakan dengan nada yang agak kasar seperti dikutip kompas “Sejak Ujian Nasional diterapkan tahun 2003 dengan standar kualitas dinaikkan 0,5 persen per tahun, dalam empat tahun ini banyak anak-anak lebih semangat belajar karena takut tidak lulus. Anak-anak juga stres. Tetapi buat saya, 100 anak stres lebih baik dari pada sejuta anak bodoh, Selamatkan bangsa ini dari kebodohan. Jadikan bangsa ini pintar,” (Kompas, 7 Juli 2007).

Sebuah pernyataan yang sedikit menusuk batin generasi muda di Indonesia, dimana anggapan wakil presiden melewai tahapan Ujian Nasional sebuah hal muda. Selain tanggapan Wakil Presiden, hal yang senadah juga pernah di lontarkan oleh Burhanuddin Tola, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional dalam Koran Kompas.

“Dengan menggelar ujian nasional mulai dari SD bisa mendorong terjadinya perubahan perilaku siswa, guru, dan masyarakat. Semua jadi bersemangat untuk belajar karena harus mempersiapkan diri agar bisa lulus. Ini yang terjadi saat UN SMP dan SMA dilaksanakan,” pungkas beliau (Kompas, 9 November 2007).

“Anjing menggonggong, kapilah tetap berlalu”. Itulah peribahasa yang paling pas untuk menggambarkan kontroversi penyelenggaraan ujian nasional (UN) di negeri ini. Masyarakat luas dari berbagai kalangan, mulai dari para siswa, orang tua siswa, praktisi pendidikan, pengamat pendidikan, akademisi (ahli pendidikan), sampai pada anggota legislatif (DPR), memrotes, dan tidak setuju dengan penyelenggaraan UN.

Namun apa boleh kata, para pengambil kebijakan tetap memaksakan kehendaknya. Apa maksud yang ingin di sampaikan melalui kebijakan itu.

Selain itu, penyelenggaraan Ujian Nasional telah sedikit mencoreng wajah pendidikan di Negeri ini dengan perlakuan tidak semena-mena yang di lakukan para guru untuk tetap meluluskan anak didiknya.

Berbagai cara yang di lakukan para guru, mulai dari menjadi “joki” sampai memberitahukan secara terang-terangan. Yang mana semua ini, membuat generasi muda rusak dengan akhlak yang buruk.

Di Provinsi Riau, dilaporkan 14 guru beserta kepala sekolah kelabakan di tahan oleh aparat kepolisian, mereka dengan jelas menyebarkan Lembaran Ujian Nasioal dengan berbagai modus yang selama belakangan ini menjadi trik ampuh mereka. Diantarnya, menjadi joki bagi siswanya, selain itu melalui pesan singkat pada Handphone setiap siswa. (Sumber: http//sinarharapan.co.id)

Mau dibawah kemana wajah pendidikan di Negeri ini. Para pengambil kebijakan tetap dengan pendiriaanya untuk tetap menyelenggarakan Ujian Nasional. Kemudia para guru juga tetap dengan pendiriaanya untuk meluluskan para siswa-siswinya yang di nilai tidak mampu.

Buruknya aklhak, moral dan karakter generasi muda di masa depan nanti adalah kesalahan dan dosa yang pemerintah pusat lakukan melalui penyelenggaraan ujian nasional. Semoga bangsa ini sadar dengan dosanya yang tidak berkenan dihadapan sang pencipta.(oktovianus pogau)




headerr

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...