Tuesday, May 05, 2009

Nehemia Yarinap: MRP Harus Dibubarkan

OCTHO- Desus-desus permintaan untuk membubarkan Majelis Rakyat Papua (MPR) semakin hari semakin meningkat, kali ini datangnya dari salah satu Advokat aktivis Hak Asasi Manusi (HAM) Papua yang bekerja untuk mengukap kasus ketidakadilan yang terjadi di bumi Papua.

“kami sangat bingung, selama ini MRP dorang kerja apakah, padahal Otonomi Khusus sudah tujuh tahun merumput, dan MRP sendiri sudah hadir 3 tahun lebih di bumi Papua. Dimana masih ada hak-hak dasar orang asli Papua yang selalu dan selalu di langgar oleh kaum kapitalis (red, penjajah) dan komprador (kaki tangan penjajah).

Dengan mengakaji berbagai hal yang tidak dapat MRP lakukan dalam hal ini pembelaan terhadap hak-hak adat orang Asli Papua, maka sebaiknya MRP buka baju dinas dan bubarkan diri dengan teratur, biar Jakarta dan pejabat Papua dorang tahu tentang kegagalan Otonomi Khusus di Papua.

Hal ini di ungkapkan Nehemia Yarinap, salah satu Aktivis pembela hak-hak dasar orang asli Papua, beberapa saat lalu via telepon selulernya kepada media ini.

Lebih lanjut Yarinap menambahkan, bahwa selama ini MRP tidak pernah memihak kepada orang Papua. “MRP tidak pernah memihak kepada orang asli Papua, dimana hak-hak kita orang Papua bagi mereka yang bukan yang terutama, tetapi yang kedua dari pada kepentingan Jakarta dan pribadi mereka, jadi sekali lagi kami pertanyakan kesungguhan mereka duduk di MRP saat ini,” imbuhnya.

Ketika MRP hadir, secara terang-terangan kami mahasiswa dan pelajar Papua yang paham betul dengan ketidakbecusan mereka suatu saat nanti, menolak tegas. Namun apa boleh buat, kami hanya warga masyarakat kecil yang suaranya tidak bisa didengar. Mereka anggap suara kami sebagai angin lalu, yang mana sebagai suara rakayat jelata yang mereka anggap menggangu posisi dan jabatan mereka.

MRP bukan lembaga yang hadir untuk membela hak-hak dasar orang asli Papua, melainkan hadir sebagai lembaga yang membawah orang Papua ke jurang maut. Dimana sejak di bentuk sampai saat ini, beberapa pelanggaran HAM berat yang terjadi pada orang Papua tidak pernah di luruskan sampai pada pengukapannya. Secara tidak langsung, tentunya hal ini akan menimbulkan konflik internal antara sesame orang Papua sendiri,” tandasnya.

Selain itu, pria fasih bahasa Inggris ini juga mengukapkan bahwa, selama ini MRP takut mengukapkan berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua . “MRP dorang sampai saat ini tidak pernah mendesak DPRP dan Pemerintah Daerah untuk mengukapkan berbagai kasus yang melanggarh hak-hak dasar orang asli Papua, salah satu diantaranya meninggalnya Bucthar Tabuni, yang terjadi beberapa saat lalu di Wamena saat perayaan hari Pribumi Internasional. Saya rasa MRP dorang takut sekali mengambil tindakan untuk mendesak Polda Papua dimana mengukap kasus ini sampai pada akar-akarnya, ”pungkasnya.

Lebih lanjut, Yarinap menambahkan bahwa MRP hadir sangat di paksakan, karena hadir tiga tahun setelah adannya Undang-undang Otonomi Khusus. “MRP dorang sangat di paksakan hadir di tanah Papua, padahal tugas Fungsi pokok yang tercantum dalam UU No. 21 tahun 2001 tentang Otsus sangat memihak kepada orang Papua, tetapi kenyataan di lapangan tidak pernah memihak kepada orang Papua.

Satu hal yang sangat di sayangkan, dimana MRP dorang tidak pernah menjelaskan kepada public tentang factor utama yang menganjal kinerja mereka. “harapan kami MRP berterus terang saja pada public, tentang hambatan yang kiranya saat ini di rasakan untuk membantu orang Papua.

Sekali lagi kami mendesak dengan segera, agar MRP dorang buka baju dinas secara terhormat dan mengundurkan diri jabatan ini. Karena MRP hadir di Papua hanya jadi lambang dan nama untuk mendapat pengakuan dari luar negeri,” pungkas Yarinap.

Sudah cukup rakyat Papua menderita dengan perlakuan tidak semena-mena yang kaum penjajah lakukan, kami dari pembela hak-hak dasar orang asli Papua hanya menginginkan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan tercipta dibumi Papua yang kaya raya ini.

Sembari mengakhiri perbincangan, Yarinap berharapa penuh kepada public untuk sama-sama mendesak agar MRP bubarkan diri, karena telah nyata-nyata gagal. “saya harap teman-teman dari berbagai LSM dapat membantu hal ini, dimana saling bahu-membahun untuk mendesak agar MRP membubarkan diri dengan damai. Selain itu, saya juga berharap penuh kepada media masa untuk membantu menyososialisasikan hal ini.

Tekad dan kemauan untuk mendesak, membubarkan MRP bukan hadir dari kemauan pribadi kita masng-masing, tapi ini murni aspirasi dari seluruh lapisan masyarakat yang menilai ketidakbecusan lembaga “murahan” ini. Mari kita maju dan berjuang. Maju Papua, pungkas lelaki suku Nduga ini sambil menutup telepon selularnya. (oktovianus pogau)





headerr

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...