Kalau cara kepemimpinan wasit sepak bola di Indonesia yang curang melulu, tungguh sampai ayam tumbuh gigi dan kucing tumbuh tanduk baru sepak bola di Indonesia bisa maju. Bahkan mungkin tungguh dunia kiamat, baru Indonesia bisa masuk Piala Dunia
OCTHO- Sungguh ironis, memalukan bahkan memilukan mungkin ini kata yang sangat pantas untuk menggambarkan wajah sepak bola di negeri Indonesia yang sangat kusam. Siapa yang membuat wajah sepak bola kusam, sudah tentu para “pemain” yang ikut mengendalikan system yang selalu berpihak kepada kelompok tertentu.
Negeri ini mungkin sudah melupakan sila pertama mereka, dimana dalam sila pertama yang kedengarannya menjadikan Tuhan sebagai pribadi yang utama dan terutama alias pertama. Mungkin sila ini juga mengarah kepada kejujuran hati nurani yang bersih, polos dan terbuka dalam memberikan segala keputusan, dalam hal ini sepak bola.
Final Piala Copa Dji Sam Soe, antara Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura yang tidak selesai dan menunjuk team Sriwijaya FC sebagai juara sejati tadi malam, Minggu, 28/06 sangat ternoda, bahkan sudah sedikit menggambarkan fakta bobroknya persepakbola Indonesia yang selama ini jauh dari sentuhan sinar public.
Wasit Purwanto yang telah nyata-nyata di harapkan dapat menjadi malaikat yang adil dalam memimpin jalannya pertandingan, hanya harapan konyol. Padahal beliau sendiri akan mengakhir karirinya pada pertandingan akbar yang di pimpinnya tadi malam.
Banyak orang bertanya, bagaimana suasana hatinya ketika tidak menunjukan sebuah keadilan dalam pertandingan tadi malam. Apakah suara hatinya tidak berteriak, marah bahkan menegur dirinya akan keputusan yang di ambilnya yang tidak bersumber dari hati nuraninya.
Kepemimpinan yang sangat memihak kepada tuan rumah Sriwijaya FC sangat terlihat. Babak pertama berjalan, sudah banyak pelanggaran yang di lakukan tuan rumah terhadap persipura namun bagi wasit itu biasa-biasa saja. bahkan, saat akan mengakhiri pertandingan babak pertama, saat Bio Pauline sedang bersiap untuk heding memasukan bola ke kipper Sriwijaya FC dimana wasit meniup pertandingan telah usai.
Malahan persipura dianggap sebagai dalang kerusuhan dan dalang ternodanya final copa tadi malam. Bukankah, pertandingan ini ternoda akibat dan ulah Badan Liga Indonesia (BLI) dan Kepemimpinan Wasit yang tidak menunjukan sportivitas atau fair play.
Mungkin ribuan saksi mata menyaksikan siapa yang salah dan siapa yang benar dalam drama Final Copa yang tak kunjung selesai tadi malam. Bahkan mungkin juga public bisa menilai siapa yang pantas menjadi juara dan mendapatkan gelar. Karena ini berkaitan erat dengan keputusan hati nurani.
Untuk merubah wajah yang kusam, bukanlah hal mudah. Karena ini sangat berkaitan era dengan kepercayaan bahkan keyakinan public terhadap suatu keputusan yang tidak menimbulkan kontraversial. Mungkin public pecinta sepak bola di Papua, telah dan akan melupakan bahwa sepak bola Indonesia yang bersih, jujur dan membangun.
Publik di Papua akan berpegang teguh pada pendirian dan ketetapannya, bahwa sepak bola Indonesia bukanlah sepak bola yang membangun dan membesarkan. Tetapi sepak bola Indonesia adalah ajang yang mencari popularitas dan harta kekayaan pribadi belaka. Bahkan bukan tidak mungkin, kalau public di Papua akan menilai bahwa sepak bola di Indonesia juga hanya pertandingan yang mengarah kepada penjajahan orang asli Papua.
Mungkin pertandingan tadi malam juga menjadi cerminan bagi pengamat dan pengambil keputusan dalam bidang sepak bola. Agar menerapkan, menentukan dan memilih seseorang wasit yang bisa bertanggungg jawab dan bisa mendengar kebenaran suara hatinya yang telah terlanjur berteriak untuk menerapkan sebuah keadilan.
Untuk PERSIPURA JAYAPURA, kalian semua andalan. Kalian semua telah menunjukan satu tindakan spontanitas yang memang kadang sukar di bayangkan, dan tindakan ini telah memberkan pelajaran penting untuk para petinggi sepak bola di negeri ini. Kalau telah menunjukan kepada public, bahwa sepak bola bukan soal taktik dan fisik, namun soal kepatuhan dan ketaatan kepada hati nurani.
Mungkin hati nurani yang benar dan bersih, akan memahami dan mengiyakan tindakan yang kalian lakukan. Tapi hati nurani yang kotor dan punya maskud tertentu, akan mengatakan bahwa tindakan kalian adalah tindakan yang tidak terpuji. Saya akui, dan saya salut komitmen dan kekompakan kalian.
Untuk SRIWIJYA FC mungkin kalian saat ini telah bersenang diatas kemenangan palsu dan tipu muslihat. Mungkin hanya mereka yang hati nurani bersih dan jujur yang tidak merasa puas terhadap sebuah kemenangan. Untuk pemain idolaku, Zahrahan, saya yakin kau juga sedang berduka, karena kemenangan kalian telah ternoda tadi malam.
Monday, June 29, 2009
“Kusam Bangat” Wajah Sepak Bola Indonesia
Label:
PERSIPURA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
kak km adik2 prsipuja mnt hnya tolang kak wae nama baik itu yg penting klo pmrintah mndukung tu brng apa ka BIKIN ada ko pu ade2 dsn KITA ADA BARU BARANG ITU ADA jd KINAONAK wawawaw
ReplyDelete