NABIRE- Tradisi perayaan Ibadah Natal sudah menjadi suatu kebiasaan yang turun-temurun di laksanakan oleh seluruh umat Kristiani di seantoro dunia, dimana dengan lahirnya sang putra natal kedalam dunia telah memberikan suatu kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Namun masih banyak orang Kristen yang belum mengerti akan makna sebuah Ibadah Natal, sehingga masih banyak yang masih salah tafsir dengan perayaan ibadah natal seperti ini.
Selain itu, masih banyak orang Kristen yang memahami ibadah natal yang di selenggarakan setiap tahunnya hanyalah sebatas penyalaan lilin, disertai dengan hiasan pohon natal yang sangat enak dan indah untuk di pandang. Hal ini dikemukakan Pdt. Yance Nawipa, M.Th saat menyampaikan renungan khotbah saat berlangsung acara natal di Gereja KINGMI Jemaat Sejahtera Nabire, Jumat (05/12) lalu.
“Ibadah natal seharunya membawah sebuah kebahagiaan yang tidak akan tergantikan oleh barang, benda bahkan uang sekalipun. Tetapi yang sangat di sayangkan, banyak orang yang menggunakan topeng alias munafik untuk menunjukan sebuah kebahagian khusus dalam perayaan Ibadah Natal, bisa di istilahkan kebahagiaan seperti ini hanyalah sebuah kebahagiaan yang semu atau sementara, kebahagiaan seperti ini akan lenyap ketika datang suatu pecobaan duniawai yang sangat mencekam.
Ada banyak hal yang menyebabkan orang tidak hidup bahagia, dimana orang sangat tertekan karena adanya tekanan politik dari suatu pemerintah yang sangat otoriter, mereka tetapi di perbudak oleh sesama kaum borjuis yang mementingkan diri sendiri, tanah leluhur mereka di ambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung Jawab, dan berbagai hal lainnya yang sangat menyudutkan mereka.
Contohnya dapat kita lihat pada penduduk Kristen di Palestina, mereka karena selalu dan selalu di sudutkan sehingga kehidupan mereka sangatlah menggenaskan. Dimana sebuah kebahagiaan yang mereka cari untuk mendongkrak segala ketertinggalan mereka hanyalah tinggal harapan dan mimpi-mimpi karena perlakuan tidak semena-mena yang selalu timbul dari pada berbagai situasi yang tidak memungkinkan.
Dengan contoh diatas, seharusnya kita belajar, teruma mereka kaum yang duduk di birokrat dimana yang selalu menginjak-injak kaum kecil sehingga menambah luka batin yang ujung-ujungnya tidak membawah kepada suatu kebahagiaan. Kapankah, orang yang tidak mampu kita berikan suaut kebebasan dalam segala hal, kebebasan dalam bicara, kebebasan dalam mengemukakan pendapat, dan berbagai kebebasan lainnya. Agar kebahagiaan itu bisa di rasakan semua umat manusia, “jelasnya.
Lebih lanjut, Rektor STT Walter Post ini mengatakan bahwa “masih banyak juga orang Kristen yang mencari kebahagiaan di dunia dengan cara melakukan berbagai hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Padahal hal ini semakin menambah kesengsaraan dan luka batin mereka. Dengan cara-cara seperti itu juga membuat mereka semakin termarginalkan. Sebenarnya orang Kristen tidak menyadari bahwa kebahagiaan dan kehidupan yang sejati hanya datangnya dari Yesus yang kita sembah dan agungkan sebagai putra natal. Ketika kita menyerahkan segala beban, tanggung jawab, dan ketidakberdayaan kita kepada Kristus yakinlah putra natal itu akan memberikan sebuah kebebasan dan kebahagiaan yang tidak bisa di cemari oleh siapapun termasuk pemerintah tempat kita tinggal, “tegasnya.
Saya mau katakan, siapa yang bilang kalau Yesus itu orang Kristen, tanya Yance. Lebih lanjut yance mengukapkan, bahwa Yesus itu orang Yahudi, jadi omong kosong kalau ada bilang kalau Yesus adalah orang Kristen. Yang Tuhan butuhkan dari setiap kita orang Kristen adalah sebuah kepercayaan dan penyerahan diri kita secara total kepadanya, bukan sebuah keyakinan agamawi yang kadang kala menimbulkan kita bertengkar dan main hakim sendiri.
“Saya pribadi sangat malu dengan beberapa peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu, dimana kita bertikai sendiri seakan-akan ada yang benar dan ada pihak yang salah padahal dalam bulan ini, seharusnya kita merayakan ibadah natal dengan baik. Maka dalam hal ini, saya himbau kepada semua jemaat yang hadir pada saat ini dimana kita harus koreksi dan periksa kepercayaan kita masing-masing. Jangan kita hanya menjadi pengikut yesus yang tidak pernah menjadi garam di tengah-tengah masyarakat. Orang yang punya Tuhan harusnya menjadi garam di tengah-tengah orang yang tidak percaya akan Tuhan, bukannya menjadi batu penghambat yang menghancurkan nama Tuhan sendiri, “tambahnya.
Dalam akhir khotbahnya, yance mengajak semua jemaat yang hadir untuk bersama-sama menyalakan lilin sebagai tanda penyerahan diri sepenuhnya terhadap putra natal yang mampu memberkan, kedamaiaan, kebahagiaan dan sukacita. “penyalaan lilin yang kita lakukan pada saat ini, menandakan bahwa kita menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada Tuhan sebagai putra natal yang kita agungkan dan sembah, selain itu saya juga berharap dengan makna perayaan ibadah natal ini dapat menjadikan kita orang yang teguh dan beriman dalam menjalani arus gelombang dunia yang tidak menentu, “terang Yance seraya menutpnya sambari doa penutup.
Friday, December 26, 2008
Pdt. Yance Nawipa, M.Th : Natal Membawah Hidup Bahagia
Label:
RENUNGAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
Komentar anda...