Friday, November 07, 2008

Hanya DIA Hakim Yang Agung

MALAM yang penuh sensai begitulah pikiriku, dimana kami berkumpul bersama untuk memuji, memuliakan dan menagungkan sang pencipta sebagai pribadi yang kami cintai dan banggakan. Malam itu semua teman-teman saya menyanyi dengan bergitu girangnya hingga memaksa saya untuk ikut bersemangat.

Sehabis menyanyi kamipun membuka hati kami dimana siap untuk menerima kebenaran firman Tuhan yang akan disampaikan oleh teman kami, Mianus namanya.

Sangat menarik, sekaligus menggungah hati saya untuk direnungkan. Nggak ingat persis bunyi Firman Tuhan yang disampaikan. Tapi inti dari penyampaian firman itu dimana kita diajar dan didik untuk tidak menjadi hakim untuk orang lain, dalam hal ini teman kita yang seringakali mengecewakan dan menyakiti kita.

Entah betul apa tidak, selama ini kita hanya selalu memandang kejelekan dan keburukan dari seorang sahabat. Padahal diri kita juga belum tentu kudus. Bahkan sadar tidak sadar kita juga selalu menjadi hakim untuk orang lain. Padahal DIA berfirman hanya dialah hakim yang agung, hanya DIA sendiri yang berhak mengadili dan menghukum orang yang ada di muka bumi ini.

Banyak pengalaman hidup yang sering saya temui dan lewati, dimana ketika seorang teman bersalah semua pada mengolok-olok bukannya membangkitkan atau memberi semangat. Kalau caranya gini bukan jalan keluar yang kita berikan pada teman, melainkan beban masalah yang bertambah sehingga bukan tidak mungkin dia akan berbuat masalah terus-menerus.

Mari kita sebagai umat beragama dan beriman, sama-sama kembali mengoreksi diri kita kira-kira kita berada di posisi yang mana. Kalau direnungkan ternyata kita suka menghakimi orang lain, secara terbuka mari kita merubah sikap dan kelakukan itu. Karena tentunya ketika kita mempertahankan kelakuan seperti ini tentu kita akan dibenci ama siapa saja, terutama Tuhan yang menjadikan kita.

Manusia yang sadar adalah manusia yang mau adanya perubahn. Dikatakan bebal apabila nasehat, renungan hingga semua yang disampaikan tidak mau didengarkan. So….tidak mau jadi orang bebal, mari kita rubah kebiasaan yang buruk itu. Sehingga kita menjadi berkat di tengah orang lain.

Kita bukanlah malaikat, tidak mungkin dalam seminggu atau sehari kita kita merubah sikap itu. Namanya manusia perlu proses yang panjang untuk merubah semua itu. Dan Tuhan juga tidak pernah memerintahkan kita untuk segera merubah sikap itu, namun yang dia inginkan adalah dari hari ke hari kita bisa adanya pembaharuan untuk mencapai kesempurnaan.

Semoga hanya Tuhan yang menjadi hakim agung dan adil atas diri kita. Sehingga kekecwaan, kecemburuan, kekucilan dan lain sebagainya yang dapat menghancurkan diri kita tidak terjadi.


Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...