Sunday, October 11, 2009

Kepada Pemimpin di Papua, Jangan Membunuh Perjuangan

OCTHO- Akhir-akhir ini banyak rakyat Papua, bahkan aktivis sekalipun yang menyatakan kejenuhannya terkait persoalan Papua yang semakin hari semakin rumit, bahkan kadang titik temu dari pada persoalan itu sangat sukar untuk di temukan. Ini sebuah realita yang terjadi belakangan ini di Papua

Sebenarnya yang mengagaskan sebuah kejenuhan itu adalah dari kalangan internal pejuang Papua sendiri, terlebih khusus dari mereka (orang-orang tua) yang berlagak pahlawan, supermen, kstaria, bahkan berlagak menjadi seorang nabi, ulama serta TUHAN sekalipun yang akan menyelamatkan, menentukan, serta menggaskan masa depan Papua yang lebih baik.

Dewan Adat Papua (DAP), Kinerja mereka saat ini berjalan tidak semestisnya, alias terkatung-katung karena sudah terlanjur cerburkan diri ke rana politik, yang sekaligus melemahkan tingkat kepercayaan birokrasi, bahkan masyarakat Papua yang berpikir dewasa dan telah mengerti bagaimana seharusnya kinerja DAP.

Saya bisa katakan kinerja yang begitu tolol, ketika DAP selalu mengklaim berbagai hal, khususnya yang berbau politik rakyat PAPUA di muka publik. Karena perlu di ketahui, tugas dan wewenang DAP bukan memperjuangkan hak-hak dasar rakyat PAPUA dalam politik, tapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan rakyat PAPUA yang lebih sejahtera, dengan tujuan terselubung yang lebih mulia, yaitu mendorong sebuah kebebasan itu.

Sekarang kaki, tangan bahkan mulut dari DAP diikat, tidak berdaya, tidak mampu, tidak bisa bicara, bahkan terpasung di atas segala kegombalan, ketedoran serta kelancangan. Ini tidak boleh terjadi, DAP harus berbenah, seraya memperbaiki langkah-langkah kerja yang sudah tentu mengubur semangat perjuangan.

DAP mempunya peran terpenting yang tidak boleh diabaikan, yaitu penguaatan basis alias memberikan pemahaman yang mendalam kepada rakyat Papua tentang akar persoalan PAPUA yang sebenarnya. Ini kerja-kerja terselubung, yang dampaknya bisa mempengaruhi seluruh akar rumpur masyarakat Papua. Dan impian besar untuk revolusi bisa terjawab, ketika hal ini sangat serius di perhatikan.

Selain DAP, ada lagi yang mengacaukan perjuangan rakyat Papua. Banyaknya fraksi-fraksi, organ-organ serta LMA yng berlagak serta mendapat mandat penuh dari rakyat untuk memperjuangkan hak-hak politik rakyat PAPUA. Mereka malah membut kericuhan yang lebih parah dalam mewujudkan impian rakyat Papua yang sebenarnya.

Padahal seharusnya tidak demikian. Hanya PDP yang mendapat tanggung jawab itu setelah kongres yang berlangsung di numbay lalu. DAP juga sama mendapat mandat itu, namun tidak untuk yang berbau politik. Kalau politik praktis tidak jadi soal, tapi jangan politik terbuka, apalagi klaim-klaim di media masa.

Setelah PDP mendapatkan mandat, kerja awal-awal saat itu cukup bagus, dan bisa di katakan cukup sukses, bahkan yang lebih hebat lagi, kala itu mereka bisa menemui Habibi. Tapi saat ini semua itu tinggal kenangan. Moment penting untuk sebuah kebebasan tidak di manfaatkan oleh pejuang PDP yang mendapatkan tanggung jawab pernuh dari rakyat.

Malahan saat ini struktur, serta pimpinan-pimpinan PDP sendiri telah banyak yang kelabuhi sebuah perjuangan, dengan dalih utusan serta perwakilan rakyat akar rumput. Bahkan yang lebih heran lagi, ada lagi yang ikut-ikutan untuk juangkan hak-hak politik rakyat Papua dengan konsep dialog. Padahal arah, tujuan, serta akhir dari dialog alias perundigan yang mereka tawarkan (padahal Jakarta telah lebih dulu tawarkan) sangat-sangat tidak jelas.

Jangan sekali bermain-main dengan musuh. Karena percuma bicara berjuang, kenyataan mencintai musuh, menyayangi musuh bahkan ada juga yang meninabobokan musuh dalam penderitaan rakyat Papua. Ini tidak boleh terjadi, PDP harus berpikir ulang, jangan membuat harapan, tanggungan, serta kepercayaan yng rakyat Papua berikan pupus dan sirna begitu saja, dengan kepentingan pribadi yang tidak begitu menjanjikan.

Fraksi-fraksi yang muncul saat-saat ini juga semakin bingungkan rakyat Papua. Seperti. Ada WPNCL, ONPB, serta masih banyak lagi. percuma saya sebut dorang pu nama organ satu persatu, nanti buat mereka kepala besar kecil saja, dikira mendapat pengakuan untuk perjuangkan hak-hak politik rakyat PAPUA.

Kehadiran fraksi-fraksi yang dengan dalih dapat kepercayaan dari rakyat buat orang Papua semakin bingung, bahkan kaum intelektual sekalipun. Jangan kaget, karena saling klaim yang berlebih dari tiap fraksi yang ada soal dukungan rakyat Papua untuk perjuangan, hingga banyak yang merasa jenuh, bosan, bahkan mandeg dengan kata MERDEKA. Ini sebuah realita alias kenyataan yang tidak bisa kita sepelakan.

Karena berbicara perjuangan bukan milik organ-organ seperti PDP, DAP, serta LMA yang ada. Dan selain itu juga bukan milki fraksi2 (WPNCL, ONPB, dll) tapi perjuangan, serta kebebasan milik semua rakyat PAPUA, termasuk rakyat akar rumput yang tanggung jawab serta kepercayaannya selalu salah digunakan oleh elit perjuangan Papua.

Saya tidak menghakimi pemimpin-pemimpin Papua sekalian dengan refleksi ini, karena yang akan jadi hakim hanyalah TUHAN ALLAH rakyat Papua sendiri. Dan saya juga tidak menuduh organ-orgna yang salah berjuang dengan mengorbankan rakyat Papua sebagai biang kehancuran, walau kenyataannya demikian.

Bahkan saya juga tidak menyalahkan pembentukan fraksi-fraksi perjuangan untuk sebuah kebebasan rakyat Papua, karena tujuan yang di capai dengan terbentuknya fraksi-fraksi itu menurut pribadi saya sangat-sangat mulia, yaitu untuk sebuah kebebasan dalam waktu kedepan yang lebih baik lagi.

Yang saya tekankan dengan refleksi ini, buang jauh-jauh egoisme setiap organ-organ, fraksi-fraksi serta pemimpin Papua sekalian. Karena ketika sifat ego muncul, berarti salah kalian, dimana membunuh sebuah perjuangan yang sebenarnya. Karena sekian banyak rakyat Papua, termasuk intelektual jadi korban dengan ulah, serta kebegisan tindakan yang kalian ambil. Walau kenyataan saat ini, banyak yang terbunuh dengan obrolan bual yang kalian ambil.

Akhir kata, jangan membunuh perjuangan rakyat Papua dengan dalih perjuangkan rakyat Papua, kalau kenyataan egoisme masih di pertahankan sebagai “jargon” utama dalam mencapai sebuah kebebasan itu. Rakyat PAPUA sudah bosan, jenuh, malas, bahkan tidak bisa berkata-kata dengan arah Papua yang semakin tidak jelas, tolong pejuang-pejuang Papua yang mempunya otoritas tinggi jangan kelabuhi semangat mereka lagi untuk membicarakan Papua yang lebih baik dan sejahtera di masa depan.

Sumber Foto: http://www.geocities.com/documentpapua/image020.jpg



headerr

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...