Tuesday, April 13, 2010

Wisata Cartenz (Mbai Gele) dan Kesiapaan Pemerintah Mengelolahnya

OCTHO- Puncak Cartenz Pyramid yang tingginya 4.884 M merupakan salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia yang di selimuti salju abadi. Memang cukup aneh, di daerah tropis terdapat salju, di tambah keindahan alam yang sungguh mempersona. Ini karunia Tuhan untuk masyarakat di Papua.

Nama Cartensz diambil dari penemunya yaitu seorang pelaut asal Belanda, John Carstensz yang menyaksikan adanya puncak gunung yang tertutup oleh Es di negara ekuator. Tidak ada yang percaya dengan peenyataan nya tersebut. John Carstensz adalah orang eropa pertama yang menyaksikan puncak Cartesz dengan mata kepalanya sendiri.

Keindahan Puncak Cartenz ditambah panorama alamnya telah menarik 200-300 orang wisatawan berdatangan tiap tahunnya, mereka umumnya berasal dari Amerika, Eropa dan Australia. Selain itu, dari dalam negeri juga banyak yang wisatawan yang telah datang. Tujuan kedatangan mereka ke puncak cartenz beragam, ada yang hanya ingin sekedar melepas lelah, ada juga yang melakukan penilitian dan ada pula yang untuk kepentingan publikasi di media tempat mereka bekerja.

Keindahan cartenz memang telah menyedot perhatian dunia Internasional. Namun yang di sayangkan, hingga saat ini kehadiran para wisatawan itu tidak pernah memberi keuntungan bagi masyarakat adat yang ada di sekitar puncak cartenz. Ini yang menjadi persoalan, sebenarnya Pemerintah Provinsi harus membentuk sebuah biro perjalanan atau lembaga wisata resmi yang memilki ijin resmi juga untuk kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah sendiri.

Dalam beberapa komentar di media massa terkait puncak caretenz dan peluang wisata, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, Drs. Frans Rumbiak mengatakan bahwa daerah ini akan di kelolah untuk memberikan income atau pemasukan bagi pemerintah, baik provinsi maupun daerah, namun di sayangkan, hingga saat ini rencana tersebut belum terealisasi. Memang menjadi pertanyaan, mengapa bisa demikian, padahal beberapa kontraktor yang telah bersedia melaksanakan proyek pembangunan itu.

Beliau juga pernah mengatakan, bahwa akan ada pembangunan rumah singgah sejenis hotel yang di namakan Home Stay, agar memenuhi kebutuhan para wisatatawan. Hal ini juga belum terealisasi. Hal yang paling penting juga, adalah pemerintah harus melibatkan masyarakat, tokoh intelektual, tokoh adat serta pemerintah daerah. Karena keberlangsungan rencana pembangunan akan betul-betul tercapai jika dukungan, komitmen semua pihak yang ada di sekitar areal cartenz.

Salah satu daerah yang telah menyatakan niatnya untuk membangun dan menjadikan Cartenz sebagai tempat objek wisata adalah Kabupaten Intan Jaya. Kabupaten Intan Jaya memang memilki areal yang paling besar di daerah Cartenz, kemudian jangkuan untuk sampai pada puncak cartenz lebih muda melalui Kabupaten Intan Jaya. Selain itu, penghuni areal cartenz adalah masyarakat Moni, yang sudah tentu merupkan wilayah Intan Jaya.

Kabid Pariwisata Kabupaten Intan Jaya, Januarius Maiseni, dalam beberapa komentar di media massa pernah menyatakan tekad dan kesungguhan mereka untuk membangun pariwisata di sekitar cartenz. “pemerintah daerah Intan Jaya telah menyatakan tekad untuk membangun wisata di areal cartenz. Sudah tentu ini akan tercapai bila ada kerja sama dari masyarakat, pemerintah provinsi dan kami sendiri,” seperti di kutip Papua Pos Nabire beberapa waktu lalu.

Membangun wisata di cartenz memang bukan merupakan hal mudah, karena sudah tentu pandangan masyarakat di sekitar yang mengatakan bahwa areal ini adalah tempat yang paling sacral atau keramat yang sudah tentu tidak bisa di ganggu oleh siapapun. Untuk membuka keterisolaisoan sekaligus kesakralan itu, sudah tentu masyarakat adat yang berada di sekitar cartenz perlu di libatkan.

Dalam suratnya, masyarakat adat yang tergabung dalam Komunitas Mbai Gele Kabupaten Intan Jaya, telah menyatakan tekad dan keseriusannya untuk mengijinkan pemerintah baik daerah maupun provinsi mengelolah tempat wisata tersebut, asalkan ada sebuah kesepakatan, yakni menggelar doa adat. Sudah tentu tuntutan seperti ini harus di respon positif oleh pemerintah, baik provinsi maupun daerah. Karena ini itikad baik dari masyarakat, yang mana menginginkan kemajuan dan pembangunanan.

Untuk menggelar doa ada ini sendiri, sudah tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah di harapkan dapat memenuhi keinginan ini. Karena ini sudah tentu untuk kemajuan dan kepentingan bersama, baik pemerintah dan masyarakat. Ketua Komunitas Mbai Gele, Andreas Maiseni, S.Pd dalam suratnya kepada pemerintah provinsi Papua maupun pemerintah daerah Intan Jaya pernah menyatakan, bahwa dana untuk keperluan ini harus di tanggung penuh oleh pemerintah. Memang hal yang benar, pemerintah harus memfasilitasi terselenggaranya doa adat ini.

Selain menggelar doa adat di sekitar areal cartenz, ada hal paling penting yang harus di sepakati, yakni; perjanjian atau kesepakatan dari pemerintah, dimana bersedia melibatkan masyarakat sekitar untuk mengelolah areal cartenz ini. UU Otsus memberikan jaminan itu, dimana melakukan pemberdayaan bagi masyarakat adat yang memilki tanah adat. Saya kira, ini tugas pemerintah yang harus di wujud nyatakan, jika memang pengelolahan cartenz ini akan berjalan lancar.

Untuk masalah pembangunan daerah sekitar setelah kehadiran wisata cartenz, merupakan hal utama yang telah di pikirkan oleh pemerintah daerah. Apalagi telah di ketahui bersama, masyarakat sekitar sangat tertinggal dari kemajuan. Pendidikan mereka sangat terpuruk, di tambah eknomi yang hanya bergantung pada pertaninan dan berburu. Ini sudah tentu harus menjadi perhatian bersama. Selain itu, kehadiran wisata cartenz juga sudah tentu harus menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat.

Sekedar di ketahui, nama sebenarnya Cartenz adalah Mbai Gele, dan kadang masyarakat sekitar menyebutnya Tua yang artinya; batu terlarang yang tidak boleh di sentuh oleh siapapun. Sudah tentu, tempat ini telah di anggap tempat yang begitu sacral atau keramat oleh para nenek moyang, terutama marga maisini, kum, joani, duwitau, sondegau dan wandagau yang memiliki hak adat areal cartenz ini.

Sekiranya itikad baik dari masyarakat adat untuk menggelar doa adat adalah jalan masuk bagi pemerintah provinsi dan daerah untuk mengelolah wisata cartenz yang lebih baik kedepannya. Kehadiran wisata cartenz sudah tentu akan memberikan keuntungan bagi banyak pihak, baik wisatawan, pemerintah, serta masyarakat setempat. (Penulis adalah Jurnalis lepas, saat ini tinggal di Kabupaten Nabire)


Sumber Gambar: http://archive.kaskus.us/thread/1379223/0/top-50-keajaiban-alam-indonesia
Sumber penulisan:


http://en.wikipedia.org/wiki/Puncak_Jaya
http://pascalzone.blogspot.com/2009/04/gunung-cartenz-jayawijaya.html
http://www.adventureindonesia.com/carstensz-welcome.htm
http://www.papuaposnabire.net/index.php?option=com_content&view=article&id=105:persiapan-jelang-fds-pemkab-gelar-workshop&catid=37:sentani-news&Itemid=58
http://portal.sabhawana.com/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=261



headerr

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...