OCTHO- Kebesaran Tuhan memang betul-betul nyata, hal ini terbukti dengan di ciptakannya tanah Papua yang begitu kaya raya. Antonio d'Abrau pelaut asal Portugis saat pertama kali menginjakan kakinya di bumi cenderawasih, mengatakan bahwa Papua adalah Pulau emas (Isla del Oro atau Island of Gold).
Pernyataan Antonio d’Abrau patut dibenarkan. Lihat saja, melimpahnya emas dan tembaga di Timika. Dengan kelimpahan kekayaan itu terbukti PT Freeport Indonesia hadir sejak tahun 1967, dua tahun sebelum PEPERA diberlangsungkan. PT Freeport Indonesia sendiri telah di sinyalir masuk hancur leburkan mimpi rakyat Papua, terutama pemilik hak ulayat, yang mana keberadaan mereka di sekitar lokasi tambang terbesar ketiga di dunia ini sangat-sangat menggenaskan.
Selain emas dan tembaga, ada juga minyak dan gas di Papua. Hal ini terlihat dengan kehadiran British Petroleum (BPT), perusahan multi-Internasional asal Inggris yang telah lama beroperasi di Bintuni. BPT sendiri saat ini hadir sebagai cadangan gas terbesar ke dua di dunia. BPT memperlakukan masyarakat setempat dengan tidak manusiawi juga. Hak-hak dasar masyarakat untuk menikmati segala kekayaan yang Tuhan karuniakan diabaikan begitu saja.
Perlakuan kedua perusahan Multi-Internasional ini merupakan puncak gunung es dari kehadiran berbagai perusahan berskala kecil maupun besar yang telah dan akan menanamkan investasinya di Papua. Saat mereka berlomba-lomba menanamkan investasi di Papua, saat itu pula rakyat Papua berpikir akan ada perubahan hidup, dalam arti kesejahteraan hidup akan di perhatikan.
Tetapi fakta menunjukan, bahwa hal itu sangat mustahil tercapai. Ada istilah, “seperti si cebol mengharapkan jatuhnya bulan”, dengan arti harapan orang Papua begitu besar untuk hidup sejahtera, padahal ikon kapitalisme dan imprealisme tetap menjajakan kakinya di bumi Papua untuk memenuhi kepentingan mereka semata, tanpa peduli dengan kebutuhan dasar masyarakat Papua. Kehadiran beberapa perusahan di Papua, selain PT Freeport Indonesia dan Britsh Petrolium bukan cerita baru lagi, kalau telah menghadirkan berbagai bentuk pelanggaran HAM yang masuk kategori berat. Dan memang ini terbukti begitu nyata.
Masih teringat ketika Amungme melakukan pemberontakan karena frustasi pada tahun 1977 dan meledakkan jalur pipa, pasukan keamanan melakukan penyerangan balik. Kebun-kebun dan rumah-rumah dihancurkan, beberapa orang Amungme dibantai dan dibunuh, peristiwa ini terjadi di tahun 1977 di sekitar lokasi pertambangan Freeport. Indonesia dan Militernya mengumumkan bahwa 900 orang jumlah yang meninggal. Namun data tidak resmi menunjukkan korban sebenarnya dua kali lipat. Sungguh jahat dan bengis Militer dan bangsa Indonesia, kepentingan melahirkan bentuk pelanggaran HAM berat di Papua.
Masih banyak persoalan yang lahir dan akan terus terjadi di Papua karena berbagai pihak menginginkan tanah Papua dan kekayaannya. Masih banyak pihak juga yang menginginkan emas, minyak, permata, tembaga dan gas di Papua. Mereka berlomba-lomba datang untuk mengambil semua itu. Dan saat itu pula, perlakuan tidak semena-mena yang mereka buat, dengan aparat Militer yang telah mereka boncengi. Dalam arah pikiran mereka, bisa ditebak, bahwa mereka bukan butuh manusia Papua (orang Papua) namun mereka butuh tanah Papua yang kaya raya itu.
Kalau sudah begini, kapan tanah Papua akan di sebut sebagai zona damai? Bukankah konflik muncul hanya karena kepentingan dari berbagai oknum? Dan bukankah konflik itu muncul, hanya karena salah Tuhan menciptakan tanah Papua yang begitu kaya raya?
Salahkan para investor serta perusahan-perusahan asing, karena kehadiran mereka yang telah timbulkan konfik di Papua? Salahkan masyarakat Papua, karena tidak menjaga betul anugerah pemberian Tuhan? Atau Salahkan Militer, karena berlagak sok pahlawan, hanya karena demi lembaran rupiah darah? Atau justru Salahkan Tuhan, karena menciptakan tanah Papua yang begitu kaya raya? Nampaknya pertanyaan-pertanyaan di atas kita patut jawab bersama-sama sembari mencari, siapa yang memang betul-betul bersalah atas tanah Papua, sehingga nasib orang Papua begitu menggenaskan sampai saat ini. Selamat berdiskusi.
Sumber Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyBErpHImGNSGyNIULf7L_jYZ4xCXSfOgXpCGXPlQp3wXhNR15793kLQxR5UqicgxZGbI1pqywyCLQBYbssc8QkJBiTTtvqeLC2CEcV5SD247mtIRn1wEoopmQtKf_TmusYrITNcMl1T4/s400/peta_tangguh_project.jpg
Monday, November 16, 2009
TUHAN VS KEKAYAAN PAPUA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Salam kenal Bung Okto.
ReplyDeleteTulisan anda membuat saya sadar bahwa bangsa ini sedang sakit. Terima kasih atas informasi ini, semoga Anda menjadi putra daerah yang mampu memberikan pencerahan kepada teman-teman di Papua.
Salam.