Monday, June 07, 2010

Ketidaksiapan Dalam Membangun Kabupaten Intan Jaya (3)

OCTHO- MELANJUTKAN beberapa tulisan sebelumnya tentang ketidaksiapan pejabat dalam membangun Kabupaten Intan Jaya, penulis kembali menulis. Penulis baru saja turun dari Kabupaten Intan Jaya, hampir seminggu lamanya di Intan Jaya. Banyak persoalan yang penulis sempat saksikan dengan mata kepala, semua itu sebuah kenyataan yang tidak perlu kita elak kebenarannya.

Hari pertama tiba di Intan Jaya, sempat menyaksikan kepolosan dan keluguaan masyarakat Intan Jaya, banyak dari antara mereka yang telah mengetahui bahwa Intan Jaya telah menjadi sebuah Kabupaten, namun tidak banyak yang mengetahui dimana para pejabatnya tinggal dan berkantor. Bukan karena kantor belum di bangun dan bukan karena pula perumahan pejabat belum di bangun juga, keduanya sudah di bangun dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit.

Beberapa kantor telah di bangun, seperti kantor Dinas kesehatan yang di bangun persis di samping puskesmas yang telah di sulap menjadi rumah sakit. Kantor PU, Bapeda, dan beberapa kantor yang di bangun di samping bandara udara, dan masih banyak lagi kantor-kantor pemerintahan yang telah di bangun. Namun benar, aktivitas kantor sangat sepi. Kaca-kaca jendela bila di lihat dari kejauhaan tampak berdebu, menandakan tak ada orang yang pernah berkantor dan membersihkan.

Dari hari selasa hingga hari sabtu aktivitas kantor kesehatan betul-betul tidak berfungsi. Padahal pelayanan kesehatan kepada masyarakat Intan Jaya adalah hal paling urgent yang perlu di lakukan. Ketika di tanya, masyarakat sekitar mengatakan bahwa tidak ada orang yang berkantor, jika ada yang sakit hanya puskesmas terdekat yang selalu melayani, itupun tak di temukan obat-obat yang betul-betul menjangkau kebutuhan mereka.

Pejabat Intan Jaya di dinas kesehatan perlu berpikir keras persoalan ini. Jangan suka lebih lama tinggal di Kabupaten Nabire, sumpah serapan beberapa waktu telah di keluarkan saat pelantikan, dimana betul-betul bersedia untuk mengabdi pada negara, yakni; pada Kabupaten Intan Jaya sudah harus di wujud nyatakan.

Masyarakat Intan Jaya mengatakan dengan jelas kepada penulis ketika berbincang-bincang, bahwa pejabat-pejabat hanya akan datang ketika seorang penjabat Bupati datang ke Intan Jaya dan yang berikut ketika akan ada acara-acara yang melibatkan masyarakat umum. Selain dari kedua agenda ini tidak akan ada pejabat yang betah tinggal di Intan Jaya, jika ada hanya bisa di hitung dengan jari.

Contoh, beberapa hari lalu saat ada acara ulang tahun Kabupaten Intan Jaya yang berlangsung di sugapa, hampir semua pejabat melakukan perjalanan ke Kabupaten Intan Jaya untuk mengikuti kegiataan ini, namun setelah kegiataan berakhir tidak banyak yang bisa kita temukan lagi, semua telah pulang ke Kabupaten Nabire, memang mendapat sorotan tajam dari masyarakat, tapi tentu mereka tak akan jera dengan sorotan orang kecil seperti masyarakat Intan Jaya. Saya juga berpikir, mungkin dengan tulisan ini bisa lebih mengigatkan para pejabat lagi.

Seharusnya para pejabat insaf dengan perbuataan yang memang betul-betul tidak terpuji, dimana meninggalkan tempat tugas begitu lama dengan alasan yang tidak masuk di akal. Penulis bukan mau mendikte para pejabat sekalian, tapi hanya memberikan saran dan masukan yang bersifat kekeluargaan dalam berumah tangga di Kabupaten Intan Jaya.

Dan yang lebih di sayangkan, justru banyak anak asli Kabupaten Intan Jaya yang telah menjadi pejabat yang tidak betah tinggal di intan jaya. Ini menjadi pertanyaan, ada apa? Seharusnya anak-anak asli Kabupaten Intan Jaya yang memberikan contoh kepada para pejabat lain untuk bekerja dan mengabdi secara sungguh-sungguh di Kabupaten Intan Jaya, jika mendapati pejabat bukan asli Intan Jaya yang keluar terus menerus mungkin bisa di tolerir, tapi jika yang melakukan anak asli Intan Jaya sendiri bagaimana bisa di terima?

Ini harus menjadi perhatian semua kita. Membangun kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam membangun Kabupaten Intan Jaya dalam beberapa waktu mendatang sangat-lah penting dan yang menjalankan fungsi tugas ini adalah anak-anak asli Intan Jaya yang telah menjadi pejabat. Semoga ada yang bisa sadar dengan pekerjaan mulia ini.

Kemudian berbicara soal tempat tinggal. Rumah para pejabat telah di bangun dengan menghabiskan dana kurang lebih sekitar 3 Milyar, ini penuturan seorang staf pemerintah di Sugapa, hampir 10 rumah telah ada, sedikit lebih modern, dan penulis kira pantas di desain sedemikiaan rupa untuk kepentingan para pejabat agar betah tinggal di Kabupaten Intan Jaya.

Namun sungguh naïf, hampir seminggu lamanya penulis di Intan Jaya, rumah-rumah tersebut tidak di huni oleh para pejabat, ketika di tanya mereka semua tidak berada di tempat, hanya beberapa saja (para staf, bukan kepala dinas) yang masih ada. Para staf-pun mengaku tidak tahu dimana keberadaan para kepala dinas mereka.

Memang masih menjadi pertanyaan, dimana para pejabat tinggal, jika di luar Kabupaten Intan Jaya, apa sih yang di lakukan? Bukankah tempat mengabdi, kantor dan rumah untuk bekerja telah di bangun di Intan Jaya? Bukankah masyarakat di Intan Jaya ingin melihat seorang pejabat yang melakukan komunikasi dengan mereka untuk tujuaan membangun?

Penulis juga sempat melihat kantor Bupati Intan Jaya yang telah di bangun dengan megahnya. Namun penuturan beberapa masyarakat Intan Jaya, bahwa kantor tersebut awalnya kantor Camat, hanya di rehab menjadi baik, dan di gunakan sebagai kantor Bupati. Menjadi pertanyaan, dengan tujuaan apa tidak di bangun yang baru. Apakah tidak ada dana? Menghemat waktu? Atau tidak ada dana untuk membangun? Kalau pertanyaan ketiga merupakan hal aneh, karena terlalu banyak dana yang di alokasikan untuk Kabupaten Intan Jaya.

Tidak cukup membangun kantor, sama sekali tidak cukup. Dalam kantor tersebut di perlukan alat-alat kerja dan alat tulis apa saja yang ada untuk menunjang aktvitas kerja para pejabat itu. Supaya para pejabat tidak hanya tinggal berpangku tangan, datang, duduk, diam, dengar dan duit.

Salah satu contohnya penulis temui di kantor Bupati Intan Jaya, tidak cukup bangunan yang sedemikiaan megah, sangatlah tidak cukup. Saat penulis masuk, sama sekali tak di temukan alat kerja yang dapat menunjang para pejabat bekerja. Memang sedikit miris menyaksikannya, dimana beberapa pejabat hanya berdiri sambil berpangku tangan, menyaksikan aktvitas masyarakat di luar kantor (kebetulan di depan adalah pasar umum masyarakat Intan Jaya).

Jika berbicara mengenai kemampuan dan kesiapaan dalam bekerja dan mengabdi untuk Kabupaten Intan Jaya, tapi aktivitas setiap saat hanya datang ke kantor dan pulang ke rumah tanpa ada sesuatu yang di kerjakan, otomatis apa sih yang bisa kita banggakan? Seorang staf kantor mengaku kepada penulis, bahwa hampir beberapa bulan dia tinggal di Kabupaten Intan Jaya, kegiataannya hanya pergi ke kantor tanpa mengerjakan apa-apa, dan pulang ke rumah, pengakuaanya bahwa memang tidak ada yang perlu di untuk kerjakan.

Jika keadaannya begini, dan ada yang mengatakan bahwa telah berbuat banyak untuk kemajuan Intan Jaya, sangatlah salah. Ini mungkin menjadi pekerjaan rumah, bukan yang di kantor bupati saja, tapi di kantor-kantor lain, bahwa alat-alat tulis kantor paling penting dari segala kepentingan. Walau seorang kepala dinas atau pimpinan tidak berada di tempat, setidaknya seorang staf dapat mengambil alih kerja untuk melayani masyarakat dan menunjang pekerjaan kantor yang ada.

Selama berada di Intan Jaya juga beberapa masyarakat, intelektual dan mahasiswa mengatakan kepada penulis, bahwa kebutuhan mendasar yang paling urgent untuk di bangun di Intan Jaya adalah adanya pembangkit listrik (PLN) dan jaringan komunikasi untuk keperluaan komunikasi. Ini memang tugas berat, tidak mudah, sangat-sangat berat.

Menurut penulis, seharusnya Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan menjadikan agenda pembangunan PLN dan Jalur Komunikasi sebagai agenda utama. Alokasi dana di fokuskan kepada kedua pekerjaan besar ini. saya kira jika kedua instansi terkait memilki komitmen, kemauaan dan kesiapaan, sudah berarti akan memikirkan hal ini, tidak, jika kedua hanya beranggapan bahwa itu sebuah hal yang sulit.

Saya sangat yakin, jika jalur komunikasi telah terbuka lebar, listrik telah masuk di Intan Jaya, wajah Kabupaten Intan Jaya akan berubah drastis. Masyarakat akan menyatukan tekad, pemahaman dan persepsi untuk menerima sebuah perubahan, selain para pejabat akan betah tinggal di Kabupaten Intan Jaya, dan seluruh aktivitas kantor dapat berlangsung dengan baik.

Ketidaksiapaan para pejabat Intan Jaya bersumber dari ketidakmampun mengaktualisasikan potensi diri yang ada. Potensi dan kemampuan itu lebih di gunakan untuk “berbohong” dari pada membangun masyarakat. Tulisan yang lebih fokus kepada kemampuan, kapasitas dan integritas seorang pejabat (pimpinan) dalam mempimpin Kabupaten Intan Jaya akan di bahas pada tulisan selanjutnya.

Sekali lagi penulis ingin menyampaikaan, tulisan ini bentuk kritik membangun, agar sama-sama memikirkan cara dan jalan terbaik untuk membangun Kabupaten Intan Jaya kedepannya. Jika ada yang tidak berkenan dalam tulisan ini, mohon di maafkan, tetapi saya akan masih tetap menulis, agar kita bisa sama-sama saling control dalam menjalankan amanat masyarakat Intan Jaya. Masing-masing kita mempunyai fungsi kerja yang berbeda, tidak perlu ada yang saling komplain dengan kerja-kerja itu, kecuali saling mengingatkan untuk sebuah kemajuan bersama. Amakane!!

Sumber: koran harian Papua Post Nabire

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...