Saturday, January 31, 2009

Untuk Kau, Yang Menduakan Aku



Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak ,orang pintar menjadi bodok jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.

Sepenggal kalimat yang pernah di ungkapkan Jhon Maxwell diatas rasanya sangat pantas untuk menggambarkan seseorang wanita dalam sebuah uraian singkat ini. Dimana wanita ini menjadikan hidupnya tidak berarti dengan pilihan hidup yang sedikit mencoreng dirinya.

Mungkin bagi dirinya, sebuah permainan seperti ini akan membawah menjadi orang yang semakin dikenal. Entahlah, saya sendiri tidak tau apa maksud dari permainan itu. Toh, karena saya sendiri korban daripada permainan itu.

Malam sabtu yang menyebalkan, itu kataku saat seorang wanita Jenna (bukan nama sebenarnya) membuatku hancur lebur karena ulahnya yang begitu tidak akan pernah kumaafkan. Beberapa kali dirinya mencoba kesungguhan hatiku dengan beberapa Testi (Comment) di FS yang menyatakan cinta, sayang bahkan rindunya pada diriku yang jauh di pelosok Papua.

Aku memahami semua ini, tidak mungkin diriku akan menjadi yang special dalam dirinya. Dimana dirinya tentu membutuhkan orang lain, atau teman dekat yang tinggal sama-sama dengannya yang membuatnya bahagia walau tak sebahagia ketika diriku akan bersamanya suatu saat nanti (Mimpi kaliiii).

Aku-pun memahami, kalau dirinya tentu akan menjadi sebuah misteri yang patut di pertanyakan kebenarannya. Entahlah…. Keakrabanku padanya hanyalah keakrabanku dengan seseorang yang misteri. “Misteri, kau telah buatku hancur lebur,” bunyi sepenggal SMS yang aku kirimkan malam minggu itu ke ponselnya.

Ponselku malam minggu itu berdering beberapa kali, membuatku agak malas untuk mengakatnya. Entahlah…nggak mungkin kubiarkan hasratnya untuk berbicara denganku sirna begitu saja. Kuangkat ponselku dengan bermalas, tapi dari suara dan raut waajahku kurasa sudah cukup meyakinkannya bahwa aku sangat bahagia mendengar suaranya.

“kabar-mu gimana, kok nggak pernah kase kabar lagi,” terangnya sedikit menggorek pembicaraan kita biar lebih jauh. “baek, tapi sedikit menyebalkan, karena saya ganas koe sekali, kataku mengalihkan segala pembicaraan manisan yang telah disusunya rapi sedemikian rupa di malam minggu itu.

Menjadi perenungan untuknya. “kenapa koe ganas saya, masa kok gitu,” Tanya dengan sedikit bercanda seakan-akan dirinya tak pernah bersalah padaku, sehabis itu logat jawanya yang semakin menjad-jadi membuatku agak malas omong padanya. Malam itu diriku, dibuat pusing, seakan akau orang bodoh se-dunia. Baginya, tidak akan beralihr pembicaraan apabila diriku tak mengukapkan akar duduk sebuah persoalan, yang membuat aku ganas padanya.

Saya sangat bersikeras untuk tak menjawabnya, lagian aku juga sedikit kesal, dimana dirinya beranggapan bahwa dirinya seorang malaikat yang tidak pernah bersalah. “kamu koreksi dulu, kesalahan terbesar apa yang kamu buat, sehingga membuat saya ganas setengah mati dengan koe. Saya rasa koe bisa sadari koe punya kesalahan kok,”terangku mantap dengan dalih tak mau menjawab pertanyaan via ponsel malam itu.

Beberapa kali aku dibuat pusing, bahkan rasanya ponselku yang selalu menjadi teman sepermainanku ku banting dengan harapan agar tak berbicara lagi padanya. Tak mungkin kulakukan semua itu, ponsel tidak pernah bersalah dalam duduk persoalan ini. Sudah kujelaskan berkali-kali, bahwa aku tak berbicara persoalan ini padanya, namun dirinya tetap bersikeras untuk mendengar langung permasalahan ini. “cepatan bicaranya, nggak akan kuputusin obrolan ini, kalau kau tidak memberitahukan persoalan apa yang sedang terjadi antara kau dan aku,” terangnya seraya memaksa batinku agar bersura memberi jawabnnya padanya.

“gimana sih cara kamu menyelesaikan sebuah persoalan, dalam kehidupanmu kalau caramu tetap begini,” terangnya seraya memberi sebuah pancingan untuk dimakan oleh aku. “saya tunggu semua masalah selesai, enak suasana hatinya, baru akan kuselesaikan semua persoalan itu,”terangku mantap menepis aura nadanya yang semakin memaksa.

Tidak pernah batinku menyerah dengan pancingan-pancingan manisnya. Bagiku, dirinya hanyalah sebuah gong yang sedang berkumandang untuk didengar suaranya oleh sedemikian banyak orang. Dirinya telah menjadi dewi yang berkhazana elok, seakan-akan tidak pernah berdosa, bernista tetapi semua telah memupus semua harapan ini.

Malam itu menjadi malam pergulatan batinku yang telah berdosa karena memberi hati untuk disinggahinya. Batinku berdosa, karena tanpa sepengetahuan yang diatas (God) memberikan ruang untuk di obrak-abrik oleh seseorang misteri. Misteri, kau akan bahagia dan senang ketika tak akan mengobrak-abrik aku lagi. Kau akan lebih senang, omong cinta, sayang, say, honey dan sejenisnya pada dia yan memang betul-betul kau cintai.

Mungkin ku tak pantas bagi-mu. Mungkin ku hanyalah anak “kampungan”yang sok orang kota. Maafkan aku, kalau memang selama ini akau memakai topeng itu sehingga membuatmu terpikat padaku. Entahlah, Tuhan, Bulan, dan Bintang jadi saksi dimalam itu. Antara kau dan aku, akulah yang jadi pemenangnya karena batinku tidak pernah menyerah dengan beberapa menu menggoda yang telah kau sedikian untuk merusak batinku dari persoalan ini.

Tuhan maha adil, kataku ketika kau paham dengan semua persoalan duduk persoalan. Tuhan tidak pernah mengijinkan kebenaran di injak-injak oleh dusta. Sekali lagi, ku mau katakan bahwa Tuhan maha adil. Dirinya tidak pernah menyatukan kebenaran dan dusta. Bahkan gelap dan terang tidak akan pernah bersatu. Hanya manusia seperti kau, yang selalu memaksa Tuhan untuk menyatukan yang tidak pernah bisa di satukan untuk disatukan.

Senang rasanya, ketika kau bisa paham dengan semua ini. Senang juga, ketika kau bersedia jelaskan padaku suatu saat nanti duduk persoalan yang sebenarnya. Karena saat itu menjadi malam yang penuh misteri, ketika kau mengetahui dari teman terdekatmu tentang duduk persoalan yang sebenarnya.

Aku benci pada pendusta, aku benci pada pembohong. Aku tidak benci padamu jena (bukan nama sebenarnya), aku tak marah padamu namun aku lebih-lebih tak akan pernah melupakanmu, karena batin saat ini sedang terseok dengan caramu yang sedkiti mendewasakanku. “Tuhan dan Jena memberi aku sebuah pelajaran yang hidup yang akan kuingat sampai mati,” itu kataku seraya berbisik pada batinku yang selalu menemani aku dalam suka dan duka mengarungi kehidupan ini.

Kemana lagi batin ini akan berkelana, itu sebuah misteri yang tidak akan pernah terjawab. Hanya, Tuhan pribadi yang tunggal dalam kehidupan-ku dan waktu yang selalu memompa semangatku yang akan menjawab semuanya. Waktu, tetaplah temani aku untuk menunjukan bukti nyata kedewasaan lainya padaku.



headerr

Artikel Yang Berhubungan



1 comment:

  1. pace....ko px tlisan sj mcm menyentuhk g2!!!

    kae.,,okto nyante aja 2 kn kk"donk to?? jgn tllu ambl hati. z px kk jean 2 tdk kyk g2 y!

    ko tulisn guz sx,,ajarkn z k??

    ReplyDelete

Komentar anda...