OCTHO- Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Seutas kalimat di atas rasanya sangat pantas menggambarkan seorang wanita dalam uraian tulisan kali ini. Beberapa alasan, telah menjadikan dirinya tidak berkembang, alias pola piker yang tetap kerdil terus-menerus. Walau usia, pendikan telah menunjukan dirinya sangat dewasa.
Mencintaimu! Seluruh gambaran isi hatiku kepadamu, saat kau meragukan diriku. Kau bukan wanita, ketika trauma masa lalu kau jadikan ukuran untuk menilaiku. Seharusnya kau bisa pahami, masa lalu tidak akan pernah kembali. Masa depan di gambarkan, tergantung pensil yang kau sedang pakai tuk menggoreskan semua itu.
Saat itu dalam perjalanan menuju sebuah tempat “pelariaan”. Hasrat dirimu yang semakin menjadi-jadi, se-akan menyadarkan aku, bahwa mungkin kau telah menjadi bagian dari diriku. Segala ucapan yang kau keluarkan, semuanya jembatan penyambung antara hatimu dan hatiku.
Teguran, ucapan, sapaan yang telah kau berikan, sudah tentu meyakinkan aku bahwa kau butuh kesempurnaan dariku. Padahal seharusnya kau mengerti, tidak ada seorang-pun yang bisa jadi sempurna. Selain kristus sendiri.
Saat trauma masa lalu semakin membuatmu ragu untuk mengambil keputusan, kau justru membuatku terkeyok dengan gelagat suara hatimu. Tidak! Kataku, seraya semakin meyakinkan dirimu bahwa kau akan tetap bagian dari diriku, yang telah dan akan sedang tergenapi semua harapan itu.
Aku tidak pernah ingin menaggapmu bodoh, bahkan kuper. Walaupun segala alasan yang kau beri seringkali arahnya kesana. Saat kau sedang berkelana ke dunia “alasan” hanya angin lalu yang sedang mendengar segala ucapan gombal itu. Bukannya aku tidak mau mendegar semua itu, tapi hati ini miris mendengar semua itu.
Usia! Menjadi alasan utama untuk kau ingin menjauh dari diriku. Semua tinggal kenangan kataku, ketika dalam segala arah kau selalu dan selalu mencium segala hasrat itu. Sudah aku yakinkan kau, tuk tak terlalu mengarah kesana, karena sudah tentu hati ini akan sakit, ketika semua alasan itu tetap dan tetap kau keluarkan.
Pendikan! Hal itu tidak pernah berpengaruh dalam dunia percintaan. Kau mungkin akan selesai dalam beberapa tahun belakangan ini, sedangkan aku sendiri belum tentu tamat SMA, karena berbagai pergumulan selalu menjadi “sahabat” karibku.
Kau pasti berharap dengan melawan suara hatimu agar saya dapat menemukan seorang wanita yang sangat pantas untuk aku. Harapan itu selalu dan selalu kau nyanyikan setiap saat, seakan-akan telingaku telah tuli. Saya bingung dengan semua ini. Mau membunuhku ataukah mau menghancuriku.
Allah yang kau sembah, itulah yang selalu membesarkanku. Dan tentunya kau harus paham, Allah itu tidak pernah menyuruhmu membunuh seseorang pria dengan ucapan kata-katamu yang sedikit mencekam suasana batin. Malam itu, dalam lilitan selimut “kasih sayang” aku termenung, kau atau dirimu yang sebenarnya sedang menimbang-nimbang.
Jarak! Memang betul, kau sedang berkelana jauh dari tanah Papua. Sumber Daya Alam (SDM) yang handal adalah peluru untuk membangun tanah Papua. Dan kau sedang paham dengan semua itu. Sehingga kau sedang berguru di sana. Namun sebenarnya tidak pantas kau jadikan itu sebagai alasan untuk tetap tidak menerimaku.
Aku tidak tau, mungkin ada orang lain yang sedang kau idolakan di jawa sana. Aku juga tidak tau, adakah orang lain yang telah lebih dulu bersandar menunggu jawaban di hatimu. Tetapi segala gelagat serta caramu, tetap meyakinkanku bahwa kau tidak punya siapa-siapa disana.
Kau pernah berterus-terang, bahwa ada “berkas” luka di hatimu. Yang kau katakan bahwa sangat susah di hapus nodanya. Uraianmu sudah lebih dari cukup, dimana telah betul-betul meyakinkanku bahwa memang betul, noda itu sukar di hapus.
Saat ini aku sedang berusaha untuk membersihkan noda itu. Mungkin uraian dari aku yang belum begitu jelas, sehingga kau sukar tuk mempercayai. Saat aku hadir untuk menjadi seorang malaikan terang, yang ingin memberimu sinar, namun kadang kau menolak semua itu.
Sepenggal puisi pendek yang aku goreskan dalam diarymu, aku kira sudah cukup memberi pencerahan. Namun mungkin kau masih lugu, ataukah kau pura-pura lugu, atau mungkin justur aku yang lugu. Bingung! Lagi-lagi aku bingung, mengapa semua ini bisa terjadi. Padahal Allah menciptakan kau dan aku sebagai manusia pintar.
Harus di selesaikan semua ini. Siapa yang salah di antara kita. Apakah Allah yang salah. Dimana dengan tega mempertemukan kita berdua. Kau yang begitu salah. Dengan gelagat suara hatimu yang selalu menggoda. Ataukah aku yang salah. Dengan mudah memberikan hati ini padamu.
Semoga semua ini bisa di selesaikan secepatnya. Lebih mulia apabila kau mau menjelaskan semua ini padaku, walau aku telah biasa mendengar semua itu. Ter-mulia, apabila mungkin aku, suara aku mau menerima semua kenyataan ini, walau keliatannya sangat sukar. Bahkan sungguh sangat mulia, apabila Allah mau mengerti semua persolaan ini, dan menjadikan kita tetap tegar.
KM Dorolonda, 14 April 2009, Pukul 19.00 wit
Catatan di tengah pertanyaan suara hati.
Thursday, April 23, 2009
Suara Dari Hati, UNTUK-MU
Label:
PACARAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
woiiiiiii..........!!!!! ko fikir opo... iki...................???? Wakakakakakakaaaa................!!!!!!!
ReplyDelete