Tuesday, March 09, 2010

Ketika Harus Mengambil Keputusan


Tragedi Malam Sabtu di Pantai Maf


OCTHO-
Mencintaimu dengan setulus hati, ungkapan dari segala ungkapan kata hati yang sebenarnya ingin aku sampaikan agar kau mengatahuinya. Aku ingin, agar kau selalu berada dalam bayang-bayang cinta dan kasih diriku. Betul-betul aku ingin mengatakan, bahwa kau memang tercipta untuk aku.

Ah, tapi semua sudah terlambat. Tidak mungkin waktu bisa di putar kembali. Waktu telah memberikan kita banyak pilihan, pilihan untuk memutuskan sesuatu, pilihan untuk “merubah” diri dan jalan hidup, serta waktu untuk hidup lebih baik lagi.

Sudah setahun lebih kita jalin hubungan, dan saat itu pula aku beranggapan kau salah satu dari sekian banyak “hati” yang pernah aku singgahi, yang akan memberikan ketenangan sepanjang hidupku. Memang berlebihan aku menilaimu, namun itu yang bisa aku simpulkan dari semua “pergulatan” batin ini.

Malam itu sepertinya sangat-sangat kelam, ketika kau dan beberapa temanmu harus menjebak aku, untuk menyatakan, untuk mengatakan, serta untuk menguji siapa diriku yang sebenarnya? Bagiku itu sangat baik, sangat-sangat baik, tapi cara itu sangat-sangat tidak manusiawi. Mungkin pantai Maf jadi saksi, siapa yang bersalah, dan siapa yang berdosa?

Ulah dari pada ketidakmanusiawi itu telah terbukti, aku harus mengambil keputusan, keputusan yang memang terlalu cepat. Aku menyesali, namun aku juga tidak menyesali karena itu setimpal dengan perbuataanmu, dan perbuataan teman-temanmu.

Kata-kata yang keluar dari mulut aku pada saat itu hanyalah lampiasaan amarah belaka, jangan di percayai, betul aku sekali lagi ingin katakan, jangan sekali-kali memercayai. Kalian semua adalah wanita-wanita Papua yang hebat, terbukti kalian cantik, baik, perhatian, serta sangat-sangat polos. Itu kelebihan kalian wanita Papua, dari pada wanita lain di dunia ini.

Waktu telah memberikan dirinya untuk aku memutuskan semua jalan itu, sukar, bahkan tidak akan bisa kembali lagi, walau bayang-bayang, serta kenangan masa lalu masih menghantui dirimu dan diriku. Kau mungkin telah memiliki banyak pria idola di luar sana, mungkin juga banyak pria yang telah mengidolakanmu, katakan, tegur, serta sapalah mereka, siapa tahu mereka orang terbaik, yang lebih baik dari diri aku.

Aku selalu bermimpi, dimana aku akan pergi, namun aku tidak tahu, dimana akan aku pergi. Pergi untuk masa depan, tanah Papua, serta pergi untuk “jalan hidup” yang lebih baik lagi. Dalam waktu rantauan itu, aku akan memutuskan, memilih serta menentukan arah dan jalan hidup yang baru lagi, termasuk memilih dan memutuskan siapa “kekasih” yang pantas menemani diriku.

Ulasan ini tidak bermaksud “membela diri”, tidak bermaksud ralat perkataan kotor yang keluar dari mulut aku saat itu, bahkan tidak bermaksud membuat ingat kembali semua kenangan-kenangan indah itu. Ini hanyalah bentuk apresiasi serta bentuk kepedulian diriku mengenal kau, dan kalian wanita-wanita Papua yang hebat.

Saya bukan pengecut, bahkan bukan penghianat. Tapi saya hanyalah manusia biasa, yang sedang hidup, untuk ikut, dengar, serta taat pada jalan hidup, bahkan serta suara kata hati. Takluk pada kata hati, takluk pada suara hati, keduanya untuk merubah hidup lebih baik lagi.

Ulasan ini saya tulis di larut malam, mengantuk, capek, bahkan jenuh itu sudah pasti. tapi rasanya telah terbebas, ketika unek-unek dari hati ini harus di salurkan, dimana tidak harus memikirkan serta tidak harus “menangisi” jalan hidup yang kadang tidak sesuai dengan ego dan mau kita.


Asrama Anugerah,
Pukul 22.30 Wit




headerr

Artikel Yang Berhubungan



1 comment:

  1. baguss..Octo. bisa juga dipantai MAF Nabire: "CINTA MEMBELA DIRI"....haaa...kaka sering parkir di pantai MAF itu bersama ipar-ipar dorang tarik satu dua bir heineken. Asyiik juga pantainya menikmati deburan ombak, tapi juga kadang2 mengerikan, katanya ada banyak hantu bergetayangan disitu...

    ReplyDelete

Komentar anda...