Saturday, April 24, 2010

Pedagang Asli Papua dan Pentingnya Perhatian Pemerintah


Mama, saya tidak hargai rahimmu dengan UANG, tetapi ketulusan Jiwaku untuk bersuara kebenaran tentang penderitaanmu di atas tanah leluhur ini. Demi harga diri generasi Bangsaku. (Motto SOLPAP)

Pendahuluan

OCTHO- Kurang lebih 9 tahun lamanya pedagang asli Papua, LSM dan pihak Gereja yang tergabung dalam Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) berjuang untuk mendapatkan fasilitas pasar bagi rakyat asli Papua. Perjuangan panjang ini sebenarnya ingin memutuskan mata rantai dan image bahwa pedagang asli Papua tidak mampu bersaing dengan pedagang dari luar Papua.

Harus kita akui, ketika melihat ekonomi pasar dikuasi oleh penduduk non-Papua, sebenarnya kesalahan utama terletak pada pemerintah daerah yang tidak pernah “berani” mempercayakan pedagang asli Papua untuk maju, mandiri dan bersaing secara sehat dengan pedagang non-Papua. Pejabat birokrasi yang berhubungan langsung dengan pemberdayaan ekonomi lebih pintar membual daripada menepati janjinya.

Sudah cukup lama UU Otonomi Khusus hadir di Tanah Papua. Namun hiruk-pikuk perjalanan orang asli Papua sepertinya lebih banyak yang pahit dan mengenaskan. Pemerintah memunyai hak, memunyai kewenangan, dan memunyai kapasitas tertinggi untuk kemajuan ekonomi di Papua, amanat Otsus memberi jaminan soal itu. Jika ada yang mengatakan bahwa pemerintah pusat masih berwenang, itu hal konyol. Selama ini pemerintah tidur soal pekerjaan mulia ini, pekerjaan memberdayakan ekonomi atau pedagang asli Papua sendiri.

Yang menjadi pertanyaan saat ini, kemana orang-orang Papua yang pintar, pandai dan bergelar tinggi-tinggi? Bukankah banyak dari antara mereka yang saat ini telah terselip masuk di struktur pemerintahan (birokrasi)? Jangan sampai, ada image dari masyarakat luas bahwa segala “kelebihan” itu dipakai untuk membual, berbohong untuk korupsi, menjarah, bahkan sampai merampok uang rakyat kecil.

Hal ini tidak boleh terjadi. Seharusnya ilmu pengetahuan hasil rampokan, jarahan dan rampasan dari luar Papua itu datang untuk memajukan, mensejahterakan, dan memberdayakan orang asli Papua. Mengembalikan kepercayaan rakyat Papua, bahwa mereka mampu bersaing secara sehat dengan para ekonom dari luar Papua, ini sangat penting, dan mutlak dilakukan.

Fasilitas Pasar Bukan Tujuan Akhir


Kita harus menyatukan persepsi, terutama teman-teman yang tergabung dalam SOLPAP bahwa pembangunan fasilitas pasar (fisik) bukan tujuan akhir dari sebuah perjuangan kita untuk mama-mama Papua yang kita cintai. Karena pembangunan fasilitas pasar saja belum tentu menjawab “tangisan” pedagang asli Papua untuk maju dan bersaing dengan pedagang non-Papua.

Untuk mewujudkan semua harapan, baik pasar secara fisik maupun pengertian pasar lebih global tentu dibutuhkan kerja sama, komitmen, dan penyatuan segala persepsi. Sekiranya motto yang teman-teman SOLPAP usung adalah memang suara batin, yang menyatakan tekad, kepedulian, serta kesungguhan untuk memperjuangkan ketidakadilan di tanah ini.

Pembangunan fasilitas pasar untuk pedagang asli Papua (mama-mama, pengrajin seni, pengrajin batik Papua, lukisan serta ukir-ukiran) adalah hal mutlak yang harus menjadi perhatian pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi, karena ini murni untuk kepentingan serta menjawab kebutuhan hidup mereka.

Pembangunan fasilitas pasar konstruksi fisik bukan menjadi akhir dari segala perjuangan untuk memberdayakan pedagang asli Papua di atas tanah leluhur mereka. Tetapi lebih dari itu, memberikan pemahaman, pelatihan, pembinaan serta pendidikan sebelum menempati pasar kepada mama-mama Papua adalah hal terpenting dari segala perjuangan.

Pemerintah Harus Memberikan Perhatian


Pemerintah daerah seharusnya menyadari hal ini, bahwa tugas penting dalam memberikan pelatihan, pembinaan, pendidikan serta pemahaman kepada mama-mama sebelum menempati pasar adalah tugas mereka. Ada instansi terkait di pemerintahan yang bertugas untuk urusan yang satu ini. Jika sampai sekarang belum ada perhatian, berarti selama ini mereka tidur.

Jika memang selama ini tidur, bangunlah, melihat dan merasakan penderitaan orang lain di luar sana . Jika ada yang memberi masukan, pendapat dan saran, jangan sok mendengar, kenyataan tak digubris, ini watak kolonial yang ingin menjajah, tanpa memperhatikan kesengsaraan dan tangisan orang lain.

Biasanya kontrol sosial terhadap sebuah lembaga diberikan oleh sebuah LSM. Hanya saja, LSM acapkali dianggap sebagai musuh pemerintah, musuh pejabat dan musuh pemegang kebijakan. Padahal tidak demikian. LSM adalah mitra pemerintah yang selalu memberikan alternatif, solusi dan masukan untuk sebuah perubahan, terkait persoalan pedangan asli Papua dan fasilitas pasar juga demikian.

LSM dan Peran Kerja Mereka


LSM dan lembaga Gereja bukan pesaing, pesuruh dan perpanjangan tangan pemerintah. Tetapi mereka adalah pekerja-pekerja sosial yang siap bekerja paruh waktu, demi orang banyak. Sumber dana mereka tidak jelas, tidak seperti pemerintah yang dikantornya berhamburan uang setiap waktu. Uang berhamburan dan sangat banyak, tetapi tidak jelas penggunaannya untuk apa saja?

Jika ada LSM dan lembaga Gereja yang bekerja dengan hati untuk masyarakat Papua, seharusnya pemerintah daerah memberikan dukungan, bukan justru menegurnya, seraya mengatakan bahwa mereka bekerja di area orang lain. Pemandangan seperti ini yang terjadi di Papua ketika beberapa LSM dan lembaga Gereja tergabung dalam SOLPAP untuk membantu mengantarkan harapan, masukan dan keinginan dari pedagang asli Papua.

Pemerintah daerah harus menyadari, bahwa perjuangan SOLPAP adalah murni untuk menjawab kepentingan masyarakat asli Papua, khususnya di sektor ekonomi. Perjuangan SOLPAP adalah awal dari perjuangan rakyat Papua Papua, dimana ingin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah yang selama ini diberikan kepercayaan untuk memampukan mereka di atas tanah leluhur mereka.

Ada pernyataan yang mengatakan bahwa rakyat itu milik pemerintah, bukan milik LSM. Memang benar, tetapi saat ini telah sedikit bergeser, dimana masyarakat lebih menaruh kepercayaan kepada LSM, dimana bisa mengantarkan tuntutan, aspirasi dan kerinduan mereka kepada pemerintah. Ini pemandangan umum yang tidak bisa kita bantah kebenaraannya.

Hal seperti ini seharusnya menjadi teguran sekaligus kritik membangunan kepada pemerintah, dimana belajar serta melakukan banyak hal yang bisa menumbuhkan kepercayaan rakyat, dimana beranggapan pemerintah sebagai pemilik rakyat yang benar-benar bertanggungjawab terhadap rakyatnya sendiri.

Perjuangan SOLPAP Murni Untuk Rakyat


Perjuangan SOLPAP adalah perjuangan seluruh rakyat Papua, perjuangan untuk merubah keadaan, citra diri serta imej negatif terhadap seluruh masyarakat Papua, khususnya di bidang ekonomi. Perhatian pemerintah provinsi dan pemerintah daerah sangat penting, jangan sampai kepercayaan publik terhadap pejabat di Papua melemah, karena hanya satu persoalan ini.

Sangat salah, jika pemerintah atau pihak perorangan memandang perjuangan SOLPAP adalah salah satu perjuangan segelintir orang untuk kampanye Gubernur mendatang. Ini hal konyol, dan tidak mungkin menjadi pemikiran pribadi orang yang tergabung dalam SOLPAP. Jika memang benar ada, sebaiknya diusir keluar dari perjuangan ini. Ini perjuangan dari hati, bukan dari mulut dan kata-kata.

Sudah cukup lama mama-mama pedagang asli Papua dibuat tidak berdaya, dibuat menangis, serta dibuat terkapar. SOLPAP terbentuk untuk mengangkat harkat, derajat dan martabat mereka untuk menjawab kebutuhan mereka. SOLPAP terbentuk untuk mengetok pintu hati pemerintah. SOLPAP terbentuk untuk mengatakan bahwa cukup penderitaan mama-mama kita di atas tanah leluhur mereka sendiri.

Beberapa komentar melalui forum diskusi, menuding kehadiran SOLPAP hanya untuk menjawab kepentingan segelintir orang. Penulis sempat bimbang, apa benar demikian? Jika benar, bukankah kita perlu tahu, komitmen awal mereka yang tergabung dalam SOLPAP telah terbangun lama sebelum Pilkada di seluruh tanah Papua, termasuk Provinsi direncanakan maupun diadakan.

Reaksi, khusunya kritik dalam bentuk sosial terhadap pemerintah mereka jalankan ketika persoalan mendapatkan pasar untuk mama asli Papua semakin diabaikan. Kritik, masukan serta saran terhadap sebuah institusi pemerintah itu wajar saja, selagi tidak merugikan pihak itu. Sejauh ini, pengamatan penulis, kritik sosial melalui komunikasi publik yang dilayangkan SOLPAP sangat wajar.

Jadi, salah jika mengatakan bahwa perjuangan SOLPAP untuk kepentingan segelintir orang. Justru yang mengatakan demikianlah yang sedang kampanyekan kepentingan pribadi dan kelompok tempat dia hidup. Komentar-komentar demikian penulis temui di situs jejaring sosial (Facebook), dimana banyak yang mengatakan persoalan ini.

Penutup

Mendapatkan fasilitas pasar untuk pedagang asli Papua adalah hak mutlak, dan perlu perhatian serius dari pemerintah. Jika dikaitkan dengan UU Nomor 21 Tahun 2001, sudah sangat jelas bahwa pemberdayaan masyarakat asli sangatlah penting. Artinya menggali, mengasah dan mengangkat potensi-potensi yang mereka miliki, pembangunan fasilitas pasar untuk mama-mama adalah salah satunya.

Perjuangan untuk mendapatkan fasilitas pasar (bentuk fisik) bukan tujuan akhir dari sebuah perjuangan, tetapi itu satu bagian sedikit dari sebuah perjuangan untuk memberdayakan pedagang asli Papua. Pemerintah berwenang penuh mengarahkan segala kebutuhan pedagang asli Papua.

Selama ini pemerintah dianggap tidur lelap, hanya karena tidak memperhatikan sebuah persoalan yang cukup penting ini. 9 tahun lamanya berjuang bukan waktu yang singkat, hampir seumuran dengan kehadiran UU Otsus di Tanah Papua. Jika ada kritik sosial yang dilancarkan, sebaiknya pemerintah menanggapi dengan kepala dingin, seraya berbenah diri untuk menjawab kebutuhan masyarakat setempat.

Mungkin cukup sudah kita pu mama-mama menderita, menangis dan menjerit di atas tanah leluhur mereka. Berikan apa yang menjadi hak dan kewenangan mereka. Aksi simpatik seribu rupiah yang sering dilakukan teman-teman SOLPAP bukan karena orang Papua miskin, tapi ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa jahat dan setega itukah kalian tidak menjawab apa yang menjadi kebutuhan mendasar pedagang asli Papua di atas tanah adat mereka?

Tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil. Semua perjuangan selalu membuahkan hasil. Kadang hanya waktu saja yang tidak sebareng dengan tuntutan dan harapan kita. Pedagang asli Papua pasti bisa, bisa maju dan bersaing secara sehat dengan pedagang dari luar Papua.

Akhir kata, semoga perjuangan panjang SOLPAP adalah langkah awal sederetan perjuangan sipil di Papua, yang mana dapat membawa perubahan untuk menciptakan Papua Zona Damai. Semoga saja. Amakane. (Penulis adalah Jurnalis Muda, tinggal di pinggiran Kota Intan Jaya, Sugapa)




headerr

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...