Pagi-pagi benar saya terbangun dari tempat tidur saya. Seperti biasa, sebelum mempersiapkan diri saya ke sekolah saya mengecek email masuk serta sedikit memberik komentar di Wikimu, biar pikiran tambah fresh nantinya saat menerima pelajaaran di sekolah.
Ada sebuah email masuk dari seorang sahabat di Medan, yang isinya bagi saya sangat menarik untuk disimak. Pikirku sehabis membaca pesan itu, mungkin pikir dia saya perokok kali?
Tapi secara jujur dari lubuk hati saya yang terdalam, bahwa saya bukanlah perokok, lagian saya sendiri masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tapi saya juga bukan seorang yang benci terhadap perokok. Karena semua orang memilki hak dan kewenangan untuk berbuat apa saja terhadap hidupnya.
Uraian artikel yang dikirimkan pada saat itu adalah mengenai rokok. Bahkan lebih spesifik ke wanita. Judul pada tulisan itu seperti ini "Bolehkan seorang wanita merokok?
Dalam tulisan itu diuraikan, beberapa contoh tentang teman-teman wanitanya yang sudah terikat dalam lingkungan perokok. Padahal beberapa temannya sering aktif di berbagai kegiatan kerohaniaan. Bagi saya sendiri membaca email ini tentunya harus bercermin ke lingkungan sekitar saya, adakah teman-teman wanita saya yang perokok?
Budaya Barat sangat berbeda dengan budaya Indonesia, bagi segelintir orang di Barat kalau wanita merokok itu adalah hal biasa. Jadi jangan heran, kalau di beberapa mal, banyak orang asing, khususnya wanita yang dengan tenangnya mengisap rokok.
Tapi tentunya di samping merokok, harus ada beberapa efek samping yang akan dihadapi oleh seorang perokok apalagi perokoknya adalah wanita. Dan saya sendiri bukanlah seorang dokter sehingga tidak bisa saya uraikan panjang lebar.
Dalam hal ini, saya minta partisipasi dari wikimuers sekalian, boleh nggak seorang wanita merokok. Padahal wanita punya banyak tugas dan tanggung jawab, diantaranya mengasuh anak-anak, mengatur keuangan dan lain sebagainya semua yang diperbuat seorang wanita kan diamati terus oleh setiap orang yang ada di lingkungannya.
Sunday, December 28, 2008
Boleh Nggak Wanita Merokok??
Friday, December 26, 2008
Pdt. Yance Nawipa, M.Th : Natal Membawah Hidup Bahagia
NABIRE- Tradisi perayaan Ibadah Natal sudah menjadi suatu kebiasaan yang turun-temurun di laksanakan oleh seluruh umat Kristiani di seantoro dunia, dimana dengan lahirnya sang putra natal kedalam dunia telah memberikan suatu kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Namun masih banyak orang Kristen yang belum mengerti akan makna sebuah Ibadah Natal, sehingga masih banyak yang masih salah tafsir dengan perayaan ibadah natal seperti ini.
Selain itu, masih banyak orang Kristen yang memahami ibadah natal yang di selenggarakan setiap tahunnya hanyalah sebatas penyalaan lilin, disertai dengan hiasan pohon natal yang sangat enak dan indah untuk di pandang. Hal ini dikemukakan Pdt. Yance Nawipa, M.Th saat menyampaikan renungan khotbah saat berlangsung acara natal di Gereja KINGMI Jemaat Sejahtera Nabire, Jumat (05/12) lalu.
“Ibadah natal seharunya membawah sebuah kebahagiaan yang tidak akan tergantikan oleh barang, benda bahkan uang sekalipun. Tetapi yang sangat di sayangkan, banyak orang yang menggunakan topeng alias munafik untuk menunjukan sebuah kebahagian khusus dalam perayaan Ibadah Natal, bisa di istilahkan kebahagiaan seperti ini hanyalah sebuah kebahagiaan yang semu atau sementara, kebahagiaan seperti ini akan lenyap ketika datang suatu pecobaan duniawai yang sangat mencekam.
Ada banyak hal yang menyebabkan orang tidak hidup bahagia, dimana orang sangat tertekan karena adanya tekanan politik dari suatu pemerintah yang sangat otoriter, mereka tetapi di perbudak oleh sesama kaum borjuis yang mementingkan diri sendiri, tanah leluhur mereka di ambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung Jawab, dan berbagai hal lainnya yang sangat menyudutkan mereka.
Contohnya dapat kita lihat pada penduduk Kristen di Palestina, mereka karena selalu dan selalu di sudutkan sehingga kehidupan mereka sangatlah menggenaskan. Dimana sebuah kebahagiaan yang mereka cari untuk mendongkrak segala ketertinggalan mereka hanyalah tinggal harapan dan mimpi-mimpi karena perlakuan tidak semena-mena yang selalu timbul dari pada berbagai situasi yang tidak memungkinkan.
Dengan contoh diatas, seharusnya kita belajar, teruma mereka kaum yang duduk di birokrat dimana yang selalu menginjak-injak kaum kecil sehingga menambah luka batin yang ujung-ujungnya tidak membawah kepada suatu kebahagiaan. Kapankah, orang yang tidak mampu kita berikan suaut kebebasan dalam segala hal, kebebasan dalam bicara, kebebasan dalam mengemukakan pendapat, dan berbagai kebebasan lainnya. Agar kebahagiaan itu bisa di rasakan semua umat manusia, “jelasnya.
Lebih lanjut, Rektor STT Walter Post ini mengatakan bahwa “masih banyak juga orang Kristen yang mencari kebahagiaan di dunia dengan cara melakukan berbagai hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Padahal hal ini semakin menambah kesengsaraan dan luka batin mereka. Dengan cara-cara seperti itu juga membuat mereka semakin termarginalkan. Sebenarnya orang Kristen tidak menyadari bahwa kebahagiaan dan kehidupan yang sejati hanya datangnya dari Yesus yang kita sembah dan agungkan sebagai putra natal. Ketika kita menyerahkan segala beban, tanggung jawab, dan ketidakberdayaan kita kepada Kristus yakinlah putra natal itu akan memberikan sebuah kebebasan dan kebahagiaan yang tidak bisa di cemari oleh siapapun termasuk pemerintah tempat kita tinggal, “tegasnya.
Saya mau katakan, siapa yang bilang kalau Yesus itu orang Kristen, tanya Yance. Lebih lanjut yance mengukapkan, bahwa Yesus itu orang Yahudi, jadi omong kosong kalau ada bilang kalau Yesus adalah orang Kristen. Yang Tuhan butuhkan dari setiap kita orang Kristen adalah sebuah kepercayaan dan penyerahan diri kita secara total kepadanya, bukan sebuah keyakinan agamawi yang kadang kala menimbulkan kita bertengkar dan main hakim sendiri.
“Saya pribadi sangat malu dengan beberapa peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu, dimana kita bertikai sendiri seakan-akan ada yang benar dan ada pihak yang salah padahal dalam bulan ini, seharusnya kita merayakan ibadah natal dengan baik. Maka dalam hal ini, saya himbau kepada semua jemaat yang hadir pada saat ini dimana kita harus koreksi dan periksa kepercayaan kita masing-masing. Jangan kita hanya menjadi pengikut yesus yang tidak pernah menjadi garam di tengah-tengah masyarakat. Orang yang punya Tuhan harusnya menjadi garam di tengah-tengah orang yang tidak percaya akan Tuhan, bukannya menjadi batu penghambat yang menghancurkan nama Tuhan sendiri, “tambahnya.
Dalam akhir khotbahnya, yance mengajak semua jemaat yang hadir untuk bersama-sama menyalakan lilin sebagai tanda penyerahan diri sepenuhnya terhadap putra natal yang mampu memberkan, kedamaiaan, kebahagiaan dan sukacita. “penyalaan lilin yang kita lakukan pada saat ini, menandakan bahwa kita menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada Tuhan sebagai putra natal yang kita agungkan dan sembah, selain itu saya juga berharap dengan makna perayaan ibadah natal ini dapat menjadikan kita orang yang teguh dan beriman dalam menjalani arus gelombang dunia yang tidak menentu, “terang Yance seraya menutpnya sambari doa penutup.
Monday, December 22, 2008
Masa Kampanye, Pendidikan Gratis BETULKAH??
Masa kampanye atau yang biasa lebih tren dengan sebutan masa “hambur madu” telah di berlangsungkan kurang lebih seminggu lamanya. Dimana dalam masa-masa ini, semua kandidat baik yang di usung dari Partai Politik maupun Independen dengan segala kemampuannya berlomba-lomba untuk membujuk, meyakinkan bahkan sampai pada memaksa warga masyarakat Kabupaten Nabire untuk memilih serta menyoblos mereka pada hari H nanti.
Kampanye dengan berbagai janji-janji yang sangat meyakinkan warga masyaraka Nabire adalah sebuh kebiasaan yang di lalui terus-menerus oleh kandidat Bupati Nabire. Bahasa-bahasa politik seperti itu tentunya akan menjadi sebuah beban atau kuk yang harus di pertanggung jawab kepada Tuhan sebagai sang pencipta Manusia dan manusia sebagai pelaku janji-janji itu. Dan tentunya para kandidat yang sering dan sering menebar janji itu harus memahami hal itu dengan baik, karena kalau tidak sama saja telah mengutuk dirinya sendiri dengan ucapan.
Beberapa sector kehidupan yang sangat strategis, seperti Pendidikan, Kesehatan, Perekonomiaan bahkan sampai beberapa sector lainnya yang kalau di logika sangat mustahil untuk di dongkrak keberadaan dan posisinya, toh yang mengherankan masih ada saja kandidat yang berani korek tentang hal ini, seakan-akan dirinya sebagai super powe dari hal ini. Sebenaranya bisa di dongkrak keberadaannya, tetapi yang membisingkan telinga kita ketika ada yang bilang kata “GRATIS”.
Dalam hal ini, terlebih khusus saya akan bicara dulu tentang sector pendidikan yang selalu jadi kambing hitam untuk di kampanyekan oleh para kandidat. Karena saya sendiri berada dalam penikmat pendididikan, dan beberapa guru-guru saya menangis dan menangis adalah mereka yang berdiri sebagai penyokong pendidikan di Negeri ini.
Sector pendidikan, sebuah jalur alternative yang paling ramai di bicarakan oleh seluruh kandidat bupati dan wakil bupati di Kabupaten Nabire. Yang sangat-sangat memalukan, beberapa kandidat dengan sangat berani mengatakan bahwa ketika dirinya terpilih nanti Pendidikan akan di gratiskan untuk semua tingkatan, dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Hal ini terbukti dengan pemasangan beberapa pamphlet, spanduk bahkan sampai pada baliho di setiap seluk-beluk wilayah Kabupaten Nabire.
Selain itu, omongan khayalan tentang gratisnya pendidikan di Kabupaten Nabire ini lebih terbukti dengan teriakan lantang beberapa kandidat Bupati dan Wakil Bupati Nabire selama masa kampanye beberapa hari belakangan, baik kampanye yang mereka lakukan dalam kota Nabire maupun di luar kota Nabire.
Saya sebagai seorang pelajar yang sedikit paham tentang mekanisme dana pendidikan di Papua, tersipu malu dan tertawa terbahak-bahak ketika mendengar adanya kandidat yang mengaku dirinya akan memberkan pendidikan yang gratis buat lima tahun, apalagi suara ini di keluarkan dengan sangat lantang, sehingga Tuhan sebagai pencipat manusia-pun mendengar teriakan gombal itu.
Mencerna janji ini, seperti saya menelan api. Dimana suatu hal bodoh yang sangat mustahil di lakukan, kok bisa-bisanya di keluarkan oleh Kandidat yang menyatakan pengabdian dirinya untuk membangun kota Nabire dari berbagai ketertinggalan, bukankah ini juga sebuah bagian dari ketidaksiapannya dalam membangun Nabire. Karena berbicara banyak tentang pendidikan, tidak cukup sampai disitu saja. Jujur, dari hati yang paling dalam, saya mau mengatakan bahwa saya hanya bias tertawa ketika ada yang bilang kalau pendidikan akan di gratiskan.
Tidak usah bicara jauh dan panjang lebar tentang pendidkan gratis di Kabupaten Nabire bak seorang pakar pendidikan, tetapi yang harus kita gumuli bersama bisa nggak memberi kesejahteraan buat guru-guru atau pahlawan tanda jasa yang telah membentuk, mendidik, dan memolesi kita dengan ilmunya. Memikirkan hal kecil, yaitu kesejahteraan guru saja bagi saya sebuah hal yang sedikit mustahil untuk para kandidat capai, apalagi sampai tebar janji dengan mengatasanamakan pendidikan gratis. Berbicara tentang kesejahteraan guru lebih ada nilai plasnya, daripada berbicara pendidikan gratis yang kadang kala buntu untuk di pikirkan.
Seperti sebuah lelucon dan legenda, ketika ada kandidat Bupati dan Wakil Bupati yang bilang kalau pendidikan akan di gratiskan. Dengan tulisan ini, secara pribadi ingin memberkan usulan buat para kandidat yang dengan lantang menyuarakan pendidikan gratis, alangkah baiknya memikirkan yang lebih utama dulu, dalam hal ini memikirkan mereka (red, guru) sebagai dasar pembangunan daerah ini. Setelah guru-guru yang saya sangat homrati dorang sejahtera, aman, tentram dan nyaman baru kita sama-sama boleh pikir banyak tentang pendidikan gratis.
Toh, kalau sampai pendidikan gratis-pun tetapi kesejahteraan guru-guru tidak di perhatikan, jangan pernam mimpi pendidikan di Nabire akan pernah maju. Pendidikan tetap berjalan dengan gratis, malahan akan menciptakan generasi kacang-kacangan yang menertawakan sistem yang pemerintah daerah buat. Dalam hal ini, saya hanya beri masukan, boleh bersuara banyak atas nama pendidikan, tetapi jangan bersuara banyak atas nama pendidikan dengan iming-iming yang di luar batas kemampuan kita, siapapun memandang kita dengan segera akan menertawakan kita.
Jangan menjebak diri sendiri dengan janji yang tidak masuk akan dan mustahil. Tidak usah piker jauh, alokasi dana pendidikan yang dikatakan oleh pemerintah pusat dalam ABPN Negara sebesar 20 persen toh tidak pernah terrealisasi secara mulus, tidak sampei 10 persen yang di relasissikan. Kita logika saja, di pusat sudah masalah, gimana dengan daerah? Jangan pernah bermimpi besar, khususnya menyangkut pekerjaan besar yang susah untuk di temukan titik temunya.
Jadi, dalam hal ini saya ingin memberitahukan. Atas nama pendidik, pembidik, pelajar dan mahasisswa yang ada di Kabupaten Nabire. Jangan sekali-kali berkampanye atas nama pendidikan dengan kata gratis. Karena samapi saat ini, dimana-pun terlebih khusus di Indonesia pendidikan selalu dan selalu di perkosa oleh para kandididat untuk memuluskan langkahnya untuk menjadi penguasa. Yang sekarang harus di pikirkankan adalah, bagaimana supaya beberapa anak Papua yang putus sekolah karena tidak ada biaya pendidikan bisa sekolah lagi, bukan hambur janji sana-sini dengan berkedok pendidikan gratis.
Sangat setuju, apabila ada yang hambur madu dengan menyatakan bahwa pendidikan murah. Sangat bisa masuk diakal, apabila ada yang berbicara demikian. Pendidikan yang murah telah menjadi tradisi juga di beberapa daerah, dalam hal ini saya hanya ingin menggaris bawahi, agar pendidikan tidak di jadikan sebagai sarana untuk memangku jabatan. Selain itu, berdemkrasi yang positif adalah menghargai apa yang di ucapkan, disampaikan dan di putuskan. Ini sebuah goresan tentang Pendidikan, nantikan tulisan berikut dengan goresan tentang Kesehatan.
Wednesday, December 03, 2008
Yones Douw: Manusia Papua, Manusia terhebat di dunia
Dalam sambutan Hari Jadi Bangsa Papua yang ke-47
NABIRE- Saat tanah leluhur mereka di rampas, perempuan-perempuan Papua di perkosa secara biadap, anak-anak mereka di bodohi, kekayaan mereka di ambil secara semena-menaya mereka (red, orang papua) terima semua itu dengan lapang dada tanpa melakukan perlawan karena kasih sayang mereka yang begitu besar terhadapa segala manusia yang ada di muka bumi, termasuk kepada manusia Indonesia yang hidup di Papua sekalipun.
Orang Papua tidak pernah mengeluh, bahkan marah ketika pemerintah Pusat memberi ijin masuk orang-orang dari luar Papua (red, transmigrasi) dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi bahkan dari Makasar untuk masuk tinggal di Papua, karena orang Papua sangat menyadari dan menghargai hak hidup setiap orang. Dimana orang Papua menyadari, bahwa setiap manusia yang ada di muka bumi adalah ciptaan Tuhan yang maha esa, sehingga perlakuan yang adil, beradap serta kemanusiawi perlua di junjung tinggi,
Hal ini di tegaskan Ketua Panitia Perayaan 1 Desember tahun 2008 Yones Douw dalam sambutannya di depan ribuan warga Papua yang menghadiri acara doa bersama di Taman Mahkam Pahlawan Taman Gizi Nabire, Senin (01/12) kemarin.
Sudah cukup kita mendedam semua kasih sayang itu, sudah cukup kita pendam semua amarah itu, dan sekarang saatnya kita orang Papua harus bangkit untuk mewujdukan cita-cita bangsa Papua yang sesungguhnya, yaitu: merdeka dan dalam arti bebas dari segala penjajahan. Karena merdeka adalah hak paling hakiki yang di junjung tinggi oleh Dunia Internasional.
Hai pemuda Papua bangkitlah, Papua bebas bukan urusan Negara luar, tetapi Papua menunggu kita pemuda Papua sendiri yang bergerak untuk merealisasikan semua itu. Beberapa isu yang di bangun di Negara luar, itu hanya pengantar untuk kita mewujudkan semua itu, kita jangan lipat tangan, diam dan duduk manis karena kita sendiri yang harus memperjuangkan semua itu, kemerdekaan bukan dating dari langit, tetapi kemerdekaan dating karena perjuangan, usaha dan tangisan kita bersama, “tandasnya.
Lebih lanjut, yones menambahkan bahwa PEPERA yang di laksanakan tahun 1969 lalu adalah cacat hokum dan moral. Karena hal ini di cemari oleh beberapa Negara dari luar yang di didasari dengan alasan untuk membantu orang Papua. “Omong kosong sekali, siapa bilang Amerika membantu kita orang Papua untuk memberikan kemerdekaan, sama sekali tidak, mereka hanya menjebak kita agar segala kekayaan yang ada di Papua dapat di gunakan untuk pembangunan Negara mereka dan Negara Indonesia. Hal ini terbukti dengan penandatangan PT Freport yang di laksanakan dua tahun sebelum PEPERA di laksanakan.
Buktinya sampai saat ini, ketika orang Papua meminta kepada Amerika dan Indonesia agar adanya dialog membuktikan sejarah Papua yang sebenarnya tidak pernah mereka tanggapi semua itu. Malahan mereka memutar balikan sejarah Papua dengan yang tidak-tidak, bahkan yang berani buka sejarah Papua yang sebenarnya adalah salah seorang Sejarahwan Belanda dalam bukunya dua tahun lalu. Inikan kebenaran fakta sejarah, kalau memang benar, kenapa Amerika dan Indonesia mau menyembunyikan semua itu, “terangnya.
Douw juga menambahkan, bahwa Otsus dan pemekaran telah menumbuh hati nurani orang Papua. Sejak dulu sampai saat ini, orang Papua tidak pernah meminta Otsus maupun pemekaran, yang orang Papua minta adalah “KEMERDEKAAN” kalaupun ada orang Papua yang minta pemekaran dan otsus di Jakarta sana, itu hanya segelintir pemakan manusia yang mengatasnamakan orang Papua. Dan mereka adalah manusia-manusia bejat yang memikirkan urusan perut mereka.
Buktinya kita bias lihat sekarang, apakah otsus dan pemekaran yang mereka minta telah mendongkrak orang Papua. Sama sekali tidak, otsus hanya membunuh semangat orang Papua. Dengan uang yang trilyunan rupiah membuat orang Papua semakin jahat dan jahat dengan mempergunakan uang itu. Selain itu, uang sebanyak itu juga membuat orang Papua malas dan malas. Hal ini bukan budaya orang Papua, tetapi ini hanyalah jeratan pembunuh orang Papua yang di pasang oleh pemerintah pusat dan raja-raja kecil yang ada di Papua.
Otsus telah sangat nyata membunuh cita-cita awal orang Papua, pemekaran hanya jadi lahan untuk memperluas kinerja aparat militer yang ujung-ujung berarah kepada pemusnahan orang Papua. Otsus dan Pemekaran hanya jadi boneka agar Indonesia mendapat pengakuan dari Negara luar. Bahkan kedua boneka ini juga, senjata ampuh untuk menenggelamkan semua mimpi-mimpi itu. sebuah realita yang perlu menjadi perenungan panjang, terang douw dengan raut wajah yang sangat sedih.
Papua merdeka, adalah sebuah harapan dan kenyataan yang akan dan sedang terwujud. Maka untuk itu, saya himbau kepada seluruh warga Papua yang hadir dalam doa bersama ini, tetap menjaga api semangat. Dimana api semangat untuk mencapai sebuah kemerdekaan. Selain itu, jaga juga anak-anak anda, keluarga anda dan linkungan tempat anda tinggal. Karena banyak sekali serigala yang menyamar jadi domba untuk menyesatkan kita orang Papua, “papar douw.
Monday, December 01, 2008
~Selamat Ulang Tahun Papuaku~
Negeri yang indah, Negeri yang kaya
Negeri yang subur, Negeri yang menawan
Negeri yang jauh, Negeri yang terjauh
Disanalah ku temukan, burung cenderawasih
Burung tercantik se-dunia,
Disanalah ku temukan Emas dan Permata
Yang di bawah membangun separuh dunia
Disanalah ku temukan kedamaian
Yang kadang dikambing hitamkan
Telah genap usiamu yang ke-47
Usia yang sangat subur untuk mencapai segala cita-citamu
Usia yang sangat ranum, untuk engkau memanen hasil taburanmu
Tetepi entah mengapa…….!
Sampai saat ini, engkau tetapi miskin dan miskin
Entah mengapa……!
Engkau tetap belakang dan terbelakang
Tetapi entah mengapa juga
Engkau maju mundur, bak tak ada kehidupan
Hanya alam yang akan menjawab semua itu
Alam tahu semua tangisan itu
Alam mengerti semua persoalan itu
Alam akan menangis ketika diberi kesempatan untuk membukan mulut
Serigala berbulu domba yang selalu menyamar untuk memakan orang Papua
Penjahat yang selalu menjadi gembala untuk membinasakan orang Papua
Pembunuh yang selalu menjadi pendeta untuk membunuh orang Papua
Manusia biadap yang berubah menjadi hamba tanah ini untuk merampas segalanya di Papua.
Itulah manusia NKRI yang mengaku adanya Tuhan dalam dasar negera mereka
Mereka dalang pemusnah tanah ini
Mereka dalang pengacau tanah ini
Mereka dalan kerusuhan di tanah ini
Mereka dalang dan dalang yang merampas segala harkat, martabat dan bahkan sampai pada harga diri orang Papua sekalipun
Sampai kapan kalian mengakhiri semua ini
Kami sangat bosan ikut dengan kalian
Kami nangis melihat penderitaan ini
Kami jenuh, bosan, dan ingin rasanya untuk bunuh diri saja
Ketiak melihat kalian tetap dan tetap menjajah kami
Dimana rasa kemanusiaanmu
Dimana kecintaanmu pada Tuhanmu
Ataukah manusia Papua kalian pandang sebagai bintang
Ataukah juga manusia papua kalian pandang sebagai tikus mati
Ataukah dan ataukah kalian ingin menghabisi orang Papua.
Cukup dan cukup penderitaan ini
Cukup dan cukup Papua membisu
Papua pasti merdeka
Papua pasti bebas
Tinggal tunggu saja tanggal mainnya
Selamat Ulang Tahun tanahku Papua.
renungan pribadi, dari tanah pembantaian (pogau)
Pendidikan di Sugapa Sangat Memprihatinkan
Kepala Sekolah dan Guru Dalangnya
NABIRE- Terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal serta berkompoten disuatu daerah adalah kunci utama majunya daerah itu. Tidak ada jalan lain yang dapat kita tempuh untuk mewujudkan SDM yang handal, selain melalui jalur pendidikan. Sehingga dengan ini, pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang begitu serius dari setiap lembaga yang mengaturnya, yang diperhatikan bukan siswa saja, namun semua satuan pendidik yang mengurus itu perlu di pantau serius oleh pemerintah daerah baik guru, kepala sekolah, bahkan sampai pada masyarakat yang menjadi pelaku pendidikan itu sendiri.
Dimana dalam hal ini saya melihat pendidikan di kampung halaman saya (red, sugapa) sangat-sangat buruk dan memprihatinkan, lebih menggenaskan lagi yang merusak pendidikan di daerah ini adalah para guru dan kepala sekolah sendiri, memalukan, kata ini yang bisa saya gambarkan pada ketidakbecusan mereka dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) daripada generasi Papua yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang Ilmu Pengetahuan.
Hal ini di ungkapkan Linus Bagau, salah satu Inteleq asal suku Moni beberapa saat lalu di ketika di temui Koran Papua Post Nabire (PPN) Jumat (29/10) menanggapi dilematisasi carut-marutnya Pendidikan di sugapa (red, Intan Jaya). Yang sebagaimana hal ini disaksikan oleh dirinya melalui kasad matanya sendiri saat turun lapangan beberapa saat lalu.
“guru-guru yang telah menjadi pegawai negeri dan di tempatkan oleh pemerintah Paniai di sugapa, pada umumnya tidak punya hati untuk mengajar, dimana mereka hanya punya hati untuk menerima uang, padahal ketika mereka melamar untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sumpah janji mereka keluarkan untuk bagaimana tetapi setia dan taat kepada tugas yang pemerintah embani kepada mereka.
Hal ini terbukti, dimana guru-guru yang bertugas disana lebih senang lalu lalang di kota-kota besar seperti Kabupaten Paniai maupun Kabupaten Nabire bagai orang yang tidak punya tugas dan tanggung jawab daripada tinggal berlama-lama di tempat tugas untuk mengajar siswa yang kadang jenuh dan membosankan karena sedikit ketidaktauan mereka. Selain itu, banyak guru-guru yang lari ke Kabupaten Paniai untuk menuntut jabatan politik yang lebih tinggi lagi daripada hanya menjadi guru biasa. Inikan sebuah fakta yang lucu, dimana menjadi guru hanyalah sebuah job mengisi kekosongan mereka” tegasnya.
Selain itu, Kepala sekolah maupun guru yang bertugas di sana tidak transparan dalam penggunaan dana operasional. Padahal dana pendidikan yang di turunkan oleh Pemerintah Pania tidak sedikit jumlahnya, sehingga hal ini perlu di tanyakan dengan baik-baik, kira-kira kemana dana-dana pendidikan seperti itu. Padahal, kalau dana itu digunakan dengan baik-baik maka bukan tidak mungkin bisa membangun beberapa ruang kelas yang layak, selain itu bisa juga membangun perpustakaan kecil dan fasilitas sekolah yang lainnya.
Namun, sudah sekian tahun dana pendidikan dikucurkan, toh nasib pendidikan di daerah ini tidak berubah. Ruang kelas yang saya lihat dulu, tetap begitu-begitu terus, kemudian mutu dan kualitas pendidikan tidak di tambah dengan adanya penambahan beberapa buku pelajaran. Kapan mau adanya perubahan dan peningkatan pendidikan di daerah ini padahal Pemekaran Kabupaten Intan Jaya sedikit lagi akan menjadi kenyataan, terangnya dengan wajah yang sedih.
“yang mengabdi untuk daerah diatas khususnya dalam hal pendidikan dengan serius adalah para guru tamatan SMA/SMK dan sederajat lainnya. Mereka walaupun bukan pegawai negeri sipil, toh mereka punya hati untuk tanah diatas. Dimana mereka memberkan semua yang mereka punya, tanpa menuntut. Ini baru kita bisa namakan seorang pahlawan yang mengabdi tanpa tanda jasa. Contohnya dapat kita lihat di Agisiga, dimana guru-guru yang di berikan kepercayaan dengan bayaran yang cukup tinggi oleh pemerintah paniai melalaikan semua itu, sehingga beberapa guru honorer tamatan SMA/SMK dan sederajat lainya yang lebih serius mengajar,” tambahnya.
Harapan saya Kepada Pemerintah Paniai, bagaimana untuk meningkatkan mutu pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di sugapa pemda harus lebih jeli dalam menempatkan guru di daerah Sugapa. Berikan tanggung jawab kepada mereka yang memang betul-betul punya hati untuk mengajar generasi muda diatas dari pada kepada mereka yang sama sekali tidak punya hati untuk mengajar. Ketika hal ini di tanggapi dengan serius, maka bukan tidak mungkin akan tercipta manusia-manusia dengan tingkat sumber daya manusia yang dapat bersaing dengan orang-orang di daerah luar Papua, terang bagau mantap. (oktovianus pogau)