Tuesday, January 27, 2009

Antara Pahlawan dan Pengecut

Kalau disuruh milih tentunya semua kita akan memilih menjadi seorang pahlawan. Tapi sadar tidak sadar kita tidak pernah menjadi seperti yang kita pilih, walaupun ada sih sedikit yang menjadi seperti yang mereka pilih itupun bisa dihitung. Dan ini sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri kebenarannya.

Ingat persis buku yang ditulis oleh aristoteles, dimana membahas panjang lebar mengenai perjuangan Ibn Saud untuk membebaskan negaranya dari penjajahan beberapa Negara barat. Dimana ketika Negara itu bebas Ibn Saud dianggap sebagai pahlawan sekaligus dewi dalam bebasnya Negara arab Saudi. Hingga dirinya di abdikan selamanya.

Lain hal dengan Adolof Hitler, dimana berjuang dengan gigih, walaupun perjuangannya dikecam oleh berbagai kalangan. Yang dimana memperjuangkan nasib kebebasan dari Negara Jerman, hingga mengalami kebebasan dan bisa merdeka. Tentunya dia juga dianggap sebagai pahlawan yang abadi bagi bangsa Jerman dalam mengisi kemerdekaan itu, walaupun dia dianggap pembunuh berdarah dingin oleh beberapa kalangan yang merasa di jengkelkan pada zamannya.

Tetapi yang lebih luar biasa lagi adalah presiden pertama kita Seokarno, berjuang dengan gigih pantang nyerah dibahwa rezim belanda yang pada saat itu sangat kejam. Bahkan beberapa gagasan idenya dalam beberapa pidatonya menyadarkan kita sebgai warga Negara Indonesia bahwa beliau adalah pahlawan yang agung dan luar biasa. Dan teringat persis salah satu ide gagasannya dalam pidato yang paling kecama adalah memaparkan gagasan lahirnya pancasila.

Selain ketiga orang diatas, ada lagi yang lebih luar biasa yaitu Nelson Mandela Berjuang sampai titik darah penghabisan, itu yang bisa penulis gambarkan tentang perjuangannya. Dimana karena memperjuangkan bangsa kulit hitam dirinya pernah di penjarakan selama 5 Tahun oleh resim barat, lima tahun dipenjarakan bukan siksaan dan ukuran untuk menghentikan perjuangannya melainkan didalam penjara beliau tetap semangat lagi.

Ketika dibebaskan, beberapa ide dan gagasan yang dirancangnya didalam penjara mulai diterapkannya. Politik apartheid, adalah politik yang dinantangnya. Setelah melakukan berbagai aksi yang dibuatnya mengancam keenakan para pihak barat, maka dirinya ditangka dan dimasukan ke penjara lagi, kali ini 15 Tahun, apakah dia menyerah dengan semua itu, tidak? Malahan setelah dirinya dibebasakan dia bisa bawah rumpunnya, kulitnya, bangsanya bebas dari belenggu barat.

Contoh diatas tentunya beberapa tokoh dan pahlawan yang menguncang dunia dengan pengabdian dan pengorbanannya. Mereka menguncang dunia bukan karena mereka banyak duit (orang mampu), bukan karena mereka anak raja, mereka anak sekolah tinggi. Tetapi semangat dan komitmen yang mereka ambil yang perlu kita pelajari.

Ada beberapa sifat serta prinsi seorang pahlawan yang perlu untuk kita sama-sama pelajari dan contohi. Sifat seorang pahlwan, yang pertama berani memulai, kedua berani mengambil resiko, ketiga bertahan dibawah tekanan, keempat tidak egois (mau kerja sendiri) yang terakhir adalah berani melangkah dan bertindak. Menurut saya prinsip ini bisa ditunjukan beberapa pahlawan diatas.

Tetapi lain halnya dengan pengecut, mereka tidak berani mengambil resiko, ingin serba instant, tidak berani memulai, hanya pintar bicara dan lain sebagainya. Mereka semua berada di bahwa gelombang yang terombang-ambing, kemanapun mereka mudah diarakah, mudah dikendalikan, bahkan muda juga diajak merusak.

Pilihan ada ditangan kita, mau jadi pengecut, apa mau menjadi pahlawan. Soekarno bisa menyerah dengan keadaan ketika dirinya harus dipenjarakan di asingkan ke beberapa daerah terpencil di Papua. Ibn Saud juga demikina, bisa saja dirinya tidak berdaya apabila memikirkan dirinua sendiri yang selalu dijadikan musuh terberat oleh belanda. Apalagi Nelson Mandela, yang dipenjarakan berkali-kali namun tetap komit dengan prinsipnya untuk menggapai mimpinya (tentang mimpi akan saya bahas di tulisan lain)

Mau jadi pemimpin adalah pilihan hidup, dimana kita mau memilih diri kita untuk sengsara, menderita, terasingkan dan lain sebagainya. Demikian halnya dengan menjadi pengecut juga adalah pilihan hidup. Dimana kita akan diterima, hidup serba ada, hidup dijamin namun ujung-ujungnya kebenciaan yang akan kita tanggung.

Semoga kita tidak salah pilih, tetapi alangkah baiknya sebelum memilih kita minta Tuhan untuk menindakalnjuti pilihan kita. Apakah kita layak diposisi itu ataukah orang lain lain yang layak, karena berbicara mengenai pahlawan dan pengecut adalah pilihan hidup yang siap ditanggung enak, siap juga ditanggun tidak enaknya. Semoga Tuhan kehendaki kita menjadi pahlawan.

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...