Saturday, February 28, 2009

Internet dan Kehidupan

OCTHO- Saya mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang telah tergila-gila dengan internet. Selain disekolah Separuh waktu saya dalam kehidupan sehari-hari saya habiskan di depan internet. Bagi saya internet adlah guru, teman, ilmu, serta sahabat karib.

Kebiasan saya yang sering kali main internet melulu, membuat saya kadang-kadang sakit. Kena mag, itu dah beberapa kali saya alami karena sering terlambat makan. Saat main internet, jam maka siang adalah jam 6 sore. Dan jam makan malam adalah jam 10 Malam. Itu kalau jam sekolah, tetapi kalau nggak sekolah bisa daftar makan siang, malam dan pagi terhapus dari pikiran saya.

Saat saya kelas 1 SMA, saya pernah di tugasi membantu salah satu kerja yang warnet di tempat saya adakan, dimana membantu mereka membuat website, serta pengoperasiaannya. Alhasi, saya bisa membantu mereka. Sehingga tidak segan-segan, mereka memberikan kemudahan untuk saya mengakses internet secara gratis selama 4 bulan.

Kejadiaan ini tidak akan pernah terlupakan, saking asyiknya bermain internet. Pernah 48 jam (2 hari) dalam ruangan warnet. Makan, mandi, bercanda ama teman, bahkan ketemu orang tuapun tidak. Sehabis pulang dari warnet, sempat kekurangan darah dan badan saya pucat sekali. Tapi bersyukur tidak sampai sakit.

Saya lebih senang tidak pergi kesekolah, dengan bermain internet secara sepuas-puasnya dirumah. Saya lebih senang bertemau guru-guru saya di Internt, daripada bertemu dengan para guru di sekolah. Saya lebih senang, bercanda dan tawa bersama teman-teman saya di Internet, dari pada dengan mereka yang ada di tempat ku.

Bagi saya, internet adalah sebuah kehidupan yang sangat menjanjikan. Kehidupan untuk mengubah masa depan. Kehidupan untuk memperbaharui masa depan. Internet mengajari saya banyak hal, tentang kesabaran, pengetahuan, bahkan sampai pada arti kehidupan.

Saya dan internet selalu bekerja sama untuk membuat saya. Internet bukanlah manusia yang bisa mencari saya dengan berbagai ilmunya, tetapi saya-lah yang harus berusaha untuk mencari internet agar saya di mampukan dengan berbagai khazana pengetahuaannya.

Jenuh, dan Capek

Meninggal beberapa kesan di atas, saya coba menguraikan dengan keadan waktu saat ini. Terakhir saya bisa asyik, sepuasnya mengakses internet dirumah pada Senin (18/02) lalu. Jujur, saya sangat kesal dan kesal dengan waktu ini.

Sejak senin saat itu hingga Sabtu (27/02) saat berita ini di muat. Saya sudah tidak bisa mengakses internet lagi.Saya tidak tahu, apa girangan dengan Wifi di tempatku.

Kalau salah dan dosakau yang tidak pernah menghargai berkat, itu tidak bisa di jadikan alasan paten. Dan sayapun tidak memprediksi, apa gerangan semua ini, tentulah tidak bisa, karena saya bukan seorang ahli jaringan.

Internet selalu menjawab segala yang saya butuhkan. Internet juga selalu membuat saya mengenal dunia luar. Tapi semua kenangan itu setidaknya akan di lupakan. Karena sampai kapan internet di tempat-ku bisa konek kembali. Saya-pun benci dengan “kecelakaan” ini. Karena akan tetap menjadikan saya orang yang tidak kreatif.

Bagi saya, 1 hari tidak akses internet internet adalah kesalahan fatal dalam kehidupan saya. Dimana internet telah menjamur dalam kehidupanku. Internet telah membuat saya jatuh cinta padannya. Bahkan dalam kehidupan saya, antara wanita dan internet saya lebih memilih bersahabat penuh dengan internet dan menhabiskan banyak waktu untuknya.

Saya tidak tau, apakah di dunia ini ada orang yang berprinsip sama denganku. Dimana mencintai internet dengan arti mencintai ilmu pengetahuaan yang ada padanya. Mencintai internet, dengan mencintai kemudahaannya memberkan segala inromasi pada kita.

Saya pernah di berikan sebuah perntanyaan oleh salah seorang teman, karena dia melihat saya sangat “gila” dengan internet. “kawana, saya mau Tanya. Seandainya kalau suatu saat nanti, koe pergi liburan ke kampong halaman (sugapa) nanti bagaimana dengan akses internetnya. Apalagi kalau sampai libur berbulan-bulan. Ko betah kah tidak eee??”

Bagi saya itu sebuah tantangan hidup yang harus di lewati. Dan bencana seperti ini, juga adalah kehidupan. Kalau memang, keadaan di kampong halaman saya tidak menjanjikan seperti itu, apa boleh buat. Mensyukuri dengan semua yang Tuhan jadikan dalam kehidupan itu lebih penting, dari pada memberontak kepada Tuhan agar kehidupan ini serba instant.




headerr

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda...