Wednesday, October 29, 2008

Seabad Kebangkitan Nasional, Kapan Papua Bangkit?

Tulisan ini saya nulis beberapa saat lalu pada hari kebangkitan nasional. sebenarnya saya telah posting tulisan ini di beberapa blog tapi alangkah baiknya kalau saya posting lagi di blog ini. mau kan baca, silakan lanjutin bacanya.

Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Masa ini diawali dengan dua peristiwa penting Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain seperti: Sutomo, Gunawan, dan Tjipto Mangunkusumo, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll

Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.

Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah jajahan Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.

Kebangkitan Serta Kemerosotan Indonesia

Sebut saja beberapa kebangkitan Indonesia di bidang pendidikan yang menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia, ketika Prof. Dr. Yohanes Surya membawa Yudistira Virgus dan kawan-kawannya menjuarai Olimpiade Fisika Internasional di China-Shanghai beberapa tahun lalu. Selain itu, saat pemerintah pusat berhasil mengundang-undangkan pelaksanaan Ujian Nasional bisa dikatakan sebagai suatu kebangkitan yang luar biasa menurut mereka.

Namun yang disayangkan pendidikan di Indonesia sangat memperihatinkan. Ujian Nasional yang dianggap sebagai dewa dalam mendongkrak standar, mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia namun kenyataannya sama sekali tidak membuahkan hasil yang menggembirakan. Karena beberapa fakta menunjukan Ujian Nasional telah menciptakan generasi yang rusak, baik mental maupun moralnnya.

Peristiwa yang tidak bisa hilang dari bayangan dan ingatan kita, ketika 17 guru di batam harus berurusan dengan aparat keamanan ketika terbukti membocorkan soal Ujian Nasional yang dianggap sebagai rahasia Negara kepada siswa-siswi mereka. Kemudian yang lebih memperihatinkan lagi ketika ratusan siswa-siswi SMA di Jogja mengundurkan diri karena tidak mampu, dan merasakan beratnya Ujian Nasional. Inikah yang dinamakan dengan kebangkitan pendidikan Nasional.

Kemudian dibidang olahraga, saat duta-duta Bulutangkis Rudi Hartono, Susi Susanti, Taufik Hidayat serta beberapa rekan mereka menjuarai berbagai turnamen bergengsi yang sekaligus menghantarkan Indonesia sebagai salah satu Negara yang disegani dan ditakuti dibidang olahraga bulutangkis. Selain itu Indonesia bangga juga ketika melahirkan pemain berbakat seperti Bambang Pamungkas dan Ellie Aiboy yang menghantar klub sepakbola Selangor FC, salah satu klub ternama di negeri jiran yang memuji dan mengagungkan Indonesia yang mampu melahirkan pemain berbakat seperti mereka.

Seluruh bangsa Indonesia sengan dan bangga ketika Rudi Hartono serta bambang Pamungkas Elie Aiboy dan bersinar membawa nama Indonesia ke dunia umum. Namun apakah kebangkitan mereka dalam membawah Indonesia masih tetap dilanjutkan dengan kebangkitan Indonesia pada saat ini.

Baru beberapa hari kemarin kejuaran bulutangkis yang paling bergengsi di dunia internasional telah berlangsung, yaitu piala Thomas Cup dan Uber Cup. Namun yang membekas dan menjadi luka batin bagi seluruh rakyat Indonesia ketika Taufik Hidayat dan kawan-kawan tidak mampu merebut satupun piala, baik Thomas maupun Uber. Mengapa bisa yah, padahal main di kandang sendiri lho? Sakit bukan ketika ditaklukan Korea pada semifinal bagi piala Thomas dan ditaklukan China di final di piala Uber.

Selain itu kebangkitan Indonesai dibidang Teknologi, kita bisa amati diberbagai persekolahan baik SD, SMA, MA hingga perguruan tinggi yang ada di wilyah barat telah dipasang jaringan internet yang tujuannya memudahkan setiap siswa-siswa serta para guru untuk mengakses berbagai informasi dari luar agar bisa menunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga dengan hadirnya berbagai stasiun TV yang baru.

Namun yang memperihatinkan dibidang teknologi ini berbeda. Mengapa saya bisa katakan demikian? Indonesia dikatakan daerah nusantara berarati termasuk Papua. Kita bisa amati keadaan perekembangan teknologi di Papua, karena kurangnya kesempatan yaitu menyangkut pemerataan dari pemerintah pusat sehingga jangan kaget kalau mahasiswa yang duduk dibangku kuliah semester akhir mengoperaasikan computer saja masih barang langkah.

Contoh yang membekas di pikiran saya, ketika saya mengajari seorang alumnus dari perguruan tinggi di Sulawesi Utara. saya mengajari cara membuat email. saya mengajarinya secara perlahan-lahan hingga dia mengatakan dia telah paham. Karena hampir tiga kali saya mengulang-ulang cara membuat hingga cara mengirim kemudian saya menyuruh sendiri seraya meninggalkan ruangan, bagaimana cara membuka dan mengirim email. Ketika saya balik, kaget hampir 20 menit saya meninggalkannya namun belum apa-apa dibuatnya, karena dia tidak tahu sama sekali apa yang harus dibuat padahal beberapa saat saja saya telah mengajarinya.

Dengan contoh ketidakmampuan seperti diatas memberi pertanyaan buat kita semua, apakah kebangkitan Indonesia telah bangkit. Kebangkitan Indonesia yang sesungguhnya berbicara mengenai kemerataan dan penyentuhan yang menyeluruh terhadap seluruh bangsa Indonesia yang ada. Termasuk mereka yang ada di tanah Papua, bagian timur Indonesia.

Selain itu dibidang politik bisa dikatakan suatu kemajuan yang luar biasa ketika keberaniaan Presiden Bambang Yudoyono merombak kabinetnya. Yang dikatakan beberapa kalangan dengan lahirnya pemerintahan yang baru. Selain itu juga keberanian pemerintah pusat dalam memberika ijin pemekaran beberapa daerah baru di Indonesia seperti di Sulawesi, Papua dan Sumatera. Bisa dikatakan ini sebagai suatu kebangkitan yang cukup signifikan.

Namun apakah kebijakan yang diambil beliau dalam hal ini memberikan perubahan yang pesat terhadap kebangkitan bangsa Indonesia, nyatanya sama sekali tidak berdampak. Malahan banyak orang mengistilahkan wajah lama dengan jabatan baru. Berarti bagaimana mau adanya perubahan dan kebangkitan? Yang duduk orang-orang lama kok. Sebut saja seperi Hatta Rajasa yang saat itu menjabat sebagai menteri perhubungan, langsung di alihkan ke Menteri Sekertaris Negeri.

Selain berbicara perombakan kabinet, berbicara pemekaran daerah-daerah baru di seluruh Indonesia nyatanya tidak membawah Indonesia bangkit dari berbagai ketertinggalan. Seperti pemekaran besar-besaran yagn terjadi beberapa saat lalu di Papua. Pemekaran beberapa Kabupaten baru di Papau sampai saat ini masih jadi pro dan kontra, sebut saja seperti Kabupaten Dogiyai, Kabuapten Intan Jaya, Kabupaten Lani hingga beberapa kabupaten lainnya. Dengan adanya berbagai pro kontra tersebut tentunya bukan tidak mungkin akan terjadi adanya berbagai hal yang tidak di inginkan.

Kini, momentum kebangkitan nasional diharapkan mampu untuk membuka mata, hati dan fikiran sehat kita semua dalam menjawab segala keterpurukan bangsa. Kebangkitan adalah upaya perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kebangkitan menjadi pemicu tumbuhnya sesuatu yang baru dan lebih baik. Kebangkitan melahirkan generasi yang memiliki pola pikir dan semangat baru dalam menciptakan karya yang berguna bagi masyarakat luas.

Generasi bangkit adalah generasi yang kualitas, mandiri dan berkarya serta memiliki kemampuan menjawab harapan para Pahlawan “kebangkitan nasional” dan tantangan masa depan. Keterpurukan menjadi pelajaran yang berharga dan pijakan anak muda untuk bangkit guna melampaui tantangan dan hambatan yang terbentang luas.

Generasi bangkit adalah generasi yang kreatif dan inovatif dalam mencari celah hambatan dan tantangan yang selanjutnya diubah menjadi sebuah peluang untuk bangkit dan memenangkan persaingan di era global. Menerobos celah sulit dilakukan secara sendirian, tetapi mudah jika dilakukan bersama-sama. Sudah sepatutnya anak muda berlomba-lomba untuk bangkit dan siap menjadi pemimpin dan dipimpin.

Papua Harus Bangkit dari Ketertinggalan

Otonomi Khusus hamper tujuh tahun telah merumput di Papua. dengan uang otonomui khusus yang tidak sedikit jumlahnya. total dana APBN yang diberikan kepada kita sebesar 28 triliun, (Radar Timika, 18/02/08, SKM Tribun Papua, Edisi, 25/2 – 02/03/08, SKM Teropong, Edisi 20 – 26/02/08). Dana yang tidak sedikti jumlahnya.

puluhan triliun rupiah menguap begitu saja tanpa sasaran yang jelas. Tidak ada perubahan berarti bagi perbaikan kualitas kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, perlindungan dan penegakan HAM serta penegakan supremasi hukum. UU otsus mengamanatkan bahwa harus ada pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM masa lalu dan pembentukan komisi kebenaran dan rekonsiliasi dalam rangka memantapkan persatuan dan kesatuan nasional. Namun faktanya Komnas HAM perwakilan Papua terancam dibubarkan karena tidak ada dana operasional (Tribun Papua, Edisi 28 Mei – 03 Juni 2007). Inilah salah satu dari sekian banyak janji indah pada UU No.21/2001, namun sampai hari ini, jauh panggang dari api.

Namun yang memperihatinkan lagi dengan adanya Otonomi Khusus pemerataan pendidikan di Papua tidak Nampak. Sebut saja beberapa kecamatan di Papua yang dalam satu sekolah guru-gurunya bisa dipastikan hanya ada satu sampai dua guru saja, dengan cara seperti itu bagaimana yah pendidikan di Papua mau maju. Padahal berbicara mengenai kemajuan haruslah pendidikan yang di perioritaskan dan diutamakan. Karena maju mundurnya suatu daerah tergantung dari para inteleqtula yang ada.

Dengan demikian jadikan Otonomi Khusus sebagai jembatan bangkitnya Indonesia terutama Papua dari berbagai ketertinggalan yang ada. Karena adanya kebangkitan dan pembangunan yang merata menandakan kita menghargai para leluhur kita yang telah memperjuangkan bangkitnya Bangsa Indonesia dari berbagai ketertinggalan yang ada.

Selain itu dengan hari kebangkitan nasional yang seabad ini kita sama-sama mendukung berbagai kebijakan dan keputusan yang ada, karena hal ini mencerminkan diri kita menghargai sang Pencipta. Sebagaimana dikatakan dalam kitab suci pemerintah adalah wakil Allah dengan demikian disaat kita menghargai dan menghormati mereka berarti kita menghargai dan menghormati Tuhan.


Baca Selengkapnya......

Bangun Papua Butuh Komitmen dan Kerjasama

Ini tulisan saya yang cukup banyak mendapat apresiasi, bahkan banyak website meminta ke saya untuk memuat tulisan ini. Pernah juga saya kirim ke beberapa koran lokal di Papua, diantaranya Papua Post Nabire, yang memuat tulisan ini. Kalau teman-teman nggak baca nggak bakalan menarik, mendingan baca yuk.

untuk mencapai Papua yang sejahtera, makmur, damai dan sentosa dibutuhkan seorang figur pemimpin yang mau berkorban dan bertanggungjawab. Sebab, maju mundurnya suatu daerah, baik buruknya suatu daerah, makmur dan tidaknya masyarakat yang dipimpin, ditentukan oleh siapa pemimpin yang dipilih rakyatnya.

Melalui suara bulat pada penghujung tahun 2005, rakyat Papua telah memilih Barnabas Suebu sebagai gubernur Provinsi Papua beserta wakilnya Alex Hasegem.

Dari berbagai latar-belakanganya, Barnabas Suebu bisa dikatakan hebat dan luar biasa. Beliau pernah menjabat sebagai Gubernur Provinsi Papua beberapa tahun silam sebelum dirinya diangkat menjadi Duta Besar Indonesia Sebelumnya ia juga telah banyak berpengalaman dalam memimpin mulai dari organisasi pemuda, pemerintahan, juga pernah pula Ketua DPR Provinsi Papua, serta sederet jabatan lain yang tak semua orang bisa diemban.

Dengan banyaknya jabatan yang pernah diduduki itu menandakan bahwa Barnabas Suebu telah piawai dalam memimpin maupun mengendalikan masyarakat. Dipercayakan berbagai tanggungjawab yang besar karena memang beliau juga bertanggungjawab dan setia terhadap hal-hal kecil.

Sama halnya Alex Hasegem yang telah berpengalaman dalam berbagai organisasi. Karena kepiawaan dalam memimpin, sehingga ia akhirnya kini mendampingi Barnabas Suebu. Keduanya dipilih seluruh rakyat Papua dengan suara bulat, mengalahkan para pesaingnya.

Kemunculan kedua figur itu menandakan bahwa seluruh rakyat baik yang mendiami daerah pegunungan maupun pantai, sebagai orang yang diutus sang Pencipta untuk membawa keluar Papua dari ketertinggalan, keterbelakangan, kemiskinan, keterisolasian. Menjadikan daerah yang maju, terdepan, berkecukupan dan makmur, merupakan harapan masyarakat secara umum, termasuk anak-anak sekolah dan mahasiswa.

Harapan utama bagi generasi muda itu, paling tidak uang studi mereka tidak tersendat-sendat lagi. Sebagai contoh adalah pengalaman beberapa waktu lalu di Kabupaten Nabire. Anak-anak sekolah berharap biaya pendidikan digratiskan karena telah dijanjikan dengan berbagai dana bantua seperti dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Guru-guru pun berharap kehidupan dan kesejahteraan mereka lebih diperhatikan karena selama ini kadang-kadang terlambat menerima uang pengabdiannya (gaji).

Pun, masyarakat umum tentu saja berharap pelanggaran HAM yang selama ini membabi buta di Papua dapat diminimalisir agar warga hidup aman dan tentram, sembari tetap diusut tuntas motif dan pelakunya.

Kini dipundak Suebu-Hesegem telah diserahi setumpuk harapan rakyat. Tentunya hal itu untuk dipikirkan bagaimana cara untuk memajukan Tanah Papua yang dikenal sebagai tanah emas dan permata yang dinamai para pelaut Spanyol di abad ke-16 itu.

Untuk memajukan, mensejahtrakan, dan memakmurkan rakyat Papua, maka jalan keluarnya dibuat berbagai perombakan kedudukan dan jabatan baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota. Perombakan tersebut tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan integritas pejabat di suatu bidang/badan/kantor/instansi pemerintahan.

Gambaran program pembangunan lima tahun kedepan telah dipaparkan Suebu melalui seluruh visi dan misinya. Di depan masyarakat dan dalam banyak kali pertemuan dengan wartawan, Suebu mengemukakan berbagai program kerjanya sesaui visi dan misi tersebut. Salah satu program kerja yang nampaknya disambut gembira banyak pihak adalah pembangunan dimulai dari desa ke kota, bukan sebaliknya. Hal itu ditandai dengan kucuran dana yang jumlahnya bukan main, yaitu Rp 100 juta untuk setiap kampung.

Dan, seiring perkembangannya semenjak menjadi gubernur, satu penghargaan paling bergengsi dari majalah TIME Internasional disabet Barnabas Suebu sebagai “Heroes of the Environment”. Yakni seorang tokoh yang peduli terhadap lingkungan hidup.

Dengan penghargaan itu, apakah Papua akan semakin aman sementara kerusakan lingkungan terus terjadi, penebangan hutan dimana-mana, HPH bertebaran di sana-sini, dll itu?

Sepertinya kita tidak kita hanya mengamati atau mengkaji hal-hal itu dari luarnya atau dari satu sisi saja. Untuk mengukur perkembangan Papua, tentu saja banyak indikatornya. Keseluruhan aspek itu sedapat mungkin memberikan wajah umum perubahan yang diharapkan kita semua.

Dari berbagai problem di pelesok-pelosok Papua, memunculkan sebuah pertanyaan untuk dijawab bersama: kira-kira faktor apa yang membuat Papua dianggap sebagai daerah yang masih tertinggal?

Menurut saya, jika menelisik berbagai visi dan misi untuk mensejahterakan rakyat Papua, tentu saja ada komitmen dan kerjasama semua pejabat dan pihak-pihak lain untuk menjawab keinginan seluruh komponen yang ada di Bumi Cenderawasih ini.

Orang yang tak suka bekerja sama kerapkali melayangkan berbagai kritikan yang tak membangun kepada pihak lain. Suebu-Hesegem banyak dihujani kritik dari berbagai pihak. Salah satunya kritikan datang dari salah seorang pengamat lingkungan di Papua terkait dengan penghargaan dari majalah TIME itu.

Kemudian banyak kritikan juga terhadap penempatan jabatan di Provinsi yang katanya tak mengakomodir orang-orang pegunungan. Kritikan itu boleh saja disampaikan, tapi perlu diingat bahwa tidak semua orang sepemahaman. Dalam pemahaman yang keliru juga akan membuat banyak orang terhasut untuk tidak mendukung program pembangunan menuju Papua Baru.

Kritikan biasanya dilayangkan apabila ada kesalahan atau kelalaian dalam memimpin. Tapi imbasnya terkadang muncul keretakan hubungan kita. Baguslah jika orang yang kita kritik itu bisa menerima dengan lapang dada, dan kemudian memperbaiki sifat atau perilakunya. Tapi apa jadinya kalau hal itu tidak diterimanya? Ya, yang akan terjadi justru hanya saling dendam-mendedam.

Sebab itu, untuk menjadikan Papua yang lebih makmur dan aman, maka perlu kerja sama mulai dari kalangan atas sampai bawah. Contoh nyata adalah gencarnya kucuran dana pembangunan senilai Rp 100 juta per kampung. Tapi bisa kita bayangkan apa jadinya kalau saja dana-dana tersebut tidak dimaksimalkan di tengah warga kampung.

Mengutamakan kerja sama dalam pembangunan menuju Papua Baru, tidak hanya akan menguntungkan satu pihak saja. Kalau ada kerja sama, maka dengan mudah uang pembangunan yang tersalur dengan baik.

Misalkan bantuan studi bagi mahasiswa juga dengan mudah disalurkan, selain itu pembayaran gaji para guru tidak tersendat-sendat lagi. Dan kerjasama menjadi kunci utama, kalau ada kerja sama antara komponen masyarakat maupun pemerintahan, berarti akan menjawab kerinduan keluar dari ketertinggalan, keterbelakangan, kebodohan dan julukan lainya yang selalu distigmakan kepada orang Papua.

Saat kerja sama itu diterapkan, orang tidak akan memandang Papua seperti yang dulunya. Tapi akan tampak Papua seperti yang kita harapkan saat ini. Papua yang dulunya dianggap sebagai tertinggal di bidang pendidikan akan melahirkan para pakar pendidikan, dan tenaga siap pakai lainnya. Juga akan terlihat gedung-gedung mewah dan bangunan-bangunan pencakar langit, dan semua sektor terutama sektor ekonomi pun akan berkembang baik demi kemakmuran rakyat.

Sektor kesehatan yang dianggap rawan, akan lahir para dokter-dokter yang tahu betul tentang kesehatan rakyat Papua. Dan masih banyak lagi kemajuan-kemajuan yang akan terjadi apabila kita semua, masyarakat, para pendidik, para pelajar maupun para pejabat yang ada di Papua mengutamakan yang namanya kerja sama.


Baca Selengkapnya......

Tuesday, October 28, 2008

Otsus di Papua Telah Gagal Gagal

Teman-teman ini tulisan saya yang pernah dimuat di salah satu media lokal ditempat kami. tulisannya agak keras sihh, tapi apa salahnya saya menulis keras gini, lagian kalau mereka-mereka yang tukang korup bacakan bisa sadar dikit, hehehehheheh.
silakan simak tulisan ini.

Otonomi Khusus seharusnya menjadi pedang bermata dua yang dapat memajukan dan Mengubah Papua. Namun kenyataan otsus sama sekali tidak memberikan dampak perubahan bagi rakyat dan masyarakat Papua. Kita ambil contoh saja disektor pendidikan. Pendidikan di Papua masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia bahkan angka buta huruf paling tinggi di Indonesia

Beberapa fakta mendukung kebenaran opini diatas. Contohnya saya sempat baca sebuah artikel di web blog milik pendidikan Papua dengan judul ”Pendidikan di Kabupaten Timika Maju Mundur” bisa bayangkan daerah kekuasaan PT. Freport Indonesia yang penuh bahkan berhamburan uang saja nasib pendidikan sudah begini, bagaimana dengan nasib pendidikan di daerah lain. Kemudian nasib pendidikan di daerah Mulia lebih memprihatinkan lagi. Sebagaimana para mahasiswa-mahasiwi sekolah tinggi alkitab harus menggunakan honai menjadi ruang belajar di siang hari dan malam hari sebagai tempat membaringkan tubuh. Bagi yang pernah tidur di honai akan berpikir bagaimana suasana di dalam ruangan. Apalagi ruangan tersebut digunakan untuk belajar.

Melihat berbagai fenomena keterpurukan dan ketertinggalan pendidikan di Papua setelah Otonomi Khusus dicanangakan, menajadi pertanyaan tersendiri yang harus dijawab oleh kita. Apakah otonomi khusus memberi jalan keluar bagi kemajuan Papua terutama di sektor pendidikan. Siapapun tidak bisa membantah kalau kita mau mengatakan Otonomi Khusus tidak memberikan hasil yang maksimal bagi kemajuan Papua khususnya sektor pendidikan.

Dalam buku yang berjudul ”Kami yang menanam, kami yang menyiram dan Tuhanlah yang menumbuhkan” yang ditulis langsung oleh Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu SH. Banyak sekali membuka kedok maupun kegagalan Otonomi Khusus di Papua. Dengan berbagai ungkapan yang dilontarkan didalam bukunya memberi ultimat dan pandangan kepada semua termasuk pemerintah pusat kalau Otonomi Khusus telah gagal di Papua.

alah satu yang diungkapkan beliau adalah setelah adanya otonomi khusus jurang pemisah antara yang gologan yang kaya dan golongan yang miskin sangat nampak. Dan adanya jurang tersebut membuat mental dan moralitas orang Papua rusak. ”di Papua saya lihat ada dua golongan yang jurang pemisahnya sangat jauh. Golongan yang pertama adalah para kalangan elit yang berfoya-foya dan pesta pora dengan uang Otonomi Khusus padahal uang itu adalah milik rakyat. Dan golongan yang kedua adalah masyarakat miskin yang berteriak dan menjerit-jerit di kampung-kampung (pedalaman) yang membutuhkan jamahan dari adanya dana Otonomi Khusus. Demikian salah satu persoalan yang diungkapkan beliau dalam bukunya.

Berarti Otonomi Khusus benar-benar gagal di Papua. Otonomi Khsus diberikan atas dua alasan mendasar. Yang pertama agar Papua mengalami kemajuan sama seperti daerah yang lainnya di Indonesia. Dan yang kedua adalah agar suara-suara refrendum yang selalu dilontarkan oleh berbagai kalangan terutama para penjabat di Papua dapat dihentikan. Tidak alasan lain kecuali dua alasan ini. Inipun opini saya siapapun yang mau membantah boleh saja kok. Karena masing-masing orang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda.

Apakah tujuan yang pertama telah berhasil di Papua. Sangat luar biasa kalau ada yang sampai bilang telah berhasil di Papua. Keberhasilannya menyentuh luarnya saja belum namapk. Malahan dengan adanya Otonomi Khusus kesejahteraan masyarakat bawah semakin terinjak-injak, kemudian kesejahtreraan kalangan elit semakin meningkat. Yakobus F Dumupa dalam bukunya yang berjudul ”Berburu Keadilan di Papua Barat” mengukapkan ”kini orang Papua barat lebih suka hidup bergaya foya-foya karena adanya Otonomi Khusus, kita bisa melihat sekarang banyak penjabat yang suka pulang pergi jakarta dengan menghamburkan banyak uang padahal uang itu didapatkan dengan cara yang ilegal (korupsi).

Semana-mena yang dilakukan para penjabat terhadap rakyat Papua dengan uang Otonomi Khusus diatas tidak bisa dibantah kebenarannya. Kemudian selain itu para penjabat Papua saat ini juga lebih trend dengan istilah ”siang dengan plat merah ke kantor, tetapi malam dengan plat hitam di diskotek”. Hal ini tidak bisa siapapun membantah. Karena kenyataanya selalu dilakukan oleh mereka.

Dengan demikian tujuan pertama diberikannya Otonomi Khusus oleh pemerintah pusat sama sekali tidak berhasil. Karena para pejabat bukannya perwakilan dari seluruh masyarakt Papua. Karena mereka hanyalah mangsa ditengah penderitaan dan jeritan masyarakata Papua yang selalu berteriak membutuhkan bantuan.

Tujuan kedua diberlakukannya Otonomi Khusus yaitu untuk menutup suara-suara dan perlawanan yang selalu di perlihatkan oleh orang-orang Papua terutama para pejabat. Kalau kita meninjau kebelakang sebelum Otonomi Khusus diberikan banyak pejabat dan tokoh adat yang ikut memperjuangkan agar Papua bisa lepas dari pangkuan ibu pertiwi. Tetapi apa yang terjadi saat ini setelah Otonomi Khusus dicanangkan. Bukannya mereka menyuarakan lagi agar cita-cita awal yang telah mereka perjuangkan itu tercapai melainkan menutup mulut seakan-akan masalah itu telah berakhir dan tuntas. Padahal rakyat jelata tetap berteriak terus meminta kebenaran diungkap di bumi Papua.

Siapa yang menutup mulut mereka, siapa lagi kalau bukan Otonomi Khusus. Ada apa sehingga dengan mudahnya Otonomi Khusus menutup mulut mereka. Tentunya disana ada suatu benda penting. Salah seorang guru saya pernah mengatakan ”omong kosong kalau Papua tidak bisa maju karena tidak ada uang, nyatanya uang otonomi khusus setiap tahunnya dikucurkan triliunan rupiah. bahkan tahun 2008 ini dana otonomi khusus dikucurkan oleh pemerintah pusat kurang lebih 5 triliun.

Berarti mereka (penjabat) hanya mau bersuara agar mendapat uang. Ketika cara yang mereka tempuh (meneriakan merdeka) tidak berhasil. Kemudian ketika pemerintah pusat menawarkan cara mereka yaitu dengan diberikannnya Otonomi Khsusus bagi Papua dengan kelimpahan uang. Maka semua mereka berbalik arah, dari berjuang untuk mau refrendum berbalik kearah untuk mau memeperjuangkan perut mereka agar kenyang setiap hari. Jahat bukan?

Beberapa hari lalu saya sempat membaca sekaligus menyimak beberapa berita dan tayangan di televisi yang memeprlihatkan bagaimana beberapa mahasiswa Papua yang ada di bali dan Jogja mengibarkan bendera bintang kejora dengan tidak gentar-gentarnya. walaupun berada dalam situasi dan medan yang sangat mencekam. Beberapa situasi yang mencekam itu seperti adanya aparat yang mamatai-matai lalu lintas pergerakan mereka, yang kedua berjuang dan mengaduh nasib di tanah orang yang berikutnya mereka memilki jumlah yang tidak begitu besar.

Namun yang terlihat disini adalah semangat, kemauan dan kerja keras mereka untuk tetap memperlihatkan dan menunjukan kepada ketiga pihak yang selama ini menjadi boneka untuk Papua seperti Belanda, Amerika Serikat dan PBB bahwa Papua tetap ingin memisahkan diri dari pangkuan ibu pertiwi seperti yang telah nyata-nyata tertera dalam UUD 1945 bahwa kemerdakaan adalah hak segala bangsa.

Berbicara mengenai kebebesan. Dalam kumpulan pidato Presiden Soeharto yang pernah dibukukannya dalam buku dengan judul ”Soekarno Menggali Pancasila” disitu beliau mengungkapkan bahwa bangsa Mesir yang pada saat ini telah merdeka, dulunya waktu mau diberikan kemerdekaan mereka masih sangat awam sekali. Awamnya mereka seperti ini mereka mempunyai mobil tetapi mereka tidak tahu kalau mobil itu punya bahan bakar apa, bahkan ada yang sempat mengatakan bahan bakar mobil adalah gandum. Kata soekarno kemamapuan mereka masih sangat terbatas itu toh mereka merdeka juga. Bagaimana nasib bangsa Indonesia yang kemampuannya melebihi mereka. Itu pertanyaan Soekarno yang yang paling menggugat bangsa belanda.

Nah sekarang saya balik bertanya bagaimana dengan Papua.’ Yang nyata-nyata telah memiliki kemampuan lebih sama seperti negara Mesir pada saat itu. Tidak bisa kalian katakan kalau Sumber Daya Manusia (SDM) di Papua masih sangat rendah. Banyak kok orang Papua yang telah berhasil dan menjadi orang pintar. Katakan saja Rektor Universitas Cenderawasih Prof. Dr. Berth Kambuaya, M.BA, Rektor Universitas Papua Prof. Dr. Ir. Frans Wanggay, Dr. Benny Giay, Dr. Nelles Tebay, Dr. Noak Nawipa dan sederatan orang pintar lainnya.

Mereka adalah sederatan orang pintar yang bisa membahwa dan mengarahakan kemana nanti Papua bergerak. Jadi kurangnya sumber daya manusia untuk tidak memisahkan Papua adalah bukan alasan utama untuk tidak menjawab aspirasi yang selalu dilontarkan oleh orang Papua dimanapun berada.

Jadi buat kawan-kawan mahasiswa-mahasiswi yang selalu berjuang mengukap berbagai dosa yang selalu dibuat terhadap kita orang Papua tetaplah perjuangkan. Karena Otonomi Khusus telah nyata-nyata mencelakakan dan menjatuhkan kita. Sehingga orang Papua pada umumnya telah memilki mental dan moralitas yang rusak dan hancur. Karena itu mereka selalu korupsi tetapi tidak pernah sadar kalau itu perbuatan yang sungguh sangat terhina dari segala dosa.

Kembalikan moral dan mental yang baik itu dengan cara berjuang terus menyatakan ketidakbenaran dan berbagai hal lainnya yang membuat Papua tetap terbelakang dari dulu saat Otonomi Khusus belum diberikan hingga saat ini setelah Otonomi Khusus telah diberikan.


Baca Selengkapnya......

Kepemimpinan Dan Aids

Memimpin Diri Sendiri Untuk Menghindari dan Menjauhi Penyakit Mematikan (HIV/AIDS)
Menjadi seorang pemimpin untuk bisa memimpin diri sendiri merupakan salah satu hal terberat dan tersulit yang harus dihadapi dan dilewati oleh semua orang terlebih khusus para pemuda-pemudi yang masih menempuh bangku pendidikan. Dalam menempuh bangku pendidikan banyak sekali godaan dan cobaan yang harus dihadapi dan dilewati yang semua itu merupakan ujian bagi diri kita. Beberapa fenomena fakta yang sering kita para pelajar alami dibangku pendidikan adalah mungkin saja hari-hari kita diajak untuk bolos, diajak mengisap rokok, diajak mengkonsumsi minum-minuman keras atau bahkan kita juga mungkin pernah diajak oleh teman kita untuk berhubungan badan dengan lawan jenis kita :))

Saat-saat kita diperhadapkan dengan berbagai peristiwa tadi mungkin akan timbul pertanyaan dalam diri kita kira-kira siapa yang akan saya dengar dan ikuti apakah mengikuti bisikan dari teman-teman :D dengan berbagi alasan karena kalau tidak berbuat takut dibilang ketinggalan zaman, dan takut juga dibilang tidak setia kawan ataukah saya mengikuti suara hati saya yang telah nyata-nyata mengatakan untuk menolak semua penawaran gombal yang bersifat sementara yang tidak membawah saya kepada keberhasilan. :)

Disaat berbagai peristiwa tadi menghampiri diri kita khususnya kita para pelajar biasanya salah mengambil keputusan dan lebih memilih melaksanakan bisikan dan tawaran teman kita dikarenakan kita mengaggap diri kita sudah dewasa dan bisa mengendalikan diri kita dan kita juga selalu berpikir apabila kita sudah melakukannya satu kali toh seterusnya kita akan sadar dan tidak akan lakukan lagi. Jadi factor utama yang membuat seseorang khususnya para pelajar yang masih menempuh pendidikan jatuh kedalam berbagai hal diatas dikarenakan pikirannya tentang kedewasaannya.

Biasanya anak muda yang hidupnya ogah-ogahan selalu berpikir pendek dan kurang kritis sehingga selalu saja mengambil keputusan yang salah dan tidak tepat. Hal itu dikemukan seorang pakar psikologi dari Amerika Serikat yaitu Daniel Golman. Dalam bukunya yang berjudul “Kecerdasan Emosional” disitu dikatakan bahwa kedewasaan seseorang bukan diukur dari besar dan kekarnya bentuk fIsik melainkan kedewasaan seseorang diukur dari bagaimana orang tersebut mampu menghadapi dan mampu menentukan arah hidup yang benar dari sekian banyak problem yang menimpah dan menghampiri hidupnya sepanjang waktu.

Dengan pernyataan tersebut menyadarkan kita bahwa bentuk fisik yang kekar dan besar bukan ukuran dimana kita telah menjadi seseorang yang dewasa, melainkan kedewasaan seseorang kita dapat mengukurnya dari bagaimana cara orang tersebut melewati berbagai persoalan dan problem dan menyelesaikannya dengan tidak mengalamai cacat. Cacat yang dimaksudkan disini adalah seseorang mampu menyelesaikan berbagai permasalahannya dengan tidak merusak dan menodai tubuh jasmaninya.

Tetapi melihat fakta yang terjadi dilapangan saat-saat ini adalah banyak anak muda menyelasaikan seluruh problematika hidupnya dengan berbagai macam barang-barang haram yang sama sekali tidak boleh digunakan atau dipakai. Barang-barang haram itu diantaranya seperti, mengkonsumsi minum-minuman keras, menggunakan atau memakai narkoba dan yang paling terhina adalah berhubungan badan dengan para Pekerja Sex Komersial (PSK). Mereka beranggapan dengan mamakai dan menggunakan berbagai macam barang tadi membuat berbagai problematika hidup mereka terselesaikan dengan begitu cepat. Padahal tidak dengan cara seperti itu malah menambah problematika hidup mereka.

Berhubungan sex saat ini bukanlah merupakan suatu hal yang tabu bagi kalangan pelajar khsusnya ditingakat Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan ada yang menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa layaknya suatu kebutuhan yang harus dilakukan tiap harinya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap memuaskan seluruh hidup mereka seperti mengunjungi tempat-tempat hiburan sambil menyapa para kupu-kupu malam, mengunjungi warung-warung internet yang ada dengan cara menyaksikan langsung tayangan yang berbau porno sekaligus merangsang alat kelamin mereka dan juga yang paling mudah dan gampang adalah mengajak cinta monyetnya untuk berhubungan langsung dengan alasan apabila ada terjadi apa-apa sang lelaki siapa mempertanggungjawabkannya dan yang terakhir pada kelas kakap adalah mengunjungi belok kanan di Samabusa. Bagusalah saat mengungjungi berbagai tempat tadi kalau saja berhubungan menggunakan kondom atau pengaman tapi apa jadinya kalau saja tidak menggunakan pengaman.

Banyak orang memahami dan berpengertian seseorang bisa tertular virus HIV kalau saja orang tersebut banyak kali melakukan hubungan badan, tetapi lain halnya dengan pendapat para dokter yang mengatakan bahwa sekali saja melakukan hubungan sex seseorang akan bisa tertular virus mematikan tersebut. Apa yang terjadi kalau saja virus mematikan tersebut menghampiri mereka khususnya mereka yang masih menempuh pendidikan. Bisakah mereka melanjutkan studi mereka untuk menjadi seorang pemimpin? bisakah rumah tangga mereka bahagia? apakah orang tua mereka yang telah bersusah payah mendidik, membina dan membesarkan mereka ketika melihat semua itu akan bangga dan senang ataukah mereka akan diaggung-agungkan oleh para kerabat dan sahabat mereka.

Berbagai pertanyaan tadi tentunya sangat mudah dijawab oleh setiap kita yaitu harapan mereka untuk hidup sudah tidak ada dengan demikian studi mereka akan terhenti dan putus, harapan untuk mempunyai istri dan anak-anak tidak tercapai karena siapa sih yang mau nikah sama orang yang telah terjangkit penyakit mematikan tersebut, kekecewaan dan hancurnya hati orang tua yang telah membesarkan, membina dan mendidik mereka dan yang terakhir mereka akan dikucilkan dan dipojokan baik dari teman dekat, tentangga maupun saudara dan kerabat mereka sendiri.

Kalau semua-semua sudah seperti diatas apalagi yang bisa dibuat, tentunya kita akan menjawab agar pulih dan normal kita lari saja ke medis yaitu mengkonsumsi obata-obatan agar memulihkan dan menyembuhkan penyakit yang diderita tersebut, tetapi perlu diketahui penyakit yang satu ini yaitu penyakit AIDS belum ditemukan obatnya. Yang sudah ada obatanya hanya untuk menahan agar virus didalam tubuh kita tidak berkembang. Dengan demikian kalau kita ingin untuk hidup terus menerus haruskah kita mengkonsumsi obat-obatan sepanjang hidup kita. Dengan demikian kira-kira berapa duit yang kita akan habiskan untuk membeli berbagai macam obat-obatan tadi. Baguslah kalau kita punya banyak uang tetapi kalau saja kita tidak memilki banyak uang apakah kita akan bertahan hidup.

Dengan mengetahui berbagi dampak yang ditimbulakan daripada mengidap AIDS tersebut kita sebagai orang yang diberikan pikiran, perasan dan akal budi harus dan bisa berpikir apa sih yang harus saya lakukan agar hal seperti diatas yaitu terjangkitnya penyakit AIDS tidak menimpah dan membelenggu diri kita. Salah satu jalan keluar yang teutama dan utama adalah kita tidak lari ke berbagai barang-barang yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit terlebih khusus penyakit AIDS. Apa sih barang-barang atau perbuatan yang dapat menimbulkan timbulnya penyakit AIDS tentunya kita akan bertanya dalam hati kita apalagi yang pikirannya masih sangat primitiv tentang pendidikan dengan demikian akan saya uraikan beberapa perbuatan yang dapat menimbulkan penyakit AIDS selain berhubungan sex atau berhubungan badan.

Dua hal diantaranya adalah pertama melalui transfuse darah. Transfuse yaitu mendonor darah dan yang kedua adalah melaui jarum suntik. Jarum suntIk biasanya dipakai dimana-mana dan memiliki banyak kegunaan. Walaupun saya bukan seorang dokter yang memahami betul tentang penyakit AIDS saya akan usahakan untuk membeberkannya secara perlahan.

Transfuse darah adalah mendonor atau memindahkan darah dari seseorang kepada orang lain. Biasanya hal ini dilakukan apabila seseorang membutuhkan darah. Tetapi akan berdampka lain dan membahayakan apabila seseorang yang mendonor darah tersebut telah mengidap virus HIV. Ketika orang tersebut mentransfusikannya kepada rekannya maka otomatis rekannya akan terjangkit pula. Yang diatas merupakan dibidang medis tetap lain halnya dengan pada pemuda-pemudia maupun masyarakat biasanya HIV tertular khususnya melaui darah saat ciuman atau bercumbu bibir. Disaat bercumbu bibir kalau saja diantara keduanya ada yang telah terjangkit maka saat berlangsung darah akan keluar dan dengan mudah sahabatnya tersebut terjangkit penyakit AIDS.

Jarum suntuk biasanya dipakai untuk menyuntik atau memindahkan cairan kedalam tubuh manusia terutama bagi mereka yang membutuhakan perawaatan namun sering kali jarum suntik juga sebagi salah satu wadah yang membuat seseorang bisa terjangkit penyakit AIDS. Hal ini disebabkan apabila jarum suntuk digunakan lebih dari satu kali seperti jarum suntik yang digunakan dari pasien satu digunakan lagi untuk pasien lain hal ini dapat menimbulkan terjangkitnya penyakit AIDS. Dengan melihat sekilas gambaran tentang bagaimana cara virus HIV merajalela membuat paradigma kita sedikit terbuka dan memahami tentang prosesnya.

Menurut beberapa pengamat factor utama yang membuat banyak orang mudah terjangkit dan tertular virus mematikan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang AIDS. Dengan demikian siapapun yang membacanya baik orang berpendidikan (siswa, guru, dokter, polisi, dsb) maupun orang yang tidak berpendidkan kalu saja telah membaca artikel singkat tentang HIV/AIDS ini mari saya ajak kita bersama-sama menghidarinya dengan tidak melakukan berbagi hal yang dapat merusak citra diri kita saat ini maupun kedepannya. Dengan membaca ini juga semoga kesadaran kita tetap ada selagi bumi masih berputar.


Baca Selengkapnya......

Friday, October 24, 2008

Pendidikan di Pedalaman Papua Memprihatinkan

Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan. Baik dalam jangka menengah atau pun dalam jangka panjang. Namun, masih banyak masyarakat miskin yang memiliki askes terbatas dalam memperoleh pendidikan yang bermutu, dan yang lebih memprihatinkan mereka sama sekali tidak mendapatkan pendidikan.

Hal ini juga dapat disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan, tidak adanya perhatian dari Pemerintah Pusat atau pun Pemerintah Daerah terhadap saudara-saudara kita yang tinggal di daerah Pedalaman Papua. Khususnya Kabupaten Paniai.

Apakah hal ini disebabkan karena sulitnya sarana transportasi yang menghubungkan daerah Kabupaten dengan daerah di distrik-distrik yang ada di wilayah Kabupaten tersebut? Ataukah memang tidak ada guru-guru yang mau ditempatkan di wilayah pedalaman atau pun daerah terpencil untuk mau mengajarkan masyarakat miskin agar mengenal ilmu pendidikan?

Atau juga tidak adanya perhatian Pemerintah terhadap tambahan tunjangan pedalaman atau tambahan lainnya kepada guru-guru yang telah mengajar dan mengabdi di daerah terpencil?

"Bagaimana para guru-guru dapat melakukan pelayanan pendidikan di pedalaman kalau kebutuhan hidup sehari-hari sudah susah dan tidak terpenuhi akibat mahalnya kebutuhan hidup di pedalaman sehingga hal ini sangat berdampak terhadap segala akses".

Pernyataan tersebut dilontarkan Kenny Ikomou. Anggota DPRD Kabupaten Paniia yang membidangi pendidikan setelah melakukan kunjungan kerja di beberapa distrik diwilayah Paniai belum lama ini.

Dia menilai kemiskinan dan pengangguran di tengah masyarakat pedalaman di Paniai dan Nabire tidak pernah dipermasalahkan. Seolah-olah masyarakat telah mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai. Tapi, kini realitasnya sungguh terbalik.

Saat ini mereka tidak mendapatkan akses pendidikan. Berbahasa Indonesia pun tidak mengerti. Apalagi mengenal dan tahu membaca dan berhitung. Hal ini pun mengakibatkan mundurnya dunia pendidikan di kabupaten tersebut. Memang angka kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten ini tak kalah membuat miris orang-orang yang peduli.

Mana penyebab dan mana akibat? Ibarat lingkaran setan keterpurukan ekonomi dan pendidikan memang sebuah tantangan besar yang saling mempengaruhi. Buruknya perangkat keras pendidikan (ruang belajar dan sekolah, buku, pustaka, dan laboratorium yang kurang), diperparah lagi oleh buruknya kualitas perangkat lunak (kurikulum compang-camping dan gonta-ganti, manajemen pendidikan sekolah yang belum profesional) serta masih kurangnya jumlah dan kualitas guru.

Keterpurukan ini berlangsung di tengah-tengah mengalirnya dana yang sangat besar di kabupaten tersebut. Dengan demikian dana besar tidak menjamin peningkatan mutu pendidikan Karena peningkatan mutu pendidikan hanya merupakan jargon semata bagi pemda dan elit pemerintahan yang sibuk ber-KKN ria.

Karena itu, tutur masyarakat seharusnya tidak perlu berharap banyak pada aparatur pemerintah untuk setia menjadi pelayan mereka. Sudah terlalu banyak bukti bahwa jajaran birokrasi hanya menggunakan masalah rakyat untuk kepentingannya. Bukan untuk mengatasi masalah rakyat itu sendiri.

Dan rakyat tidak perlu khawatir bahwa mereka akan menderita tanpa perhatian pemerintah. Toh, selama ini mereka sudah hidup termasuk hidup menderita. Tanpa pelayanan yang berarti dari pemerintah.

Pemerintah memang telah mengganggarkan dana pendidikan sebanyak 20 persen dari APBN. Tapi, ketika dunia pendidikan telah memasuki era neoliberal pendidikan dana sebanyak itu menurut sebagian kalangan masih terasa kurang. Kita memang patut sadar bahwa masih banyak sektor-sektor publik lain yang harus diperhatikan oleh Pemerintah ketika membuat kebijakan-kebijakan liberalisasi.

Meskipun demikian diakuinya kebijakan yang dapat mendorong majunya dunia pendidikan harus diperioritaskan oleh pemerintah. Khususnya pada persoalan dana, akibatnya, timbullah pendidikan yang mahal dan komersialisasi pendidikan di Negara ini.

Siapa yang bertanggung jawab? Alih-alih membicarakan persoalan pendidikan yang mahal maka siapa pun akan menyalahkan pemerintah di negeri ini. Oleh sebab itu untuk membebaskan masyarakat dari belenggu mahalnya pendidikan saat ini merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam konteks ini masyarakat patut berbangga. Karena pemerintah daerah tidak membebankan uang pendaftaran masuk ke sekolah negeri.

Bisa Baca juga di http://suarapembaca.detik.com/read/2008/09/04/085743/1000002/471/pendidikan-di-pedalaman-papua-memprihatinkan

Glitter Text @ Glitterfy.com


Baca Selengkapnya......

Belajar, Diajar, Mengajar

DUNIA tidak selebar daun kelor. Itulah kata beberapa orang. Didalam dunia ini ada tiga hal yang sering dilewati hampr dalam tiap segi kehidupan. Yaitu belajar, diajar dan mengajar. Ketiga hal ini kalau satu saja tidak ditetapkan maka kefatalan akan terjadi.

BELAJAR…banyak orang mengartikan belajar hanya di sekolah atau formal saja. Padahal tidak dimanapun kita bisa belajar. BelajSar bukan hanya butuh guru atau pendamping namun diri kita juga bisa menggunakan apapun yang ada dsekitar lingkungan kita untuk belajar. Istilah belajar secara sederhana adalah perubahan pandangan dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Namun dalam hal ini guru dan orang yang lebih dewasa menjadi panutan untuk siapapun belajar. Belajar juga bisa dari pengalaman atau kisah hidup yang pernah terjadi. Banyak anak muda termasuk saya pernah berpikir kendala utama seseorang tidak berkembang karena terbatasnya fasilitas. Padahal tidak contoh besar dapat kita lihat dari kejeniusan dan kemampuian Thomas alfa Edison menciptakan bola lampu karena kemauan dan semangat juang. Memilki berbagai Fasilitas belajar namun tidak ada semangat dan kemauan percuma saja, bukan?

Dalam pelajaran PPKN saya pernah mendapat sedikti ilustrasi bagus yang menguraikan bagaimana seseorang mempunyai satu buah apel dan satu lagi mempunyai satu buah mangga. Apa yang harus dilakukan agar seseorang bisa merasakan enaknya kedua buah tersebut. Jawabannya yah harus membaginya? Sama halnya dengan ilmu apa yang harus diilkauakn agar labih mendaptkan ilmu yang intinya hrus mau diajar.

DIAJAR….. di atas langit masih ada langit. Hal inilah yang selalu ditekankan oleh para guru maupun pengasuh saya ketika saya bertindak agak sedikti sombong. Dengan demikian mau tidak mau kita harus mau untuk menempuh langit yang lebih tinggi dari langit kita itu. Dengan cara mau diajar. Hal utama yang membuat seseorang tidak berkembang karena dirinya menganggap tidak pantas seseorang muda usia yang lebih berpengalaman mengajarkan pada orang tua. Hal ini banyak terjadi dalam kehidupan. Dengan demikian apabila cara ini tetap dibiarkan akan berdampak merusak hidup.

Diajar bisa dari apa, sesuai amanat UU No 32 tahun 2003 mengenai tempat menempuh pendidikan dibagi menjadi 3 bagian. Informal di sana kita harus mau didik oleh keluarga, baik kakak, adik maupun famili kita yang lain. Non formal, di sana kita juga harus mau didik dan diajar oleh para pembibing les atau kursus yang telah kita daftar.

Kita tidak bisa bertindak semena-menanya karena di sana kita mempunyai pengajar. Yang berikut hal ini telah formal di mana disini kita dibina dididik dan diajar oleh guru yang telah berpengalaman yang semua pengajar itu mau membawa kita kepada kesuksesan.

Rasanya sangat bosan dan jenuh apabila kita selalu menginginkan pengajaran dari tiap orang. Dan hal ini juga secara tidak sadar sedikit memalukan karena orang akan menganggap “wah orang itu belajar terus, pelit lagi”. Paling siapapun tidak inginkan hal ini diucapkan oleh orang yang menilai dirinya di lingkungan tempat dirinya tinggal. Untuk menjaga dan mengantisipasi agar hal ini tidak terjadi maka ada tindakan yang harus diambil dari pada orang yang selalu belajar adalah tahap ketiga yaitu mengajar.

MENGAJAR…..mengajar adalah memberikan kepada seseorang sebuah ilmu atau kemampuan yang kita miliki. So, pasti ketika kita belajar dan diajar semua ilmu telah kita milki, dengan demikian salah satu cara terbaik untuk kita disenangi atau disayangi oleh orang lain adalah kita mengajari mereka. Namanya mengajar bukan saja ilmu namun masih banyak hal lagi seperti mengajar orang dari berbagai pengalaman kita kemudian mendidik karakter orang melalui pengalaman kita dan lain sebagainya.

Semua pengajaran yang kita berikan jangan selalu berpikir uantuk mengajar dengan mengharapkan imbalan tetapi berpikir uantuk memberikannya dengan setulus hati kita karena upah yang kita harapkan diberikan nanti oleh Sang Pencipta.


Baca Selengkapnya......

Orang Miskin : Kami Ingin Sekolah

BEBERAPA saat lalu waktu saya pulang dari Jakarta saya diberi sebuah kado dari seorang penulis, menurutku itu kado terspesial yang saya terima. Entah mengapa, kado itu sekarang membuka wawasan dan pemahaman saya tentang pendidikan di negeri ini. Dan bagiku kado itu adalah ajakan untuk saya agar peduli dan menangisi nasib pendidikan di Negeri ini.

Mau tau apa kadonya, kadonya adalah sebuah buku seperti judul diatas “Orang Miskin Dilaranga Sekolah.” Karangan penulis muda Eko Prasetyo. Yang di terbitkan oleh Insist Press beberapa saat lalu.

Membaca buku tersebut betul-betul membuka wawasan maupun pemahaman saya tentang kebobrokan Pendidikan di Indonesya yang bagaimana pendidikan selalu dijadikan sebagai berbagai ajang, mulai dari ajang bisnis, ajang politk, bahkan ajang untuk bersandar diri.

Wajah pendidikan di Indonesia betul-betul suram, dimana biaya pendidikan menmpuk setiap tahun naik, adapun berbagai biaya itu seperti biayai pramuka, biaya musik, musik daftar ulang, uang buku serta uang kegiatan wisata.

Kemana 20% dana APBN itu, kemana dana BOS, kemana dana pendidikan yang lainnya. Sekarang pendidikan merupakan jalur yang sangat alternative untuk mendapatkan pemasukan, mendapatkan kedudukan, mendapatkan jabatan. Disini di umpamakan pendidikan seperi barang jual beli yang sekali-kali dapat membuat orang kaya mendadak.

Setiap tahun ajaran baru, dari bulan Juli-Agustus, jangan heran kalau di tayangkan di berbagai media masa banyak keluarga tidak mampu (orang miskin) yang selalu gantung diri, bunuh diri, dan lain sebagainnya.

Tidak ingat persis itu tanggal berapa, beberaa saat lalu saya menyaksikan di siaran TV Metro dimana seorang bapak yang kerja hari-harinya sebagai penarik becak, rela menggantung diri di pohon dibelakang gubuknya, lantara apa? Karena tidak mampu membiayai ketiga anaknya yang sedang menempuh pendidikan.

Lantaran begini terus, apa ingin pendidikan di Indonesia ini menghasilnya perampok dan penjahat yang membunuh setiap orang miskin yang ada. Eko Prasteyo memakai istilah “sapi perah” untuk mereka yang suka menguras dan menguras biaya sekolah.

Janji manis Presiden disaat masa kampanye hanyalah omong kosong belaka. Omongan yang dibuat-buat supaya dirinya dapat menikamati berbagai kemewahan fasilitas sebuah istana. Janji manis itu setelah terpilih jadi Presiden hanyalah jadi madu pahit yang siap dibuang.

Beberapa saat lalu ketika saya pulang dari Jakarta, sempat kapal yang kami tumpangi sandar di pelabuhan makasar. Saya dengan terkesima (maklum orang kampong) melihat-lihat keindahan kota makasar. Sempat juga singgah di beberapa pantainya yang sangat menarik.

Selayang pandang, alangkah kagetnya saya melihat beberapa spanduk terpasang di jalan-jalan. Saya sempat tanya ke teman saya “apa sekarang mendekati pilkada” jawabnya dengan lantang, yah betul.”

Beberapa spanduk yang terpasang dengan jelas menulis Bahwa biaya pendidikan akan digratiskan secara menyeluruh mulai dari SD, SMP.SMA, serta Perguruan Tinggi. Bagi saya membaca ini merupakan janji-janji omong kosong yang selalu ditebarkan oleh siapa saja. Tapi yang mengejutkan juga disitu terpampang tulisan, bagi orang miskin biaya pengobatan akan di gratiskan,

Sedikit berpikir dari dalam hari terkecil saya bertanya-tanya, aa bisa budaya ini bisa hilang dari Indonesia. Sebelumnya maafkan saya, kalau saya katakna ini sebagai budaya bangsa ini. Suatu kebiaasaan atau budaya yang telah lama tumbuh berkembang, tidak mungkin akan berindah atau ditanggalkan begitu saja.

Saya setujua kalau spanduk atau tulisan itu diatas baliho hanya mengatakan kalau mereka akan meringankan biaya sekolah, bukannya menggratiskan biaya sekolah. Meringankan biaya sekolah aja belum, mana mungkin langung mau gratis. Inikan argument yang sangat lucu, dan bagi kalangan banyak yang baca akan teratawa karena menutut mereka memalukan.

Itu dari penulisan itu ingin mengukapkan kepada public, agar orang miskin tidak dijadikan sebagai lahan untuk bisnis. Sedangkan mereka sendiri selalu terlantar dan terhina-hina dimana-manapun mereka berada. Semoga suara Pak Eko adalah suara rakyat miskin.


Baca Selengkapnya......

Hidup Itu Menyenangkan

TEMAN-TEMAN tau nggak, tadi saya gembira sekali disekolah. Entah apa penyebabnya. Kegembiraan dan kebahagiaan itu muncul begitu saja. Bukan karena guru pelajaran bahasa Indonesia nggak masuk, bukan juga karena nggak terlambat masuk sekolah, terlebih bukan karena nggak ngantuk dikelas (maaf bongkar kebooh nihh)

Tapi tau nggak, apa penyebabnya? Ingat persisi, 2 hari lalu saya baru menyelesaikan sebuah artikel. Bertepatan dengan semakin dekatnya PILKADA di daerah kami. Artikel itu berisi tentang beberapa kesalahan dan kebobrokan pemerintah daerah dan KPUD ditempat saya dalam persiapan menyambut pesta demokrasi (kayak jago politik aja)

Sempat saya kirim artikel itu ke sebuah Koran di tempat kami, alangkah kagetnya, paginya tulisan saya telah berhasil dimuat. Tapi sayangnya tidak semua dimuat (bersambung) karena kebanyakaan. Ketika pulang sekolah siangnya saya sempat di telvon oleh beberapa teman saya karena kekaguman mereka terhadap tulisan itu (bukan sombong lho)

Secara pribadi, saya baru anak kemarin yang baru kenal dunia tulis menulis rasanya sangat senang. Bukan sekali saja tulisan saya dimuat seperti itu, udah banyak sekali tulisan yang dimuat. Namun saya merasa, bahwa tulisan itu lebih objektif, lebih mengena, lebih memberi pemahaman di tengah situasi yang semakin memanas.

Kalau mau dibilang dari hasil tulisan itu, tidak ada sepersenpun yang saya dapatkan (bukan berarti menagih lhoooo) namun ketika ide, gagasan, argument saya tersampaikan ke public bagi saya itu suatu kegembiraan yang sangat luar biasa. Dimana emosi, beban, serta pergumulan pengamtan saya bisa tersalurkan.

Jangan salah lhoo, orang yang banya ide tetapi tidak pernah keluarkan ide bisa saja orang itu gila. Makanya jangan heran kalau lihat beberapa perampok dan maling di pejara adalah lulusan sarjana. Semua itu bukan karena keinginan mereka, tetapi karena tidak tersalurkannya ide dan gagasan mereka dalam suatu ajang atau kegiatan.

Bagi saya menulis adalah obat yang paling mujarab. Dimana menulis tidak membuat kita kecewa, tidak membuat kita dendam, tidak membuat kita jengkel. Percaya tidak percaya coba aja kalau amarah dan dendam kita disimpan terus menerus apa jadinya. Bagi saya menulis itu membebasakan, menulis itu membangkitkan, menulis itu mengubah peradabaan.

Jadi pertanyaan, kenapa tidak semua orang suka menulis. Saya ingat persisi tulisan saya yang pertama kali, saat itu kelas dua SMP. Dimana dimading sekolah guru bahasa Indonesia kami memasang sebuah topic menarik untuk kami tulis. Saya ingat persis, topic yang diangkat pada saat itu mengenai kasus lumpur lapindo. Pada saat itu walaupun baru awal saya menulis, ibuguru saya sempat acungkan jempol dengan tulisa itu.

Mungkin itu awal mula saya tertarik dengan dunia tulis menulis. Orang yang suka menulis sadar tidak sadar butuh yang namanya penghargaan. Sayapun demikian, apabila tidak mendapat penghargan dari orang lain saya akan marah dan marah, (malu ahhhh) tapi nggak juga kok, tergantung bagaimana penilaian orang pada saya.

Teringat salah satu tulisan Yermias Degey, penulis muda dari Papua yang sempat dipublikasikan di majalah selangkah, dimana banyak membeberkan tentang pengaruh yang dapat ditimbulkan dari tulis menulis. Satu istilah penting yang di pakai dalam tulisan itu adalah mengenai “Budaya bisu”

Di Negara ini yang tidak bisu Cuma Presiden dan Jurnalis. Presiden dengan segala maunya bisa perintahkan apa saja untuk dilakukan. Mentri-mentrinya hanyalah bawahan yang taat pada segala aturan dan tata tertib yang diperintahkan oleh sang presiden. Sehingga sampai kapanpun yang namanya presiden adalah seorang pemegang kekuasaan, orang yang selalu bicara dan bicara. Zaman gini kalau mau andalkan musyawarah itu omong kosong belaka.

Yang berikutnya adalah seorang jurnalis. Saya yakin, orang jurnalis dalam hidupnya selalu bahagia dan bahagia karena selalu bersuara. Dimana bersuara mengukap dendamnya, mengukap ketidabenaran menurut kasatmatanya, mengukap banyak hal yang membebasakan dirinya.

Bukan berarti dengan tulisan ini saya memaksa para pembaca untuk menjadi jurnalis, lagian bagi saya menulis bukanlah karir yang akan saya tekuni terus menerus, melainkan tempat lari dan bersandar dirinya saya ketiak banayk goncangan.

Jadi gimana mau tetap terbelenggu dengan budaya bisu, ataukah mau keluar dari dunia itu? Tergantung pilihan kita, karena salah memilih juga dapat membuat kita tidak bahagia dalam menjalani hidup. Yang mana asyik, tetap dalam kebisuaan ataukah keluar dari budaya itu menjadi orang yang bebas. Tergantung anda.


Baca Selengkapnya......

Thursday, October 23, 2008

Sedih Juga Di Tinggal Pacar

SEDIH rasanya ditinggal seorang pacar yang kita cintai, sayangi, bahkan idolakan. Hal inilah yang saya alami beberapa saat lalu. Ketika seorang cewek yang saya anggap sebagai seorang yang specila dan khusus mengambil keputusan untuk memutuskanku.

Alasan putus Karen melihat wajahku yang seram dan jelek, itu merupakan salah satu alasan pasti yang tidak bisa dipungkiri kebenarannya walaupun si dia (je4n) tidak bisa berterus padaku tentang alasan ini

Segala cara sudah ku lakukan untuk tetap mempertahankan buah cinta ABG saya dengan dirinya, namun apa mau bertahan kalau Tuhan, Iblis dan dirinya tidak berkehendak demikian. Saya dah ngomong ama Tuhan, Iblis dan dirinya unutk tetap melanjutkan cintah kita, apa daya semua tidak berkehendak demikian, hanya iblis yang menjawabku.

Entahlah, alasan apa dia memutusi diriku. Seorang yang sangat berprinsip sangat saya hargai dan hormati seperti saya menghargai kedua orang tua saya. Tapi saya sangat benci dan marah pada seseorang yang dengan prinsipnya mau menghancurkan hidup seseorang, dalam hal ini menghancuri hidup saya.

Tapi nggak apalah, dunia ini tidak sempit kok. Masih banyak bintang-bintang yang bisa kita temukan, masih banyak permata yang bisa kita temukan bahkan masih banyak idola yang bisa kita jumpai.

Tapi secara jujur, ada satu yang saya pribadi tidak bisa lupakan dari dirinya. Dia selalu menekankanku unutk selalu menyerahkan segala kehidupan kita ama sang pencipta dalam segala kesibukanku. Selain itu dia (je4n) telah mengajari saya untuk selalu bertindak dan berpikir dewasa dalam segala hal dalam menjalani hidup.

Beberapa kosa kata romantis telah dia ciptakan untuk saya renungin, Mulai dari kata “honey, say, cinta, sayang´ dan masih banyak lagi. Semua kata itu membuat saya berpikir inikah yang dinamakan cinta, bahkan dengan beberapa kata itu membuat saya selalu merenung sendiri. Bahkan saat sedang merenung saya selalu membayangkan bahwa dirinya sedang menemani saya dalam segala kegiatan saya.

Bahkan yang lebih mengejutkan, ketika saya telvon padanya beberapa kosa kata romantis yang tidak pernah saya ucapkan dan katakan keluar begitu saja. Alasan utama saya meminta Tuhan, Iblis dan dirinya untuk tetap kembali padanya adalah karena dirinya sangat berarti bagiku dan seorang yang bisa diajak ngobrol dalam segala hal.

Air yang sudah keruh tidak mungkin bisa kembali bening lagi, kecuali adanya proses lebih lanjut, hati yang sudah luka nggak mungkin bisa terobati lagi kecuali adanya proses lebih lanjtu antara mereka yang sedang bertikai.

Semoga luka ini tidak parah dan menjadi penyakti yang dapat membunuh semangat saya untuk kembali berekspresi dalam segala hal, termasuk tidak membua saya malas sekolah lagi.

Baca Selengkapnya......

Nggak Kesekolah

HARI ini bagiku adalah hari yang sangat mengecewakan. Why, karena saya tidak ke sekolah. Bagiku sekolah adalah rumah keduaku. Bagaimana di sekolah bisa bertemu ama siapa saja, guru, teman-teman, kakak, termasuk ama pacar. (sayangnya saya nggak punya pacar).

Dan yang lebih menggembirakan adalah, bagaimana kita disekolah kita bisa menemukan dan mendapatkan berbagai ilmu dari guru kita.Walaupun di Internet kita bisa menemukan berbagai ilmu yang lebih mendalam dari pengajaran guru kita

Tidak ingat persis, tapi seingatku beberapa hari lalu juga saya tidak masuk sekolah, entah apa alasannya saya dah lupa nih.

Sempat saya ceritakan di tulisan sebelumnya, bahwa saya sempat tidak enak badan (sakit) sehingga saya harus makan sebanyak-banyaknya supaya sehat kembali. Malamnya sehabis makan, sayapun membaringkan badan saya, serasa biasa saja.

Namun alangkah kagetnya, pagi sekitar jam lima, serasa badang saya mengigil. Sehabis itu sakit saya yang beberapa saat lalu pernah saya alami (ginjal) Kembali kambu dan sakit lagi. Mau tidak mau saya harus beristrahat, tidak bisa deh….ke sekolah.

Hanya terbaring ditempat tidur, memikirkan nasih saya yang begit krusial, ini bukanlah nasib, melainkan karena kesalahan saya, diantarana karena tidak pernah menjaga dan mengontrol diri. Coba kalau rajin mengontrol diri, nggak mungkin sakit seperti ini.

Tapi nggak apalah, pasti sembuh kok, dan bisa belajar kembali bersama dengan teman-teman saya yang sangat baik dan sopan.

Baca Selengkapnya......

Menyapa Mereka

PAGI :R itu saya hanya bisa terpaku diam ditempat tidur. Sambil menahan rasa sakit, seperti yang telah saya uraikan di tulisan sebelumnya. Dimana penyakit yang selalu menyerangku kambu lagi. Itu semua salahku, bukan salah siapa-siapa.

Handphone yang menurutku tidak berarti lagi (karena pulsanya habis booo) :D kugengam seraya menekan angka *888# sambil menungggu kurasakan sakitku semakin memuncak. Tapi luar biasanya, didalam kesakitan itu saya berpikir untuk bagaimana memberkati teman-temanku yang selalu menyapa saya dalam segala waktu

Yups, nyatanya pulzaku tinggal 320 rp, kupikir apa bisa mengirim beberpa SMS ama teman-temanku. Tapi nyatanya ketelitian saya membuahkan sebuah hasil, dimana unutk sesame telkomsel biaya SMS nya gratis alias 0.

Dengan senang hati, saya mengirimkan sebanyak-banyak SMS ke semua temaku yang dirasakan penting, tentunya yang saya bisa kirim hanyalah mereka yang memilki kartu sama denganku, bagi teman2 yang membaca tulisan ini dan tidak mendapatkan kiriman SMS dariku maafkan aku yah??

Ini bunyi SMS yang memberkati teman-temanku “Pagi yang cerah, burung yang berkicau, seakan-akan mengajak kita untuk bersyukur atas berkat dan kasih Tuhan yang tak pernah berkesudahan, Met pagi kawan2ku selamat beraktivitas.”

Kutipan kata yang sangat singkat, namun bermakna dan berarti untuk perkembangan otak kita. Dimana kita diajarkan untuk selalu mengucapkan syukur atas berkat, kasih serta segalanya yang selalu dilimpahkannya kepada kita, sebelum memulai hari-hari hidup kita.

Ternyata, ketika teman2ku mendapatkan SMS itu, adapula yang membalas dengan mengirim yang lain lagi untuk aku. Ada seorang teman yang mengirimkan pesan demikian “Kasih yesus tidak akan pernah berpindah dari hidupmu, kasihnya melebih emas atau permata, walaupun mentari berhenti bersinar, namun satu yang pasti dala hidup yesus akan selalu memegang tanganmu dan berjalan bersamamu untuk melalui kehidupan ini, met pagi n met berakifitas kawanku.

Senang deh, dikirimin kata-kata seperti ini, tunggu saja akan saya ulas beberpa kata-kata mutiara yang menjadi idolaku dan selalu tersimpan rapi didalam Handphone saya :)


Baca Selengkapnya......

Tidak Mempergunakan Waktu Dengan baik

KEMARIN seharusnya saya posting tulisan ini, karena ini berita hari kemarin, tapi dasar pemalas dan suka tunda-tunda pekerjaan jadi nggak sempat ku posting, lagian saya juga sempat ngajarin beberaa teman untuk belajar buat fs, kan malu, curhat kok dilihat teman, kalau diliha teman dunia maya, iyah nggak papa.

Saya lanjutkan lagi yah, Upacara selesai. Saya dan beberapa teMan saya yang terlambat di panggil ama guru saya. Secara mengenjutkan guru kami memberikan hukuman, yang rasanya hukuma itu saya pribadi tidak pantas tuk trima

Ngaak papalah, saya sebagai siswa harus menerima semua itu. Kami disuruh untuk Push Up, suatu olahraga yang disering dilakuk an oleh beberaa olahragawan, padahal saya bukan olahragwan lho, (dasar anak malas). Seraya meletakan kaki dan tangai di tehel sekolah yang pada saat itu tidak terlalu bersih, maka sayapun harus push up di saksikan beberapa pasang mata yang agak menghina dan mengejek saya, yah...trima aja.

Belum selesai beban dan kesusahan saya,setelah hukuma di lakukan saya harus langsung memasuki ruang kelas dan memulai pelajaran (ulangan) yang kiranya akan diberlangsungkan sebentar lagi. Guru yang kami tunggu akhirnya datang juga. Dengan membawah kertas hasil copyan, maka ulanganpun siap diberlangsungkan.

Pusing keliling, karena belum belajar satupun, menyesali dan menyalahkan diri tidak ada gunanaya, kuberpikir sejenak, coba aja waktu itu saya memutuskan tuk belajar, dan tidak habis begitu banyak waktu untuk didepan Laptop, palingan sayapun bisa mengeisi soal yang dikasih sama seperti teman2 saya yang bisa mengisi soal2 itu.

Untungnya ada beberapa soal yang agak mudah, jadi tanpa belajarpun saya sedikit bisa mengerjakan itu. Nggak apalah, yang penting bisa mengikuti dan mengerkan soal. daripada nggak ikut sama sekali kan malu juga, heheeheheheh.

Ulangan dikumpulkan dengan begitu santainya, nggak tahun dapat nilai berapa besok saat ulangan di bagikan, dapat berapapun hasilnya itu adalah suatu kenyataan yang saya harus terima dengan lapang dada. Bukan berarti menyerah dengan keadaan lho, tapi sadar akan kesalahan dan kebrutalan yang saya lakukan.

Dan ini juga menjadi renungan panjang yang harus saya renungkan, bagaimana harus menghargai dan memaknai waktu dengan begitu baik. Supya dikemudian hari tidak membawah kekesalan dan kerugian pada diri kita.

"HARGAILAH WAKTU YANG ADA, KARENA WAKTU TIDAK BISA BERPUTAR KEMBALI"


Baca Selengkapnya......

Waktu Yang Terabaikan

SAYA ingat persis, pagi itu jam lima. Semua teman-teman saya belum bangun. segera saya melangkahkan kaki saya turun dari tempat tidur. Berpikir sejenak, :D apa yang akan saya lakukan yah

Baju belum setrika, celana juga apalagi, buku belum disiapkan. Bahkan yang lebih tragis saya belum belajar satupun, padahal sebentar pada jam pertama kita akan ada ulangan pengayaan seluruh isi materi Bab i pelajaran Fisika.

Padahal susah bangat lhoo, pelajaran Fisika padahal saya sering tidur lho kalau ada guru yang ngajar, he..hehe...malu :))

Ternyata keputusan saya ambil keluar dari jalur yang saya pikirkan, ketika bergegas ke kamar mandi (WC) saya teringat dengan Laptop saya yang sudah bisa conect wireleas dengan sesuka-suka (GRATIS)

Sayapun mengalihkan seluruh perhatian pada Laptop saya yang masih menyala, karena malam lupa matikan, (BOROS LIStrik sihhhhh)
dan semua kegiatan sudah melenceng didepan dunia maya.

BerbAGAI situs yang kiranya menarik kubuka satu persatu, sambil membalas beberapa komentar Friendster, sekaligus membalas Email saya. Tidak terasa Jam menunjukan 06.30 dimana waktu untuk mandipun telah kulEwati begitu saja.

Secara terburu-buru bergegas ke kamar mandi untuk mandi, tidak teras waktu hampiur menunjukan pukul 07.00 tiba disekolah, yah dah terlambat,masyalahhhhh>><<<

Kurenungkan sejenak, ketika tidak dipernkenankan untuk mengikuti upacara secara resmi. TerUngkaap sudah,

KALAU WAKTU TELAH MEMBUNUH DAN MENGUASAI SAYA, COBA KALAU SAYA YANG MENGUASAI WAKTU"

Baca Selengkapnya......

Hal Paling Memalukan dI Hari Senin

BERTOBAT dan sadarlah, kapan mau maju dan berkembang kalau begini-begini terus. Hal itu yang keluar dari mulut saya ketika saya sedang menyetrika baju yang kotor dan kusaM di pagi hari.

Baju lupa cuci, celana juga demikian, lainnya halnya dengan beberapa pelajaran sekolah, sama sekali ku hiraukan begitu saja, :D padahal semua itu sangat penting untuk perkembangan karir dan kesuksesan saya.

Hari itu hari senin, seperti biasa selalu diadakan upacara bendera di sekolah. Berharap tidak terlambat sayapun bergegas mandi, walaupun mengenakan baju yang agak kotor dan kusam karena keburu setrika sayapun bersiap untuk berangkat sekolah :)

Jarak sekolah dengan rumahku (asrama) tidak bergitu jauh, hanya 10 meter. Dan tentunya kapanpun saya bisa mendengarka bel sekolah yang di bunyikan. dan tentunya ini sangat membantu saya.

Namun yang menyedihkan dan menyakitkan adalah saya terlambat juga berangkat sekolah, sehingga sayapun tidak di ijinkan untuk mengikuti upacara bendera oleh guru saya.

Aneh dan aneh, rumah dekat, bel bisa kudengarkan ketika dibunyikan dan makan telah tersedia oleh pengasuh-pengasuh asrama yang sangat rajin, apa girangan sehingga semua itu bisa terjadi.

Tentunya tanda tanya yang harus di jawab, telinga saya tuli?? tentunya tidak saya diciptakan oleh Tuhan secara normal. Mata saya buta tidak juga, saya diciptakan dengan penglihatan yang normal.

Kalau begitu APA GIRANGAN YANG MEMBUAT SAYA TERLAMBAT SEKOLAH????


Baca Selengkapnya......

Wajah Nabire Yang Semakin Kusam

NABIRE- pogauokto.blogspot.com Perselisihan dan perdebatan yang terjadi antara Pemerintah Daerah, KPUD, DPRD dan beberapa Aliansi yang ada di Nabire tak kunjung selesai. Malahan dari hari ke hari semakin menggenaskan. Bahkan bisa di simpulkan telah terjadi perpecahan yang diluar dugaan semua masyarakt Nabire.

Media adalah Senjata utama untuk menyelesaikan perdebatan itu. Baik media masa maupun media elektronik. Nyaris yang menjadi korban adalah rakyat jelata, atau masyarakat Kabupaten Nabire. Dimana masyarakat hanya bisa menyaksikan dan mendengar perdebatan yang kadang kala keuntungannya hanya untuk segelintir orang tertentu, bukan memihak kepada kepentingan rakyat

Secara tidak langsung, sebetulnya masyarakat Kabupaten Nabire kalau saja diberikan kesempatan untuk berbicara maka dengan tegas mereka akan bilang, bahwa kami bosan dan jenuh dengan perdebatan yang selalu di nyanyikan oleh kalian para petinggi di daerah ini. Dan kami sadar nyanyian itu kalian nyayikan untuk kepentingan perut kalian.

Karena menjelang Pilkada, dimana pun apalagi di Negara Indonesia yang namanya perdebatan menjelang Pilkada selalu saja dipertontonkan. Bukan tidak mungkin juga, dengan perdebatan itu beberapa pasangan cari nama “cari muka” suapya rakyat bisa tahu, seakan-akan dirinya menjadi dewi dalam pelindung dan pengayom masyarakat.

Sekarang rakyat telah begitu sadar dan mengerti. Percuma berdebat dan berbicara panjang lebar di berbagai media masa, masyarakat juga sudah bisa menilai kualitas dan kuantatif kalian. Masyarakat yang hidup di zaman dulu dengan zaman sekarang berbeda. Kalau dulu, boleh diputar balik dengan berbagai iming-iming tertentu.

Persoalan utama dalam beberapa perdebatan itu seperti; status Perda 22 Tahun 2007 yang dinilai merugikan beberapa pihak di Kabupaten Nabire, beberapa anggota KPUD yang di tuntut oleh DPRD sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam Pilkada Nabire untuk di PAW-kan, kemudian hasil keputusan KPU Provinsi yang di nilai telah merugikan banyak pihak dengan menetapkan verifikasi ulang para kandidat.

Salah satu Calon Wakil Bupati Nabire, Joko Susilo dalam Koran Papua Post beberapa edisi yang lalu mengukapkan dengan jelas, bahwa pemerintah daerah dan DPRD yang telah mengecewakan dan meresahkan masyarakat Kabupaten Nabire. Yang sekaligus mengukapkan dengan jelas, bahwa Perda 22 tidak perlu di pakai lagi di daerah ini.

Tentunya banyak alasan yang dipakai untuk memperkuat pendapat itu. Mungkin karena beberapa warga pendatang telah turut ikut membangun daerah ini, beberapa jabatan penting di daerah ini pernah mereka embani, kemudian jumlah warga pendatang yang sangat banyak jumlahnya, melebihi orang asli Papua.

Tetapi bukankah Otonomi Khusus yang di berikan oleh pemerinah pusat tujuh tahun lalu menjadi senjata untuk membuat Perda itu. Dengan jelas dalam undang- undang Otonomi Khusus diamanatkan orang asli Papua menjadi tuan di atas tanah sendiri. Tidak lain, keluarnya amanat otsus itu supaya masyarakat asli Papua lebih diberdayakan lagi dalam mengendalikan dan mengolah seluruh kekayaan alamnya.

Contoh paling simpel, adakah orang Papua menjadi Camat, Kepala Lurah, Kepala Dinas, Dandim dan beberapa jabatan sturuktural lainnya di sekian banyak Kabupaten yang ada di luar pulau Papua. Sampai ayam tumbuh gigipun orang Papua tidak akan pernah mengembani jabatan itu. Sebagaimana orang Papua menghargai dan sadar betul kondisi, situasi dan posisi mereka. Tidak pernah berpikir panjang untuk mengembani jabatan penting di daerah orang lain. Apalagi sampai berambisi begitu tinggi.

Dengan demikian sudah sangat jelas, Perda 22 Tahun 2007 harus diberlakukan. Karena Perda 22 Tahun 2007 ini menunjukan jati diri, kualitas dan kuantitas orang asli Papua. Nah, kalau perda 22 Tahun 2007 tidak diberlakukan ,hukum mana lagi yang mau dipakai untuk memberdayakan orang asli Papua ditanah kelahirannya sendiri. Menyakitkan bukan? Menjadi babu ditanahnya sendiiri.

Papua Post Edisi 20 September lalu, Ketua Fraksi Parta Persatuan Demokrasi Indonesia, Fransiskus Tekege mengancam akan menuntut KPUD Nabire dan KPU Provinsi apabila dilakukan tahapan verifikasi ulang. Dengan berbagai alasan yang kiranya sangat masuk akal dan perlu untuk di perbincangkan.

Bahkan Frans juga menyatakan mereka telah menyiapkan beberapa pengacara handal dari Jayapura untuk mengajukan banding terhadap pengadilan, jika saja keputusan yang mereka buat beberapa hari lalu tetap dilaksanakan dan di tindaklanjuti.

Memang menyakitkan kalau saja kita berada di posisi yang dirugikan. Dan saya sendiri yakin posisi pak Fransiskus Tekege pada saat itu bukan oknum yang dirugikan dengan keputusan itu. Karena dirinya tidak pernah diikutkan dan tidak berada di oknum kandidat siapapun. Mungkin yang terlintas dalam pikirannya ingin membantu beberapa kandidat yang telah dirugikan dengan ulah KPUD Nabire dan KPU Provinsi pada saat keputusan itu diambil.

Lantas yang menjadi pertanyaan, factor apa yang dirugikan? Pada saat KPUD Nabire memutuskan untuk menarik nomor undian dalam tahapan kampanye, maka dengan sesegera mungkin beberapa kandidat yang tidak ingin diam dengan secepatnya telah membelanjakan beberapa barang dan alat untuk berkampanye. Bahkan kemarin saya juga sempat mendapatkan brosur milki salah satu kandidat bupati dan wakil bupati Nabire, disertai dengan nomor urut mereka. Padahal kepastiannya belum begitu jelas.

Jadi pada intinya, beberapa kandidat telah membelanjakan barang dan alat untuk kampanye, dengan mengeluarkan sekian banyak uang. Bukan daun yang mereka keluarkan tetapi uang, nah yang jadi pertimbangan bagaimana nanti kalau-kalau verifikasi ulang sehingga nomor urutpun tidak sedemikian keputusan awal, dirugikan bukan? Dan bukan tidak mungkin ketika mereka tidak lolos tahapan verifikasi berikutnya maka dengan geram dan amarahnya mereka akan mengancam dan menuntut KPUD Nabire dan KPU Porvinsi. Bahkan bukan tidak mungkin juga kalau masa mereka akan bertindak anarkis di kota ini.

Selain kedua topic yang diperdebatkan diatas, ada satu topic lagi yang tentunya tidak kalah menarik untuk dibahas. Status beberapa anggota KPUD Nabire yang masih simpang siur, antara dipecat dan tetap dipertahankan.

Dengan jelas beberapa saat lalu Penias Pigay, sebagai wakil rakyat yang duduk di dewan legislative yang mempunya tanggung jawab dalam Pilkada Kabupaten Nabire meminta supaya beberapa anggota KPUD Nabire di PAW-kan. Banyak alasan yang dikemukakannya. Diantaranya, perbuatan tidak terpuji yang mereka lakukan terhadap public (berbohong) dengan berbagai pemberitaan manis.

Kenyataan yang terjadi harus di kuak kebenarannya. Tetapi bertolak belakang dari usulan DPRD Nabire, karena surat KPU Provinsi Papua No. 219/P/VI/Z-KPU/2008 19 Januari 2008 pada huruf “e” dan “t” sudah sangat jelas mengatakan bahwa KPUD Nabire tetap melaksanakan tugasnya dengan menyelenggarakan Pilkada di Kabupaten Nabire hal ini dikemukan oleh Hendrik Andoi pada Papus Post Nabire, Jumat 26 September lalu.

Keluar dari pada tulisan pak Hendrik Andoi beberapa hari kemarin, sedikit ditinjau, bukankah Keputusan KPUD Provinsi itu dikelurkan sebelum adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pihak KPUD Nabire. Kita mengharapkan Pilkada yang bersih, jujur dan adil kalau saja pihak penyelenggaranya masih bermasalah. Dan bukan tidak mungkin, seperti yang di ungkapkan oleh Dianus Youw beberapa saat lalu bahwa KPUD jangan sampai mencetak pimpinan daerah yang rusak.

Nah, yang jadi persoalan bagaimana mau mencetak pimpinan daerah yang bermartabat dan bermoral, sedangkan pihak penyelenggara dalam hal ini KPUD Nabire saja telah bersalah dan cacat hokum. Kalau tetap KPUD Nabire tetap dipertahankan, jangan sesali kalau pada masa pemerintahannya nanti sang pimpinan daerah tersebut keluar dari jalur-jalur hokum yang ada.

Jadi sudah begitu jelas, bahwa masyarakat pantai maupun gunung tidak mengharapkan pimpinan daerah yang rusak dan ambruk moralitasnya. Dengan demikian suatu keharusan kalau beberapa anggota KPUD yang bermasalah harus di PAW-kan. Ini merupkan suatu keharusan. Karena masyarakat Nabire tidak menginginkan pimpinan daerah yang rusak moral dan mentalnya seperti beberapa anggota KPUD saat ini. Sudah jelaskan alasannya?

Saya bukan orang yang pandai berpolitik, lagian menyakitkan dan menyebalkan kalau berbicara politik terus. Dan goresan tulisan ini hanya di ungkapkan atas dasar kebenaran fakta yang sedang terjadi dan sudah terjadi. Dan tulisan ini dibuatpun bukan untuk mengelompok-kelompokan pihak atau oknum tertentu, melainkan di buat supaya adanya kesadaran beberapa pihak yang telah disebut diatas untuk kembali ke Rel-nya.

Ingat masyarakat Kabupaten Nabire bukan warga masyarakat yang sungguh sangat primitive, mereka bisa menilai mana yang layak, mana yang mampu dan mana yang memilki beban untuk mengubah mereka. Sehingga percuma saja mempopulerkan diri dengan berbagai media yang ada, karena hanya buang-buang uang saja, alangkah baiknya gunakan itu tiba saatnya untuk kampanye!

(Penulis adalah Siswa SMA Kristen Anak Panah Nabire, tinggal di Asrama Pesat Kalibobo. Kunjungi webblog: www.pogaufree.blogspot.com


Baca Selengkapnya......