OCTHO- Dalam amanat UU No. 21 Tahun 2001 pasal ke 20 berbunyi panjang lebar mengenai tugas dan tanggung jawab yang MRP embani sebagai lembaga representasi kultural orang asli Papua. Meskipun secara de Jure dan de Facto MRP hadir agak terlambat, yakni 3 tahun kemudian setelah adanya UU Otsus, yakni tahun 2004 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2004, tertanggal, 23 Desember 2004.
Secara garis besar Tugas utama MRP dibentuk sesuai dengan amanat UU No 21 Tahun 2001 adalah dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama (pasal 1 butir ke-6). Yang mana semuanya ini mengarahkan kepada pembebasan manusia asli Papua sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia dan hakiki.
Sehingga kerja dan peran dari MRP sangat di dambakan oleh semua pihak terlebih khusus orang asli Papua sendiri. Dimana dengan hadirnya MRP di harapakan dapat mengakat segala ketertingagalan segala martabat dan derajat orang Papua yang selama ini di injak-injak oleh oknum kapitalis yang ingin tetap menjajah dan menguasi orang Papua.
“ade waktu saya di Jakarta, saya sempat bertemu dengan bang Marijan yang biasa maen iklan kuku bima di TV tu, dia bilang begini. “saya dengar katanya di Papua telah di bentuk MRP kha? Dengan nada yang agak keras dirinya mengatakan bahwa, MRP itu artinya Mati Rakyat Papua (MRP). Yang menurutnya MRP hadir akan menghabiskan dana rakyat Papua sekaligus membuat rakyat kecewa dan kecewa dengan kinerja mereka yang kalang kabuat, terang pak Daundi di Makasar beberapa saat lalu.
Pemahaman mereka terhadap MPR adalah bukan sebuah lembaga yang mengakat harkat, derajat dan martabat orang asli Papua, melainkan sebuah lembaga yang akan berada dan merugikan orang asli Papua. Dengan segala bentuk kinerja yang tidak kurun membaik.
Secara garis besar, baik dari anak-anak sampai opa-opa memahami peran dan tugas MRP di Papua sama dengan pemahaman bang Marijan. MPR bukan sebagai penanggung jawab hak-hak adat masyarakat asli Papua, melainkan perampas hak-hak rakyat Papua. MRP mengambil porsi untuk pembangunan segala sector di Papua, MRP tidak berperan semestinya. MRP jadi beban bagi banyak rakyat Papua. Yang ujung-ujungnya membuat rakyat kecewa dan kecewa.
Saat Internatiional Parlmenet For West Papua (IPWP) di luncurkan di London-Inggris 15 hingga 17 Oktober lalu, MRP sebagai lembaga representasi kultural orang asli Papua seharunya mempunyai peran untuk menyosialisasikan hal ini kepada khayalak umum. Bukan DAP, PDP dan beberapa Front dan sebagainya. MRP di bentuk memunyai badan hukum yang kuat, dengan kuatnya badan hukum itu MRP harus lebih leluasa bergerak. Bukan menutup diri bagai burung yang sayapnya patah.
Dewan Adat Papua (DAP) yang ada hanyalah salah satu dewan tidak berbadan hokum secara resmi yang didirikan di oleh bangsa papua sendiri. Presedium Dewan Papua (PDP) juga sama hal-nya dengan DAP. MRP sebagai lembaga cultural resmi yang di bentuk harus bertanggung jawab penuh dalam segala tindakan yang di buat maupun di adakan oleh rakyat asli Papua. Orang istilahnya MRP adalah “mama dan papa” dari pada orang asli Papua.
42 orang yang telah di pilih oleh rakyat Papua untuk duduk di MRP harus bertanggung jawab semua itu. Dalam Koran Cenderawasih Post beberapa saat lalu ketua MRP Agus Alua membantah keras peryataan keras Pangdam Cenderawasih yang menyatakan dengan jelas agar MRP jangan ikut dalam perpoltikan.” Siapa bilang kami tidak boleh ikut dalam perolitkan, kami juga punya hak untuk menyuarakan itu” terang Agus dalam Cenderawasi Post membantah pernyataan Pangdam Cenderawasih .
Mana kejantananmu pak Agus, pernyataan gombal yang melindung keluarga dan nama baik tidak usah di sebarluaskan untuk melindungi diri. Apalagi pernyatan tersebtu paling berpoltisi sekali. Peryataan paling memalukan yang pernah di keluarkan oleh pejabat yang katanya berjuang untuk hak-hak kemanusian untuk Papua kalau seandainya semua orang melakukan vote.
Yang rakyat minta saat ini, adalah dimana realisasi dari pernyataan dan janji-janji dari MRP kala itu. Ketika Buchtar Tabuni dan Sebby Sembon di tangkap oleh Polda Papua tanpa prosedur yang jelas kalian hanya membekap mulut kalian begitu saja, bak tak ada tanggung jawab dan tugas moril. Kalian sebagai lembaga resmi yang di bentuk oleh pemerintah pusat harus berperan penting dalam segala tindakan seperti itu.
Malahan saat hal itu terjadi beberapa anggota DPRP yang angkat biacara dengan melawan kebejatan dan premanisme yang di tunjukan oleh Polda Papua dan antek-anteknya. Sebenarnya DPRP tidak patas berbicara demikian, karena DPRP telah memorsi tugas orang lain. MRP sebagai lebagai cultural rakyat Papua harus memperhatikan ini dengan keras.
MRP hadir di Papua hanya mencitpkan zona darurat di Papua. Tom Beanel Pemimpin Besar Papua Barat saat mentandatangin deklarasi Papua zona darurat senin (01/12) di lapangan makam Theys, Sentani berbicara dengan jelas ketidakmampun beberapa lembaga kultural hak-hak adat Papua melindungi rakyatnya. Sehingga dengan muda Papua zona darurat di bentuk oleh kaum kapitalis yang ingin dan ingin tetap menjajah orang asli Papua.
Beberapa lembaga resmi yang telah dibentuk membiarkan rakyatnya menderita dan menangis tersedu-sedu bak tak ada orang tua. MRP membuat situasi dan kondisi di Papua kacau balau. Kualitas kerja yang tidak kurun baik dari waktu ke waktu membuat rakyat Papua semakin kesal dan kecewa terhadap kinerja mereka.
Agus Alua dan anggotanya menebar isu dengan media masa bagai pahlawan yang akan melindungi hak-hak dasar orang Papua. MRP tidak pernah mendorong DPRP untuk mengesahkan beberapa Perdasi dan Perdasus untuk melindungi hak dasar orang Papua. Beberapa Perdasi dan Perdasus yang di bentuk hanya untuk kepentinga birokarat. Bahkan lebih memalukan kinerja dan komitemen MRP untuk memajukan Papua, yang mana saat pemilihan angora DPRP beberapa saat lalu beberapa anggota MRP lebih memilih untuk menyalonkan diri ke DPRP. Rakyat yang matanya buta saja yang bisa pelih eks MRP duduk di DPRP.
Rakyat walaupun tidak semua bisa mengkaji isi Otsus dan Tap MRP yang di berikan, tetapi sudah bisa menilai berdasarkan kualitas dan kinerja kerja yang tidak kunjung baik. Baik dan tidaknya kualitas kinerja dari seorang anggota MPR-pun di lihatkan berdasarkan kinerja suara hati. Bukan karena asal-asal bersuara dengan kepentingan di belakang yang sangat tinggi.
Lagi-lagi zona darurat yang MRP ciptakan di Papua terkait keberpihakan mereka terhadap Militer yang selalu mengenosida orang Papua. MRP ikut tertawa geli ketika melihat anak bangsa papua di siksa dan di bunuh dengan semena-menanya oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
MRP tidak pernah bersuara, dalam hal ini membela suara rakyat orang asli Papua ketika beberapa masa mendatangi kantor DPRP yang menyayangkan jumlah Militer di Papua yang hampir sebanding dengan jumlah rakyat asli Papua. Sebenarnya dalam menyuarakan ini MRP yang punya hak dan kewenangan, tetapi lagi-lagi MRP bertindak seperti tikus dalam kandang.
MRP harus berada atau berjalan tanpa terikat oleh siapapun. Karena MRP adalah lembaga yang menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di bumi Papua. Tidak bisa lembaga duduk makan satu meja dengan para pembunuh, penindas dan penjilat. Mereka-lha musuh bubuyutan dari MRP, sehingga “jaga jarak” sangat penting.
MRP sebagai lembaga cultural asli rakyat Papua, hanya terdiam membisu ketika beberapa mahasiswa di tindak seperti binatang oleh aparat keamaan yang tidak tau peri kemanusian. “kasus abepura berdarah yang meninggalkan sangat banyak kesan, dimana banyak mahasiswa yang di culik, dibunuh dan di perkosa tidak pernah di tindak lanjut, malahan tidak lanjut yang mereka lakukan di Makasar tidak ada keberpihakan terhadap orang asli Papua yang sangat di rugikan, MRP dorang kerja apakah sehingga buta dengan hal ini,” terang Nolly Kobogau salah satu Mahasiswa Universitas Cenderawasih beberapa saat lalu.
Beberapa saat lalu sebelum pembentukan MRP, sudah banyak tindakan serta aksi yang mahasiswa Papua lakukan untuk menolak tegas keptusan dari Presiden Republik Indonesia, toh akhirnya MRP tetap di sahkan juga. Mahasiswa dan pelajar Papua yang berdemonstran sudah paham betul dengan ketidakbecusan MRP ketika di bentuk nanti.
Mereka (red, mahasiswa) sudah paham dengan kepentingan-kepentingan yang akan di ciptakan ketika para “penjilat” yang nanti mengaku dirinya sebagai wakil rakyat yang akan mengakat harkat, martabat dan jati diri orang Papua. Orang Papua sangat benci dengan penjilat, seperti mereka yang duduk di MRP saat ini.
Ketua MRP dan anggotanya lebih banyak tinggal di Jayapura menikmati segalanya yang ada dari pada sekali waktu berkeliling ke kampong-kampung di Papua untuk melihat langsung segala keluharan menyangkut hak-hak asli orang Papua yang kadang di injak-injak dan di abaikan. Mereka yang di dusun-dusun perlu adanya uluran tangan melalui beberapa kunjungan.
Tugas MPR sebenarnya seperti itu, bukan duduk di Jayapura seenak. Keliling setiap saat dengan mobil mewah. Pertimbangan yang MRP akan berikan kepada Gubernur Papua, Ketua DPRP terpilih serta anggota DPR RI yang di usulkan bukanlah pertimbangan yang murni muncul dari aspirasi rakyat. MRP dorang kerja apakah, kita rakyat kecil sangat bingung dengan dorang pu kerja nih. Atau jangan-jangan dorang kerja makan uang saja lagi,” urai salah satu bapak di Abepura-Jayapura beberapa saat lalu mengkritisi kinerja MRP yang tidak kurun membuahkan hasil..
Saat Perdasi dan Perdasus di buat, MRP tidak pernah angkat bicara. Giliran 23 Milyar lebih dana untuk pemberdayaan orang Papua di lenyapakan dengan dalih pembuatan Perda, MRP kalang kabut. “kami sebagai lembaga cultural orang asli Papua, akan memberi pertimbangan kepada beberapa Perdasi dan Perdasus yang telah DPRP buat, “kata salah satu anggota MRP seperti di kutip Papua Post beberapa saat lalu.
MRP buta dan kalang kabut dengan hal ini. Zona darurat yang ingin MRP ciptakan dengan para penjilat di negeri Papua semakin terlihat. MRP dan para penjilat tidak pernah sadara dan paham, kalau manusia Papua manusia yang dicitptakan serupa dan segambar dengan Allah sendiri. Telah mereka lupakan beberapa amanat Undang-undang yang mereka buat sendiri. Hokum di Indonesia telah mati, hal itu bisa kita gambarkan dengan kegombalan hokum Indonesia yang selalu di jadikan ukuran untuk menindak tegas para pelanggara Undang-Undang itu.
Gambaran ketidakpuasan rakyat Papua terhadapa kinerja MRP yang kalang kabut bisa terlihat ketika puluhan ribu masa mendatangi kantor MRP di Jayapura beberapa saat lalu menyampaikan ketidakpuasaanya kepada kinerja MRP yang selalu bermain api dengan para “penjilat” di negeri ini untuk tetap membuat orang Papua terbelakang dan tertindas.
MRP harus sadari penuh, apa tugas dan tanggung jawab utama mereka. Harus koreksi juga, saat ini mereka sedang berada di posis, jalan dan arah mana. Tulisan yang sederhana ini hanya di buat sebagai bahan acuan untuk kembali ke jalur atau rel yang benar. Karena tugas media atau pers adalah mengarahkan ketidabecusan dari sebuah lembaga untuk kembali ke jalan yang benar.
Tulisan ini dibuat bukan berarti menghakimi MRP sebagai lembaga “murahan” yang bekerja setengah hati. Bukan mengkritisi beberapa tindakan gombal yang semakin membuat rakyat asli Papua tersingkirkan, tetapi lebih kepada pembenahan agar MRP “insaf” dengan tugas utamanya.
Tidak ada jalan lain yang MRP bisa lalui, selain membela dan memberdayakan orang asli Papua. Selain itu MRP harus bertanggung jawab penuh dengan segala tidakan yang di lakukan secara biadap oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. MRP harus membenci dan meluruskan para penjilat yang selalu dan selalu membinasakan orang Papua, karena rakyat asli Papua juga benci dan dendam dengan hal itu.
MRP harus menunjukan kualitas dan kinerja mereka dengan berbagai langkah dan tindakan yang bisa di jadikan ukuran untuk rakyat menilai. Menjadi wakil rakyat yang duduk di MRP bukanlah pekerjaan muda, tetapi ini sebuah pekerjaan yang sangat berat, karena bertentangan dengan mereka yang punya kepentingan dari segalanya yang ada di bumi Papua. (Penulis Adalah Siswa SMA Kristen Anak Panah dan Jurnalis Muda Papua)
Tulisan ini baru saja di muat di Tabloid Jubi, Edisi cetak.
Sumber gambar : www.tabloidjubi.com
Thursday, April 23, 2009
Papua Zona Darurat Ulah Majelis Rakyat Papua (MRP)
Suara Dari Hati, UNTUK-MU
OCTHO- Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Seutas kalimat di atas rasanya sangat pantas menggambarkan seorang wanita dalam uraian tulisan kali ini. Beberapa alasan, telah menjadikan dirinya tidak berkembang, alias pola piker yang tetap kerdil terus-menerus. Walau usia, pendikan telah menunjukan dirinya sangat dewasa.
Mencintaimu! Seluruh gambaran isi hatiku kepadamu, saat kau meragukan diriku. Kau bukan wanita, ketika trauma masa lalu kau jadikan ukuran untuk menilaiku. Seharusnya kau bisa pahami, masa lalu tidak akan pernah kembali. Masa depan di gambarkan, tergantung pensil yang kau sedang pakai tuk menggoreskan semua itu.
Saat itu dalam perjalanan menuju sebuah tempat “pelariaan”. Hasrat dirimu yang semakin menjadi-jadi, se-akan menyadarkan aku, bahwa mungkin kau telah menjadi bagian dari diriku. Segala ucapan yang kau keluarkan, semuanya jembatan penyambung antara hatimu dan hatiku.
Teguran, ucapan, sapaan yang telah kau berikan, sudah tentu meyakinkan aku bahwa kau butuh kesempurnaan dariku. Padahal seharusnya kau mengerti, tidak ada seorang-pun yang bisa jadi sempurna. Selain kristus sendiri.
Saat trauma masa lalu semakin membuatmu ragu untuk mengambil keputusan, kau justru membuatku terkeyok dengan gelagat suara hatimu. Tidak! Kataku, seraya semakin meyakinkan dirimu bahwa kau akan tetap bagian dari diriku, yang telah dan akan sedang tergenapi semua harapan itu.
Aku tidak pernah ingin menaggapmu bodoh, bahkan kuper. Walaupun segala alasan yang kau beri seringkali arahnya kesana. Saat kau sedang berkelana ke dunia “alasan” hanya angin lalu yang sedang mendengar segala ucapan gombal itu. Bukannya aku tidak mau mendegar semua itu, tapi hati ini miris mendengar semua itu.
Usia! Menjadi alasan utama untuk kau ingin menjauh dari diriku. Semua tinggal kenangan kataku, ketika dalam segala arah kau selalu dan selalu mencium segala hasrat itu. Sudah aku yakinkan kau, tuk tak terlalu mengarah kesana, karena sudah tentu hati ini akan sakit, ketika semua alasan itu tetap dan tetap kau keluarkan.
Pendikan! Hal itu tidak pernah berpengaruh dalam dunia percintaan. Kau mungkin akan selesai dalam beberapa tahun belakangan ini, sedangkan aku sendiri belum tentu tamat SMA, karena berbagai pergumulan selalu menjadi “sahabat” karibku.
Kau pasti berharap dengan melawan suara hatimu agar saya dapat menemukan seorang wanita yang sangat pantas untuk aku. Harapan itu selalu dan selalu kau nyanyikan setiap saat, seakan-akan telingaku telah tuli. Saya bingung dengan semua ini. Mau membunuhku ataukah mau menghancuriku.
Allah yang kau sembah, itulah yang selalu membesarkanku. Dan tentunya kau harus paham, Allah itu tidak pernah menyuruhmu membunuh seseorang pria dengan ucapan kata-katamu yang sedikit mencekam suasana batin. Malam itu, dalam lilitan selimut “kasih sayang” aku termenung, kau atau dirimu yang sebenarnya sedang menimbang-nimbang.
Jarak! Memang betul, kau sedang berkelana jauh dari tanah Papua. Sumber Daya Alam (SDM) yang handal adalah peluru untuk membangun tanah Papua. Dan kau sedang paham dengan semua itu. Sehingga kau sedang berguru di sana. Namun sebenarnya tidak pantas kau jadikan itu sebagai alasan untuk tetap tidak menerimaku.
Aku tidak tau, mungkin ada orang lain yang sedang kau idolakan di jawa sana. Aku juga tidak tau, adakah orang lain yang telah lebih dulu bersandar menunggu jawaban di hatimu. Tetapi segala gelagat serta caramu, tetap meyakinkanku bahwa kau tidak punya siapa-siapa disana.
Kau pernah berterus-terang, bahwa ada “berkas” luka di hatimu. Yang kau katakan bahwa sangat susah di hapus nodanya. Uraianmu sudah lebih dari cukup, dimana telah betul-betul meyakinkanku bahwa memang betul, noda itu sukar di hapus.
Saat ini aku sedang berusaha untuk membersihkan noda itu. Mungkin uraian dari aku yang belum begitu jelas, sehingga kau sukar tuk mempercayai. Saat aku hadir untuk menjadi seorang malaikan terang, yang ingin memberimu sinar, namun kadang kau menolak semua itu.
Sepenggal puisi pendek yang aku goreskan dalam diarymu, aku kira sudah cukup memberi pencerahan. Namun mungkin kau masih lugu, ataukah kau pura-pura lugu, atau mungkin justur aku yang lugu. Bingung! Lagi-lagi aku bingung, mengapa semua ini bisa terjadi. Padahal Allah menciptakan kau dan aku sebagai manusia pintar.
Harus di selesaikan semua ini. Siapa yang salah di antara kita. Apakah Allah yang salah. Dimana dengan tega mempertemukan kita berdua. Kau yang begitu salah. Dengan gelagat suara hatimu yang selalu menggoda. Ataukah aku yang salah. Dengan mudah memberikan hati ini padamu.
Semoga semua ini bisa di selesaikan secepatnya. Lebih mulia apabila kau mau menjelaskan semua ini padaku, walau aku telah biasa mendengar semua itu. Ter-mulia, apabila mungkin aku, suara aku mau menerima semua kenyataan ini, walau keliatannya sangat sukar. Bahkan sungguh sangat mulia, apabila Allah mau mengerti semua persolaan ini, dan menjadikan kita tetap tegar.
KM Dorolonda, 14 April 2009, Pukul 19.00 wit
Catatan di tengah pertanyaan suara hati.
KEJUJURAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Kejujuran Kunci Utama MajunyaPendidikan di Indonesia
OCTHO- Kejujuran, sebuah kata yang sangat mudah di ucapkan oleh siapa saja dengan kata dasar “jujur”. Kalau dilihat pengucapan kata yang terdiri dari lima buah huruf ini sangat mudah sekali di lafalkan. Namun penerapan kata “jujur” tidak sesuai dengan gampangnya kita mengucapkan kata ini.
Jujur artinya keselarasan antara berita dengan kenyataan yang sedang terjadi. Dan kalau tidak sesuai dengan apa yang sedang terjadi, kemudian kita ungkapkan kepada umum berarti kita telah berdusta. Dusta sendiri adalah lawan kata dari Jujur. Dusta sendiri muncul karena seseorang egois terhadap fakta yang telah terjadi.
Kejujuran acap kali menjadi suatu sifat atau perbuatan yang paling sulit di lakukan oleh siapa saja dan seringkali terjadi berbagai ketiakbenaran karena sifat ini di “lacuri” oleh berbagai oknum yang tidak menginginkannya. Termasuk para penguasa dan pengambil kebijakan yang selalu mengelus-elus dadanya ketika suatu keputusan telah di ambil dan di tetapkannya.
Pada saat suatu penguasa telah menetapkan sebuah perintah, sang penguasa ini akan berlagak seperti sang “dewi” yang melindungi dan menyelamatkan suatu bangsa, padahal dirinya juga akan menjadi perusak yang tidak jauh beda dengan perampok, malahan bukan mustahil dirinya akan melebihi sifat perampok kelas kakap.
Lebih lanjut dalam pembahasan kali ini, saya akan membahas panjang lebar tentang penerapan sistem Ujian Nasional yang telah menodahi dan mengotori segala pola piker generas penerus bangsa di abad ke-21. Dan ini menjadi suatu keharusan untuk saya membicarakannya, karena hal ini tanggung jawab saya sebagai siswa yang tidak ingin moralitas generasi muda saat ini rusak.
Sejak Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional di berlakukan, dengan sendiri wajah pendidikan di Negeri ini telah berubah. UU No 20 Tahun 2003 sendiri adalah perubahan dari Undang-Undang No 2 Tahun 1989 lalu. Alasan utama pergantian Undang-Undang ini dikarenakan, pendapat beberapa pengamat pendidikan yang mengatakan dengan jelas bahwa Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tidak relevan dengan perkembangan pendidikan saat ini.
Buah dari perubahan undang-undang itu sendiri telah menciptakan berbagai kebijakan yang kadang kala membingungkan semua pihak. Bahkan telah sedikit menutup ruang tumbuh kembangnya pendidikan di Negeri ini, karena dimana orang miskin atau mereka yang tidak mampu telah di paksakan untuk berhenti menempuh pendidikan walaupun hal ini tidak tampak secara nyata. Inikan sudah termasuk pembodohan, bukannya mencerdaskan. Padahal cita-cita pendidikan kitakan harus mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan amanat UUD 1945.
Selain itu kebijakan undang-udang itu sendiri telah menciptakan generasi yang tidak terampil, mandiri, kreatif dan bermoral. Dimana anak-anak diajak untuk mandiri dengan penerapan beberapa kurikulum seperti Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) selain itu sempat terjadi perubahan kurikulum yang masih di pakai sampai saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pengajar (KTSP), namun sangat disayangkan semua itu tidak sesuai dengan apa yang telah mereka cita-citakan dalam UUD 1945 karena mengajari siswa untuk malas dan serba instant.
Bahkan dengan penerapan beberapa kurikulum yang dikira akan menyelamatkan wajah pendidikan di negeri ini, malahan beberapa kurikulum itu telah merusak generas muda hingga saat ini. “Jangan salah lho, KTSP tidak membuat siswa-siswi zaman sekarang untuk bertambah semangat dalam belajar, malahan kurikulum ini semakin membunuh mereka, terang salah satu guru Sekolah Menengah Atas di Nabire beberapa saat lalu.
Terbukti sekali, kurikulum KTSP menciptakan generasi yang malas dan tidak jujur. Kegiatan menyontek, menjiplak, menyalin adalah hal yang lumrah bagi kalangan siswa di seantoro Indonesia. Mengapa demikian, karena kurikulum ini tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan butuhkan. Pendidikan haruslah menjawab kebutuhan genersi muda, bukan generasi muda yang menjawab kerinduan pendidikan.
Nah hal inilah yang sedang terjadi, dan telah merajalela di Seantoro Indonesia. Dimana semua siswa mampu maupun tidak mampu untuk menyesuaikan dengan segala kebijakan pemerintah yang kalau di pandang sangat tidak perikemanusian dan maaf kalau saya katakan ini telah membunuh semangat siswa-siswi saat ini.
Bukti pembunuhan yang pemerintah lakukan terhadap generasi muda saat ini, dimana angka penggaguran saat berlangsung Ujian Nasional meningkat tajam. Selain itu angka bunuh diri dikalangan siswa karena tidak mampu mengikuti Ujian Nasionalpun semakin meningkat. Dimana dalam Koran Kompas, edisi 27 April lalu yang mengukapkan dengan jelas nekatnya seorang siswi SMA menggantung diri karena tidak sanggup mengikuti Ujian Nasional.
Kejujuran berbicara mengenai suasana hati nurani, dimana hati nurani dapat membedakan mana yang benar, mana yang tidak benar dan mana yang tidak sesuai dan mana yang sesuai. Tapi yang mengherankan di Negeri ini sejak UU No 20 Tahun 2003 di canangkan, suara hati bukan menjadi ukuran untuk kita bertindak jujur, malah kebrutalan pendidikan tiap tahunnya meningkat. Inikan sebuah fenomena yang berbalik arah dengan suara Tuhan, bahkan tataan norma dan sekaligus pemberontakan terhadap hukum di Indonesia.
Nyontek, bukanlah hal lumrah saat Ujian Nasional diadakan. Ini suatu tindakan yang telah dilakukan diluar batas kemanusiaan. Dimana peraturan, hukum, tata tertib serta kebijkan hanya menjadi simbol untuk Ujian Nasional tetap diberlangsungkan. Padahal semua itu dilalui dengan meninggalkan banyak sekali luka batin yang pada ujung-ujungnya telah menimbulkan pembunuhan segala pola piker serta perkembangan seorang peserta didik. Kembali lagi saya bertanya? Inikah yang dinamakan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan amanat UU 1945. padahal faktnya tidak berbicara demikian.
Beberapa contoh pelanggaran HAM yang telah ikut membunuh dan menyeret generasi muda pada umumnya dilakukan oleh guru-guru dan kepala sekolah. Hampir diseluruh Indonesia terdengar lagu yang dinyanyikan secara serentak, dimana menyelamatkan wajah sekolah mereka dari ancaman masyarakat maupun maupun pemerintah setempat. Dengan iming-iming menjaga nama baik sekolah, inikah cara yang paling ampuh menyelamatkan wajah sekolah. Yah, mungkin bagi mereka para pelaku kecurangan di Negeri ini.
Misalnya di daerah Subang, dimana diberitakan oleh berbagai media masa bahwa kasus kecurangan Ujian Nasional dilakukan di seluruh daerah setempat, bahkan yang lebih sadis lagi Forum Guru Garut (Fogar) menyatakan dengan jelas bahwa Kepala Dinas Pendidikanpun ikut terlibat dalam tindakan memalukan ini. Dimana Jumlah siswa yang mengikuit Ujian Nasional pada saat itu berjumlah 26.386, tetapi yang menggembirakan bagi mereka jumlah siswa yang tidak lulus hanya 416 siswa. (Sumber: http// http://news.okezone.com)
Bagi segelintir orang yang tidak paham dengan permainan di Garut akan berpikir, bahwa dengan minimnya peserta UN tidak lulus berarti kualitas anak didik mereka telah begitu cakap. Bayangkan saja, jumlah siswa yang lulus dalam persen mencapai 99%, ini suatu angka yang bisa dikatakan sangat luar biasa. Tetapi yang perlu ditanyakan, apakah 99% itu merupakan hasil usaha, kerja keras dan kemampuan para guru yang memberikan pembinaan dan para murid yang menerima setiap pelajaran?
Selain di Garut, dilaporkan 14 guru beserta kepala sekolah di Riau kelabakan di tahan oleh aparat kepolisian, mereka dengan jelas menyebarkan Lembaran Ujian Nasioal dengan berbagai modus yang selama belakangan ini menjadi trik ampuh mereka. Diantarnya, menjadi joki bagi siswanya, selain itu melalui pesan singkat pada Handphone setiap siswa. (Sumber: http//sinarharapan.co.id)
Yang lebih sadis lagi, kecurangan Ujian Nasional yang terjadi di Deli Serdang. Dimana sekelompok orang berpakain sipil tetapi bersenjata memaksa masuk sebuah ruangan sekolah di SMAN 2 Lubuk Pakam, Deli Serdang. Nampaknya suasana didalam ruangan itu sangat mencekam, para guru dengan santainya sedang membetulkan 284 Lembar Jawaban Ujian Nasional. Suatu pemandangan yang tidak pernah Nampak bagi anggota kepolisian pada saat itu. Sekaligus hal memalukan, yang pernah mereka terjadi.
(Sumber: http//cetak.kompas.com)
Banyak alasan yang dikemukan pada saat penggrebekan itu, diantaranya mereka menuturkan karena kemampuan siswa mereka yang menurut merek masih jauh dari sempurna, selain itu juga alasan soal yang diberikan adalah soal standar anak-anak dari Jakarta. Memang kita pahami semua itu, tapi apa gunanya kita hidup kalau tidak pernah menghargai pimpinan kita. Betul bukan?
Melihat tiga dari puluhan contoh kecurangan Ujian Nasional menyadarkan kita, sekaligus memberikan suatu pertanyaan yang harus di jawab kemana arah pendidikan di negeri ini. Inikah wajah pendidikan di Indonesia yang sebenarnya, inikah Negara yang dalam kelima silanya khususnya pada sila pertama melibatkan melibatkan Tuhan.
Inikah praktek dari setiap teori pelajaran Agama dan PPKN yang selalu di tanamkan disekolah. Lantas yang menjadi pertanyaan bagaimana semua itu bisa terjadi, apakah pelajaran PPKN yang diajarkan disekolah hanyalah sebuat lelucon, pelajaran Agama yang diajarkan hanyalah sebuah tawa sutra, dan beberapa kegiatan ibadah yang dilakukan hanyalah sebuah simbol agar sebuat instut pendidikan bisa berdiiri kokoh.
Dalam pelajaran PPKN mengajarkan kepada kita agar saling hormat menghormat antara sesama umat manusia. Inikah bukti hormatnya seorang guru terhadap Pemerintah, dimana dengan cara melakukan kecurangan Ujian Nasional. Inikah bukti hormatnya siswa terhadap pemerintah yang menjadi wakil Allah dalam memimpin dan mengarahkan kita.
Selain itu dalam pelajaran Agama di ajarkan bagaimana seseorang harus patuh dan taat kepada seorang pemimpin yang telah Tuhan percayakan, dalam hal ini adalah Mentri Pendidikan Nasional. Kembali lagi saya bertanya, mana bukti penerapan semua itu. Sudahkah guru-guru taat dan patuh terhadap berbagai kebijakan pemerintah, yang memang kalau mau diamati sedikit melecehkan para guru. Tetapi bukankah kita masih memeluk sebuah agama, dan kita juga meyakini sebuah agama. Nah kalau demikian, tidak bisa ditawar lagi, dimana para guru dan kepala sekolah harus patuh terhadap seorang pemimpin yang telah di percayakan.
Kejujuran menjadi penentu utama saat Ujian Nasional di adakan. Kejujuran yang diharapkan disini adalah kejujuran semua elemen penyelenggara Ujian Nasional. Kepala Dinas Pendidikan di linkungan setempat harus jujur, jangan seperti peristiwa di Garut. Beberapa guru harus berkomitmen, jangan seperti ulah beberapa guru di Deli Serdang, dan semua unsur masyarakat harus mendukung terselenggarannya Ujian Nasional yang bersih.
Pada kesimpulannya, selama ini penyelenggaraan Ujian Nasional telah menjadi ajang kebobrokan setiap moral manusia. Yang paling menjadi korban adalah siswa sendiri. Walaupun kenyataannya guru yang harus berurusan dengan aparat keamanan. Pada intinya memang kebijakan yang di ambil oleh pemerintah pusat untuk menyelenggarakan Ujian Nasional ini telah dan sangat merugikan para guru.
Bagaiman tidak, masa usaha dan kerja keras yang telah mereka lakukan selama 3 Tahun masa ditentunkan hanya 3 Hari saja. Inikah tidak logis sekali. Selain itu guru yang tahu persisi kemampuan dan kelebihan yang dimiliki seorang siswa, kok masa pemerintah memberikan standar seakan-akan para guru hanya pembantu yang proaktif dalam menumbuhkembangkan siswa dalam tahap belajar mengajar. Kalau diamati memang banyak sekali persaolanya pendidikan yang tidak berpihak pada guru.
Tetapi kita harus sadari, kita hidup di suatu Negara yang ada landasan hukumnya, jadi mau tidak mau kita sebagai bawahan harus patuh terhadap setiap aturan main yang berlaku di Negeri ini. Bukan berarti para guru kasihan terhadap beberapa siswa yang dianggap tidak mampu, kemudian membantu dengan berbagai cara. Bagaimanapun kejujuran dalam dunia pendidikan harus ditanamkan sejak dini, agar kedepannya generasi penerus bangsa tidak bobrok moralnya.
Kejujuran sendiri adalah roh dari majunya pendidikan di Indonesia, bukan berarti ketika banyak siswa yang tidak lulus UN pendidikan di Indonesia telah sangat tercoreng. Tetapi kejujuran diterapkan dengan sejujur-jujurnya itulah wajah pendidikan yang sesungguhnya. Dimana dalam hal ini guru harus mengakui ketidakmampuannya dalam mengarahkan dan mendidik siswa, siswa juga harus mengakui ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran yang guru berikan.
Contohilah pendidikan di Jerman. Dimana kejujuran menjadi salah satu roh yang menumbuhkembangkan pendidikan setempat. Dimana para siswa yang kedapatan nyontek, dengan tidak tanggung-tanggun akan segera di keluarkan. Ini merupakan sebuah resiko yang mereka harus tanggung, sama halnya dengan beberapa mahasiswa yang menempuh pendidikan di sana.
Bagi siswa-siswi di Jerman, kejujuran dalam pendidikan adalah salah satu pelajaran hidup yang harus mereka tanamkan dalam kehidupan mereka sejak dini. Secara tidak langsung mereka telah sadari, bahwa dengan ketidakjujuran bukan membuat mereka berprestasi tetapi malah meruntuhkan semangat mereka. Kalaupun berprestasi dengan hasil nyontek itupun hanya hasil yang semu.
Akhir kata dalam tulisan yang singkat ini, saya mengajak siapapun yang membacanya bahwa kunci utama majunya pendidiakn di Indonesia adalah menerapkan dan menanamkan nilai kejujuran. Saat nilai kejujuran ditanamkan sejak dini, alhasi bukan tidak mungkin peningkatan mutu pendidikan di Negeri ini akan terdongkrak naik dengan secepatnya. Walaupun mendongkrak pendidikan di Negeri ini bukan semuda kita membalik telapak tangan kita.
Jangan kita ribut soal realisasi APBN yang tidak konsisten, karena ketika kita meributkannya sama saja kita sedang membunuh semangat juang kita untuk menjadi generasi yang cerdas, kreatif dan mandiri. Jangan lagi kita meributkan berbagai kebijakan yang telah nyata merugikan kita, tetapi usahalah untuk keluar dari ketidakmampuan itu untuk menunjukan kualitas kita yang sebenarnya.
Kemudian untuk para guru, jangan alasan rasa kemanusiaan menjadi tolak ukur untuk kita membantu para siswa-siswi yang tidak mampu. Ketika kita membantu dengan berbagai kecurangan yang tidak siapapun ketahui, sama saja kita telah menjadi penjahat yang membunuh semangat, moral, kreatifitas dan kemampuan dari siswa tersebut.
Penulis Adalah Siswa SMA Kristen Anak Panah
Tinggal di Asrama Pesat Nabire
Blognya dapat di kunjungi di www.pogauokto.blogspot.com
*Tulisan ini pernah meraih juara 1 lomba Mengarang Tingkat Pelajar SMA/MA dan sederajat lainnya di Se-Kabupaten Nabire.
Tuesday, April 21, 2009
Penyelenggaraan UN Berlangsung Dengan Aman
OCTHO- Penyelenggaran Ujian Nasional (UN) di SMA Kristen Anak Panah pada hari pertama berlangsung dengan aman. Hal ini di kemukakan kepala sekolah SMA Kristen Anak Panah Dra. Hanna Widja, M.A di ruang kerja, Senin, 19 April, kemarin.
Menurut Dra. Hanna Widjaya, UN ini berlangsung dengan aman, karena berkat kerja sama dari semua siswa dan para guru yang ikut bertugas menjadi pengawas UN. Lebih lanjut ibu tiga anak ini mengemukakan, bahwa masih ada 4 hari kedepan UN akan di berlangsungkan.
Karena itu, lanjutnya peran kerja sama yang baik dari para guru dan siswa masih tetap di harapkan. Jumlah siswa yang mengikuti UN di SMA Kristen Anak Panah sendiri sangat sedikit. Tidak seperti kebanyakan sekolah lain yang siswanya standar 50 siswa.
“kami memang dalam setiap tahun penerimaan siswa baru, menerima murid paling banyak 40 orang, hal ini karena ruang kelas yang tidak memadai. Dan rencananya akan menerima lagi banyak siswa, ketika bangungan yang sedang di selesaikan selesai” terang beliau.
Sembari mengakhiri obrolan, Dra. Hanna Widjaya mengemukakan bahwa harapannya dengan Ujian Nasional ini siswa-siswinya dapat lulus semua. “saya sebagai kepala sekolah, sangat berharap anak didik saya yang jumlahnya sedikit ini dapat lulus semua dengan hasil yang memuaskan” imbuhnya.
SEBELUM KITA MENGELUH...........
1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak
dapat berbicara sama sekali.
2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak
punya apapun untuk dimakan.
3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di
jalanan.
4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada
tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu, pikirkan tentang seseorang yang memohon
kepada Allah untuk diberikan teman hidup.
6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu
cepat.
7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin
mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan
tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.
9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang
menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran,
orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.
11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.
*Dikutip dari berbagai sumber.
Sunday, April 12, 2009
SAng p3juAng
Bertahun-tahun Qu berjuang
Sampai kapan penderitaan ini harus berakhir
Perjuangan Qu taNpa batas waktu
Tenaga dan pikiran Qu luangkan tanpa akhir
Setiap saat Qu hanya menanti
Suatu keajaiban, namun kapan???
Doa ku aturkan…
Puasa ku amalkan…
Dimanakah Kau TUHAN
Dimanakah keadilan itu
aQ ingin hidup bebas seperti burung Nazar
yang terbang kian – kemari
menari dialam bebas
tanpa harus membayar sewa!!!
Namun ku hargai itu perjuangan Qu
aQ harus tetap berjuang
demi mencapai kebebasan Qu
karena aQ tahu TUHAN ada disana untuk Qu
terimakasih TUHAN……….!!!!!!
By…Rossa.imo3t.
Port Numbay, 1 Maret 2009
Malaikat Untuk Moe
Yang tersirat hanyalah amarah
aQ tak tahu, maksud apa dibalik semua itu
mungkin salah atau dosa Qu
tapi aneh…
semua itu tak pernah Qu jelaskan
aQ hanya terpaku, mungkin dirinya terpanah
berharap diri Qu menjadi malaikat baginya
entahlah…
Tuhan tahu semuanya
Alam pun jadi saksi
Bahwa yang Qu inginkan
Ia hanya menjadi malaikat baginya
Yang dapat menyinari jahat dan gelapnya dunia
Termasuk dunia kita berdua
Dengan ocehan hati ini
Semoga kau paham dengan realita hidup ini
aQ akan tetap jadi malaikat untuk moe
Port Numbay, 31 maret 2009.
Thursday, April 02, 2009
Makna Penting Persidangan Bucthar Tabuni
OCTHO- Sidang kasus terdakwa Bucthar Tabuni kemarin Rabu, 01/04 diadakan di Pengadilan Negeri Abepura-Jayapura. Sidang yang berjalan agak alot, yang di perkirakan akan berlangsung jam 09.00 Wit harus molor sampai jam 10.30 wit.
Beberapa alasana sehingga siding ini begitu molor, menunggu beberapa saksi yang belum datang ke kantor pengadilan, serta menunggu bucthar sendiri yang sedang ngomong dengan sahabat-sahabatnya di kantor pengadilan.
Dalam persidangan kali ini, 4 saksi ahli harus di hadirkan. Tiga orang berprofesi sebagai Polri, dan yang satu adalah terdakwa atau teman dari bucthar tabuni, Sabby Sambom namanya.
Yang menarik dalam persidangan kali ini, dimana seorang anggota Polri saksi urut kedua menyatakan dengan jelas sebelum mengakhiri masa siding dengan tegas mengatakan bahwa bangsa dan orang siapa yang kerja tidak jujur ditanah ini akan kena kutukan.
“saya minta dengan hormat, untuk semua yang hadir dalam ruangan ini, supaya setelah pulang kerumah, tolong buka Kitab Ulangan Pasal 28. dimana dalam tulisan itu Tuhan Allah orang kristiani berbicara banyak, dan yang paling penting, mengatakan bahwa siapa manusia yang kerja tidak jujur dan main-main diatas tanah ini (red, Papua), akan kena sebuah kutuk yang tidak akan di ampuni lagi dosannya”
Pernyataaan akhir ini tentu membuat semua simpatisan dan undangan yang ada dalam ruangan bertanya banyak. Apakah tamparan ini untuk anggota Kepolisian sebagai penyidik yang telah memanipulasi BAP-nya, ataukah para kuasa hukum Bucthar yang bertanya begitu banyak terhadap dirinya.
Ketika ucapan diatas di keluarkan, terlihat dengan jelas beberapa anggota kepolisian yang menjadi penyidik dalam penyusunan BAP harus menutup rasa malu, dengan beberapa orang harus keluar dari ruangan.
Sidang yang berlangsung kira-kira 4 Jam ini harus di tunda Rabu, 15/04 April. Alasan penundaan, karena menunggu beberapa saksi alih mengajukan banding. Dalam persidangan kali, Sabby Sambom menjadi saksi ahli yang akan memberkan keterangan secara detail.
Masa Pendukung Bucthar Demo
Saat persidangan sedang berlangsung, masa pendukung Bucthar Tabuni yang datang dari berbagai elemen Masyarakat, Mahasiswa, dan Pelajar tetap meneriakan yel-yel sambil menaikan orasi politiknya di luar Kantor Pengadilan.
Dalam beberapa orasinya, masa menuntut untuk membebaskan bucthar tabuni dan sabby Sambom. “kami minta untuk pihak Polda Papua dan pengadilan membebaskan Buctar Tabuni dan Sabby Sambom. Karena mereka tidak memiliki kesalahan dan dosa. Yang harus kalian adili dan usut saat ini, adalah siapa pembunuh Theys dan Opinus tabuni” ungkap salah satu pendemo.
Selain itu masa yang di pimpin Wilem Tagi juga menuntut agar Sabby Sambom jangan di hadirkan sebagai saksi ahli, karena dia adalah temannya terdakwa. “Hukum di Negeri ini aneh, masa tersangka memberikan kesaksian buat tersangka. Seharus tidak demikian, karena status Sabby juga masih dalam penyilidikan,” sekali lagi bebaskan Bucthar Tabuni dan Sabby Sambom, teriaknya wilem tagi dengan lantang di iringi yel-yel dari semua pendukung bucthar tabuni.
Untuk mengamankan jalannya persidangan, Polresta Jayapura menurunkan satuan Dalmas yang di pimpin langsung oleh AKBP Dominggus Rumaropen. Dalam arahannya Rumaropen menghimbau kepada seluruh pendukung, agar tidak bertindak anarikis. “saya harap semua yang sedang melakukan demo hari ini tidak melakukan keributan, saling menghargai antara kepolisian dalam masa pendukung sendiri.
Sumber Gambar : www.papuapos.com
Pemilu 2009 Epenkha…..!!!!
OCTHO- Memilih tidak memilih, nasib rakyat Papua akan tetap tertindas. Pemilu yang telah di laksakan sebanyak lima kali, sejak orde lama tidak pernah mengangkat harkat, derajat, dan martabat orang asli Papua.
Orang asli Papua terlantar diatas tanah yang kaya raya. Pendatang bersuka ria dengan tidak tau malu. Semakin hari rakyat Papua terpuruk. Mama-mama harus jualan nota, pinang, sayur dls diatas tanah, bukan diatas los-los seperti orang pendatang.
Pelanggaran HAM terus-menerus terajadi. Intimidasi, terror, dan ancaman adalah kewajiban bagi orang asli Papua. Semuanya tidak lain, mengarah kepada PEMUSNAHAN ETINIS MELANESIA.
Manusia Papua di anggap sebagai binatang yang akan menggangu keenakan para MILITER. Senjata dan peluru adalah jawaban yang di berikan, apabila orang Papua melawan. RAKYAT Papua di jadikan sebagai lahan pelatihan pertahanan.
Jumlah orang asi Papua (red, MELANESIA) yang tersisa saat ini adalah berkisar 1.3,8 juta jiwa. Di perkirakan setiap hari 12 orang meninggal.
Dan angka kelahiran hampir tidak berjalan mulus, karena sakit penyakit yang di biarkan mengeliat di Papua dan lain sebagainya.
Dalam hitungan 15-20 tahun kedepan, orang Papua akan musnah diatas tanah ini. Orang Papua akan mati secara tersenyum. Orang Papua akan mati, sambil berkelana di alam bebas.
Setiap tahun pendatang masuk secara brutal. Di perkirakan, 200 orang pendatang yang masuk setiap harinya ke-Papua. Transmigrasi telah menjadi lahan untuk meng-Indonesiakan bangsa Melanesia.
Tuhan ALLAH marah kepada orang Papua, ketika tidak bertanggung jawab dengan semuanya Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Tuhan ALLAH akan menangis, ketika melihat SDA milik orang asli Papua di keruk abis untuk kepentingan Jakarta dan bangsa Melayu.
Kapan orang Papua mau bebas, kapan orang Papua mau terlepas, kapan orang Papua mau MERDEKA. Tidak ada kata lain selain LAWAN. Lawan dan lawan untuk mengakhiri segala kekecaman ini.
Mati karena lawan lebih mulia, daripada mati karena bisu. Mati karena lawan akan menjadi pahlawan, dari pada mati karena menjadi pengecut diatas tanahnya sendiri.
Bagi bapa-bapa, mama-mama, mahasiswa-mahasiswa, dan pelajar-pelajar yang merasa orang asi Papua sekali-kali jangan ikut PEMILU 2009. Karena apabila anda memilih, berarti anda menjadi manusia PAPUA yang membuat TUHAN ALLAH orang Papua menangis.
Apabila anda ikut memilih; berarti anda tidak mensyukuri rambut keriting yang Tuhan ALLAH karuniakan kepada Anda, anda tidak mensyukuir Kulit hitam yang Tuhan ALLAH tempel pada Anda, anda tidak mensyukuri tanah Papua yang kaya raya denga Emas dan permata. PEMILU; SAATNYA ORANG PAPUA TIDAK IKUT MEMILIH. PEMILU>>EPANKAH…!!!!