OCTHO- Pikir saya saat itu, apabila saya sudah bisa akses internet dari rumah sepuasnya, maka akan menunjang segala kegiataan saya, termasuk kegiatan belajar di sekolah. Namun kenyataan harus berbicara laen. Karena internet tidak menjadikan diri saya berkembang, khususnya dalam hal pelajaran sekolah.
Malahan yang mengherankan, dengan mudahnya akses internet dari rumah, membuat semangat saya untuk bersekolah semakin menurun. Prestasi-prestasi gemilang yang pernah saya torehkan di sekolah tidak kunjung tercapai lagi. Dan hal ini sekaligus, ikut melemahkan tingkat kepercayaan saya pada sekolah, kalau dapat memberikan wawasan dan pengetahuan.
Saya mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang hidup di Papua dengan serba mewah. Karena apa? Karena bisa sepuasnya maen internet seharian, hampir 24 Jam, tanpa bayar sepersenpun. Padahal harga maen di warnet, sejam saja sudah 10 ribu rupiah. Dan ini sudah hal yang sangat luar biasa. Mana ada orang di Papua yang bisa maen internet sepuasnya seperti saya.
Hal ini seharusnya memacu semangat saya untuk belajar. Namun nyatanya tidak demikian, malahan hal ini membuat saya semakin terhimpit. Dan yang tidak habis piker lagi, dengan hadirnya internet, pikiran saya semakin kerdil untuk mempelajari dan memahami pelajaran sekolah.
Facebook membuat saya tergila-gila padanya. Seharian mungkin bisa bercanda ria depan internet ditemani Facebook. Tidak salah kata beebrapa orang, Facebook telah memperbudak setiap manusia. Sadar atau tidak sadar, sekali lagi saya mau katakan, bahwa yah, memang benar, kalau Facebook telah memperbudak saya.
Selain Facebook, ada lagi yang tidak terlalu kren, namun menguras segala waktu saya di depan Internet. Yaitu; Friendster, Ngeblog dan beberapa fasilitas laennya. Seharusnya saya yang harus bisa menguasai internet, namun yang mengherankan, internet yang telah membelenggu dan menguasai saya.
Secara jujur, kadang saya tidak pernah makan seharian, hanya karena bercanda, tawa ria depan internet. Dan bagi saya, bisa merasakan kebebasan dan menerima berbagai inforamsai dari internet, sudah tentu adalah segalanya. Memang kelihatannya hal ini agak lucu, dan bisa di katakan ini hal gila. Yah, tapi itulah yang sedang saya alami sekarang.
Sungguh, saya di buat menjadi gila pada dunia teknologi. Berbagai tugas sekolah sudah tidak pernah dikerjakan. Hampir 70% tugas sekolah saya tidak tuntas. Ini sudah tentu akan membuat saya semakin susah di tahun-tahun depan ketika saya menmpuh pendidikan yang lebih tinggi (kuliah).
Apa yang harus saya perbuat, ketika saya dibuat tidak berdaya dengan segala perkembangan internet saat ini. Hampir semua guru di sekolah selalu memarahi saya. Apa sebab? Yah, karena pelajaran sekolah saya menurun drastic.
Bagi mereka, ini merupakan hal yang aneh, apabila segala pelajaran sekolah saya, dan prestasi-prestasi gemilang yang pernah saya torehkan, baik dalam linkungan sekolah, maupun lingkungan luar sekolah tidak tercapai lagi. Di luar dugaan ternyata, banyak dari mereka yang sangat mengharapkan saya untuk menjadi orang yang berkembang. Khususnya dalam lingkup pelajaran sekolah.
Terlambat sekolah hal yang sangat lumrah atau biasa bagi saya. Padahal tau nggak? Jarak sekolah dengan asrama saya hanya 20 meter. Ini sudah di luar kesadaran, apabila masih bisa terlambat. Yah, tapi itulah kenyataan yang terjadi. Internet membuat saya malas belajar di sekolah.
Kosentrasi tidak pernah terarah pada guru yang sedang membawahkan pelajaran. Hanya membayangkan internet dan Facebook yang akan menjadi sahabat saya kala nanti saya pulang sekolah. Selain itu membayangkan Informasi baru apa yang akan saya dapatkan di dunia internet.
Pertanyaan saat ini, apakah saya harus berhenti main internet. Apakah saya harus melenyapkan internet dari mata saya. Apakah saya harus buang laptop saya yang agak kusam, karena kecintaan saya pada dunia pendidikan yang akan mengarahkan dan menentukan saya apa jadinya saya di masa depan. Harus ada solusi yang di ambil.
Sudah tentu tidak mungkin saya harus pisah dari internet. Karena apa sebab, internet juga telah membantu saya banyak hal. Terutama dalam dunia infomrasi dan pengetahuan yang saya dapatkan setiap detik, setiap waktu. Dan sudah tentu ini akan menjadikan saya orang yang sedikit jenius.
Apa yang harus saya lakuka? Saya masih bingung. Hal ini harus terjawab. Karena dalam waktu dekat saya akan hadapi ulangan semester. Dan kalau tidak selesaikan segala tugas saya sebelum ulangan, bukan tidak mungkin akan membuat saya semakin sudah menghadapi ulangan nanti.
Mungkin ada yang bisa memberi masukan terkati hal ini.. karena saya butuh siapapun yang bisa memberikan masukan dan pendapat, untuk membuat saya tidak menjadi korban dari internet. Seharusnya internet yang menjadi korban dari saya. Kalau ada tanggapan terkati hal ini, sangat diharapkan untuk membantu saya. Salah, Tuhan Yesus Memberkati.
Friday, May 29, 2009
Saya Bingung Dengan Ini???
Sunday, May 24, 2009
Masyarakat Enam Distrik Menunggu Janji KPUD Kabupaten Paniai
OCTHO- Kami atas nama masyarakat enam distrik (Biandoga, Sugapa, Homeo, Agisiga, Wandai dan Hitadipa) meminta dengan sangat-sangat hormat kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Paniai untuk berdiri independent dan jujur dalam penetapan wakil rakyat yang akan duduk di kursi Legislatif (red, DPRD) pada periode 2009-2014 nanti di Kabupaten Paniai.
Karena apa dan bagaimana jadinya Kabupaten Paniai di masa mendatang, ditentukan oleh wakil rakyat dalam hal ini mereka yang telah dipilih masyarakat pada pesta demokrasi 9 April 2009 lalu. Kami tidak ingin, Kabupaten Paniai tertinggal jauh dari Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Papua, dan sudah tentu ini akan merugikan masyarakat di Kabupaten Pania sendiri.
Hal ini di kemukakan Linus Bagau, Tokoh Intelektual masyarakat Moni, Nduga dan Dani yang ada di enam distrik, Wilayah Timur Kabupaten Paniai, ketika di temui blog site ini, di seputaran Pasar Sore Siriwini, Minggu (24/05.
Kami mengklaim KPUD Kabupaten Paniai tidak bekerja dengan jujur, karena beberapa pengamatan kami seputar Pemilihan Umum (Pemilu) 9 April lalu yang di nilai cacat hukum dan moral. Masih sangat banyak kecurangan yang terjadi, dan hal ini sekaligus merugikan masyarakat di enam distrik daerah wilayah timur Kabupaten Paniai. Dan yang membingungkan kami, tidak ada tindak lanjut dari pada beberapa kecurangan itu.
“sebenarnya mereka yang duduk di KPUD Kabupaten Paniai telah bekerja sedikit baik, namun beberapa kepentingan dari beberapa orang luar yang berambisi tinggi, kadang membuat mereka tergiur, sehingga janji-janji muluk untuk bekerja sungguh-sungguh kepada masyarakat di abaikain. Inikan aneh,” terang Linus.
Lebih lanjut Linus menambahkan, bahwa KPUD Kabupaten Paniai melalui ketua Pokja pada saat itu telah janji kepada masyarakat yang tergabung di enam distrik untuk mengakat sedikitnya delapan orang untuk duduk di legisltif pada periode 2009-2014 mendatang.
“saat Ketua Pokja Kabupaten Paniai, Wenslaus Songgonau hadir di Distrik Sugapa (sekarang Kabupaten Intan Jaya) saat acara peresmian Kabupaten ini, pernah berjanji banyak tentang keseriusannya untuk memperjuangkan masyarakat enam distrik di Wilayah Kabupaten Paniai”.
Ketua Pokja pada saat itu, janji-janji begitu banyak kepada masyarakat, bahwa dirinya dengan sungguh-sungguh akan memperjuangkan masyarakat setempat. Namun nampakanya tidak mengarah kesana, kami bingung, ini hanya mencari sensasi, atau mencari nama baik. Karena yang saat ini masyarakat tungguh, realisasi dari janji-janji yang pernah di paparkannya kepada masyakat”, urai linus.
Masyarkat enam distrik yang telah di sebutkan diatas sangat kecewa dengan semua ini, namun mereka masih menunggu, karena penetapan wakil rakyat yang duduk di legislatfi sendiri sedianya nanti tanggal 26 Mei 2009 baru di umumkan. Yang masyarakat harapkan saat ini tidak lain, yaitu realiasasi dari janji-janji yang pernah di paparkan.
Selain itu, Linus Sendiri sebagai generasi muda dari masyarakat enam distrik mengatakan, bahwa jangan sampai menimbulkan konflik yang berkepanjangan. “yang kami takutkan, ketika janji-janji itu tidak ditepati, jangan sampai mengundang konflik, yang berujung pada korban nyawa antara masyarak sendiri. Karena ini menyangkut masa depan, maka karena itu tidak ada tindakan lain, selain realisasi dari janji itu”, papar bagau.
Lebih lanjut, Bagau mengkupkan bahwa akibat dari persoalan ini maka masyarakat dan Kabupaten Paniai sendiri yang akan di rugikan. Seharusnya kita bercermin dari beberapa persoalan yang pernah terjadi, dan tidak membuatnya lagi, agar hal-hal yang tidak di inginkan bisa terjadi.
Sekarang yang jadi pertanyaan, ketika janji kepada masyarakat itu tidak di tepati, dan menimbulkan sebuah konfilk horizontal antara masyarat sendiri, siapa yang mau bertanggung jawab? ini sebuah pertanyaan yang sempat ditanyakan oleh masyarakat oleh masyarakat di enam distrik. Sudah tentu, dalam hal ini KPUD Kabupaten Paniai, terlebih khusus yang pergi bual-bual janji kepada masyarakat harus bertanggung jawab.
Pemahaman masyarakat awam yang hidup di kampung-kampung, dan beberap kaum intelek yang hidup di kota sangat berbeda, oleh karena itu hal ini perlu menjadi pertimbagan yang serius, karena kalau tidak, konfilk atau perang suku tentunya akan terjadi. Dan sudah tentu, hal ini tidak di inginkan oleh semua kita.
Sembagai mengakhir obrolannya, linus bagau menambahkan bahwa saat ini masyarakat hanya menungguh angin segar yang dapat merubah paradigma masyarakat awam, bahwa mereka tidak diabaikan dan ditinggalkan. Karena berbicara mengenai janji, berarti berbicara juga mengenai kepercayaan yang diberikan masyarakat, apabila hal ini tidak di indahkan, jangan harap masyarakat mempercayai KPUD Kabupaten Pania sebagai pengambil kebijakan.
“beranikah KPUD Kabupaten Paniai ambil langkah tegas untuk menindaklanjuti hal ini? Kita tunggu saja, apa langkah yang akan di ambil untuk meyakinkan masyarakat di enam distrik, bahwa mereka tidak di abaikan dan di lupakan” terang linus sembari mengakhir obrolan ini. (pogau)
Berita ini telah di muat di Harian Papua Post Nabire.
Sumber Gambar :http://www.kpu-jateng.go.id/PILKADA/logo%20KPU.png
Pembagian Dana BLM di Distrik Sugapa Aman
OCTHO- Pembagian Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang di peruntukan untuk masyarakat kampung, harus sampai kepada mereka, jangan ditahan lagi oleh pihak-pihak yang ingin dengan dana tersebut. Hal ini di kemukakan Linus Bagau, satu-satunya pendamping distrik yang ditugaskan Pemerintah Provinsi untuk mengantarkan dana-dana ini ke 11 kampung di distrik Sugapa kepada blog site ini, Minggu, (24/05).
“walaupun dalam beberapa kesempatan saat saya membagikan dana ini, saya harus diperhadapkan dengan situasi yang tidak bersahabat, seperti ancaman dari bebeberapa pihak yang sangat menginginkan dana ini, namun sampai saat ini pembagian dana ini tetap lancer dan aman”, urainya.
Dalam setiap kesemapatan, ketika bertemu dengan kepala distrik, Danramil, bahkan sampai staf distrik saya selalu berterus terang pada mereka, bahwa dana yang sedang saya bawah ini bukan untuk mereka, namun untuk masyarakat. Sehingga tidak ada seseorang-pun yang boleh mengintervensi saya untuk menghalangi sehingga saya tidak bagi masyarakat..
Beberapa saat lalu memang ada sebuah peristiwa yang mengecawakan, papar bagau lebih lanjut, dimana saya dihadang oleh kepala distrik dan beberapa stafnya dimana meminta dana bagian mereka. Padahal mereka tidak memiliki hak untuk menikmati dana ini. Tapi syukurnya, saya telah jelaskan pada mereka semua tentang dana ini, sehingga mereka sudah menerima semua penjelasan saya dengan lapang dada.
Ini juga menjadi pelajaran penting buat kepala-kepala distrik di seluruh tanah Papua, agar bisa bedakan mana dana yang diperuntukan untuk masyarakat, dan mana yang di peruntukan buat mereka pribadi. Karena kalau terjadi kesalah pahaman seperti, maka kita sendiri yang akan dirugikan.
“saya sangat senang, karena saya berani mengambil keputusan-keputusan yang memihak kepada masyarakat kecil, sehingga mereka sangat senang dengan saya, dan mereka masih tetap percayakan saya untuk mengantar dana-dana yang diperuntukan dari Porvinsi untuk mereka pada periode mendatang,” tandas lelaki suku moni ini. (pogau)
Berita ini telah di Muat di Harian Papua Post Nabire.
Wednesday, May 20, 2009
Mentalitas Bobrok, Banyak Yudas Bermunculan Menghambat Perjuangan PB
OCTHO- Papua Merdeka itu sudah harga mati. Tapi saat ini yang harus dipikirkan bagaimana cara yang orang Papua harus tempuh untuk sampai ke sana. Karena cara-cara inilah yang akan menentukan berhasil dan tidaknya orang Papua dalam mencapai sebuah kebebasan (freedom).
Banyak cara telah dilakukan orang Papua untuk mencapai hal itu. Yang di luar negeri berjuang untuk mendapat dukungan dengan cara berdiplomasi. Yang dalam negeri tetap menunjukan ketidakpuasaannya ikut dengan Negara Indonesia dengan berbagai tindakan nyata yang diambil, walau kadang kala berujung pada korban nyawa.
Yang semua itu kalau mau dikaji secara mendalam, nampaknya akan memberikan sebuah harapan untuk mencapai sebuah kebebasan. Kerja sama, komitmen yang solid, dan saling bahu membahu antara seluruh orang Papua, terutama aktivis Papua Barat adalah kunci utama untuk mencapinya. Ini awal dari pada sebuah kesusksesan yang sedang digapai.
Meminjam pepatah orang Indonesia yang mengatakan bahwa “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Yah, memang harus demikian. Harus ada persatuan dan kesatuan dari seluruh orang Papua, terutama aktivis yang sedang terlibat langsung untuk mewujudkan hal besar yang sedang digapai.
Nampaknya dalam proses ini ada banyak hal yang mengganjal. Satu diantaranya MENTALITAS yang bobrok alias belum terbangun. Mentalitas yang bobrok ini muncul saat pencatian jati diri yang berlebihan, emosioanal disertai tindakan yang tidak labil dan masih banyal lagi.
Banyak sejarah dunia mencatat, bahwa kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Malahan menimbulkan persoalan baru, yang kadang berujung pada perkelahian, bahkan bukan tidak mungkin sampai pada perpecahan.
Nelson Mandela membuktikan itu, walaupun prosesinya sangat lama. Bahkan dirinya harus mendekam di dalam bui puluhan tahun, hanya karena berjuang mendepankan jalan damai alis anti dengan kekerasan. Hal ini di lakukan oleh mereka, karena ada target yang ingin di capai.
Mahatma Gandhi juga membuktikan hal yang sama. Jalan suci, adalah istilah yang dipakai untuk berjuang. Aksi damai menantang rezim Inggris yang sungguh ganas bukanlah hal mudah. Tetapi Gandhi membuktikan dengan pengendalian emosional yang sungguh baik. Akhirnya India bebas, walau banyak polemic berkepanjangan yang muncul.
Bahwa pembentukan mental sesame pejuang yang baik, adalah jalan untuk mencapai sebuah kebebasan. Mental yang terbentuk dengan baik, akan berdampak pada tindakan dan kerja sama yang baik.
Dalam konteks ini, Papua Barat pun demikian. Terutama kekerasan yang tumbuh di antara sesame pejuang Papua Barat yang menimbulkan perpecahan. Kita mungkin telah tahu sendiri, kalau bangsa ini (red, Indonesia) adalah bangsa yang sungguh ganas.
Keganasan ini menimbulkan kita orang Papua dibuat bungkam dan tak berdaya. Philip Karma, Yusak Pakage, Buchtar Tabuni, Sabby Sambom dan beberapa pejuang lainnnya adalah bukti ganas dan jahatnya bangsa ini. Tetapi patut di syukuri, mereka ingin tetap menunjukan, ini adalah sebuah proses yang sedang kita orang Papua tempuh.
Ada beberapa orang yang mengklaim, kalau Tuan Nikolas Jouwe kecewa dengan perjuangan rakyat Papua Barat yang tidak kurun membuahkan hasil. Ada pula yang mengklaim, kalau beliau ingin menikmati masa tuanya dengan menikmati segala kemewaan, termasuk uang hasil kerja samanya untuk berdialog dengan Negara Indonesia tentang nasib bangsa Papua dalam bingkai Otonomi Khusus (Otsus).
Apa benar demikian? Padahal, beberapa saat lalu sebelum kedatangannya ke Indonesia beliau dianggap sebagai bapak orang Papua. Saya bisa klaim, kalau ini mentalitas yang tidak baik. Mentalitas ala jawa, mentalitas mementingkan perut. Yah, ini memang tindakan biadab. Tindakan tidak manusiawi. Entahlah, bubur tidak mungkin lagi di jadikan nasi!
Masih banyak lagi persoalan yang tercipta, gara-gara mentalitas orang Papua Barat, terlebih khusus aktivis Papua Barat yang tidak begitu baik. Kecewa dengan tindakan dan keputusan yang diambil dalam menentukan arah pergerakan, maka banyak pejuang akan berbalik arah alias putar setir.
Banyak aktivisi Papua Barat berkotek sana-sini, padahal dorang sedang kerja sama dengan BIN. Ini realitas yang sedang terjadi di tubuh perjuangan Papua Barat. Bisa di lihat orang-orang seperti ini. Hanya tahu bicara banyak, buat kosentrasi teman-teman pejuang yang lain buyar hanya gara-gara topic tidak terarah yang dibangunnya. Yang berjung pada menjadikan teman-teman lain korban.
Di Jayapura sendiri, telah banyak aktivis Papua Barat yang kerja sama dengan BIN. Sekali lagi ini sebuah realitas yang sedang terjadi di lapangan. Saat saya di Jayapura saya heran sekali. Benar atau tidak, tapi ada teman yang mengatakan kalau harus berhati-hati ketika berpergian ke asrama-asrama mahasiswa yang ada, terutama asrama Tuhar.
“kalau ke Asrama Tuhar, ko ingat jangan bicara macam-macam di sana. Karena saat ini, sudah ada hampir empat orang penghuni asrama disitu yang telah di beli oleh BIN untuk kerja sama dengan dorang” ujar teman saya. Jujur saya terkejut sekali dengan omongan teman ini. Itu sebuah realita.
Yang lebih sadis lagi, nyata-nyata telah ada mahasiswa Papua yang dulunya berteriak sana-sini untuk pembebasan Papua, namun telah berbalik arah dan bahkan dia ada dalam bagin penting dari pergerakan BIN. Saya kasih contoh di Nabire, saat aksi sambut ILWP tanggal 6 lalu, ada beberapa teman-teman yang ditangkap. Diantaranya ada seorang siswa SMA.
Karena berbagai pertimbangan, siswa ini di lepaskan oleh kepolisian dengan syarat harus melapor setiap minggu. Saya bertemu dengan siswa ini, kemudian saya bertanya banyak dengannya tentang suasana sahabat-sahabat serta keputusan polisi dorang di penjara.
Saya terkejut dengan penguraian singkatnya. Ini semua ulah mental yang bobrok. “sungguh mati, ternyata yang jadi intel itu kita pu orang-orang Papua banyak sekali, bahkan ada beberapa juga yang pernah bersekolah di luar Papua sana. Bahkan saya diancam oleh mereka untuk cerita dan melindungi teman-teman yang mereka kenal” saya sedikit bingung apa maksudnya.
Ternyata beberapa mahasiswa yang jadi intel ini telah tahu, siapa-siapa aktivisi Papua Barat yang selalu bersuara di Nabire. Trus siswa ini lanjut lagi ucapannya lagi, kalau di sempat diancam oleh mahasiswa ini dengan geramnya. Dan kata mahasiwa itu begini.
“bilang sama-sama anak-anak aktvis Papua Barat yang selalu berkotek sana-sini tentang kemerdekaan Papua Barat. Kalau tidak ingin masa depan suram, stop bicara banyak. Karena saat ini, yang kalian lawan adalah Negara, bukan lawan kami perseorang”. Ini kutipan kata mahasiswa yang jadi intel dan sedang ada di penjara yang di sampaikan ke siswa ini.
Karena penasaran, siswa ini ingin menanyakan namanya. “kalau boleh tau, kak nama siapa, biar saya kase tau teman-teman kalau kakak ada pesan begitu”. Namun hal ini di bantahnya, sambil berkata, “bilang saja ke mereka bentuk postur tubuh saya, dulu saya yang biasa pimpin demo di jawa sana, adik koe kase tau dorang, pasti dorang tau kok,”
Diskusi sama beberapa teman-teman, ternyata memang benar. Teman yang jadi orang penting dalam tubuh Intel ini kecewa dengan perjuangan rakyat Papua Barat. Kecewa diserta dengan kepentingan, telah membuahkan penghiantaan yang besar bagi rakyat Papua Barat .
Tuhan orang Papua adalah Tuhan yang berkuasa, Tuhan yang maha tahu, bahkan dia Tuhan yang maha adil, walau kadang kala keadilan tidak pernah berpihak pada semua kita. Hanya Tuhan yang akan membalas perbuatan hina dan keji para yudas-yudas dari perjuangan Papua Barat. Tidak tahu, mungkin Tuhan menciptkan dan menetapkan mereka untuk nanti suatu saat bersama-sama dengan iblis di neraka.
Apa yang di tabor, itu pula yang akan di tuai. Mereka mengorbankan sesame dengan iming-iming kekayaan dunia yang sifatnya semua, maka mereka juga telah mengorbankan dirinya untuk menjadi ahli waris neraka. Untuk segala sesuatu ada waktu. Kini saat mereka mengorbankan sesama mereka, suatu saat mereka juga akan menjadi korban dari sebuah permainan itu.
Kita tetap kompak, sehati, sepikir dan sekata untuk mewujudkan Papua Barat yang bebas dari segala penjajahan. Karena ini merupakan hak dan kodrta kita sebagai manusia Papua dan ber-ras Melanesia. Salam perjuangan, Kita harus mengakhir. Kalau bukan sekarang, kapan lagi, kalau bukan kita, siapa lagi. Maju dan maju, pantang nyerah.
Tulisan ini hanya sebuah catatan di tengah bisingnya dunia.
Sumber Gambar :www.fpcn-global.org
Tuesday, May 19, 2009
"Pantat Bangsaku" Anehnya, Negeri Ini
OCTHO-Dalam sebuah buku yang di tulis Islah Gusmain, dengan judul "Pantat Bangsaku" banyak dibeberkan tentang kekejaman presiden Soeharto, dimana sempat menarik beberapa buku yang dikatakan mengancam posisinya sebagai presiden pada era itu.
sehingga pada era itu, tidak ada satupun media di Indonesia yang leluasa bergerak. Jakob Oetama, Goenawan Mohamad adalah beberapa orang yang selalu berurusan dengan beberapa petinggi negara karena urusan media.
Memang pada masa itu bisa dikatakan sebagai masa suramnya pers. dimana terjadi berbagai orasi yang menantang kebisuan pers. Tiba saatnya pers bernafas lega, ketika soharto jatuh dari kursi kekuasaannya. Hingga kini bisa kita lihat banyak kalangan menerbitkan buku dengan sesuka dan semaunya.
Tapi yang lagi-lagi membingungkan penulis adalah, larangan terbit bukunya saudara Sendius Wonda beberapa saat lalu. Ini menjadi pertanyaan yang membingunkan banyak pihak dan kalangan. Ada apa dengan buku tersebut?
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Sesuai dengan amanat pancasila yang menjadi dasar adanya negara Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa siapapun dia tidak pandang berkulit hitam atau berkulit putih boleh berargumentasi dan berpikir untuk kemanjuan daerah Indonesia yang kita cintai dan banggakan bersama ini. Dengan amanat tersebut banyak orang mulai berkarir dan berkarya untuk kemajuan negara ini. Adanya usaha mereka maka tidak heran saat ini Indonesia jauh lebih maju dibandingkan dengan 7-8 tahun lalu.
Semua karya-karya hebat yang dihasilkan tidak hanya dari satu bidang saja tetapi mencangkup semua bidang seperti bidang pendidikan yang beberapa tahun lalu Yudistira Virgus dan kawan-kawannya berhasil menyabet beberapa emas dan medali di China dalam ajang Oleimpiade Fisika Internasional. Kemudian bidang kebudayaan keberhasilan tim Pasparawi dari Kabupaten Nabire mewakili Papua ke Jawa yang sekaligus rencana akan berangkat ke luar negeri tepatnya di Austria yang sekaligus memajukan nama Indonesia terlebih khusus Papua dibidang kebudayaan yang telah lama tengelam dan terkubur.
Semua gelar dan prestasi yang dihasilkan tersebut tanpa usaha, kerja keras dan semangat juang tidak akan tercapai, tetapi ketiga hal tadi mendasarinya sehingga keberhasilan bisa mereka peroleh. Seperti Yudistira Virgus dan kawan-kawannya harus belajar sungguh-sungguh dan giat tanpa kenal lelah dibawah pimpinan Pak Yohanes Surya sehingga bisa berhasil dan meraih penghargan ditingkat Dunia. Sama halnya dengan tim Pasparawi dari Kabupaten Nabire apabila mreka tidak latihan sungguh-sungguh maka harapan dan impian mereka menjadi juara untuk mewakili daerah Papua akan gagal total.
Dengan melihat berbagai hal luar biasa dan ajaib yang diraih tidak heran banyak orang berusaha dengan sungguh-sungguh dan giat untuk menghasilkan hal-hal baru. Berlandaskan kepada ingin maju dan tidak mau tertinggal dari daerah lain membuat banyak anak-anak Papua berusaha untuk menghasilkan sesuatu hal-hal yang baru hal ini terlihat dari bagaimana kehebatan dan kelebihan yang dimilki oleh seorang putra daerah Papua dalam bidang karya tulis menulis.
Beliau adalah Sendius Wonda, keberhasilan dalam menulis buku yang berjudul “Tengelamnya Rumpun Melanesia, pertaruhan politik NKRI di Papua. Setelah empat bulan lalu buku telah disebarluasakan yang berjumlah kira-kira 1000 buah buku. Setelah terbitnya buku tersebut banyak tanggapan yang berisi pujian datang kepada Sendius Wonda karena keberhasilan mengungkap realita di balik semua fakta yang terjadi di Papua.
Namun beberapa saat lalu seluruh masyarakat, mahasiswa-mahasiswi dan pelajar-pelajar yang ada di seluruh Papua digemparkan dengan pelarangan peredaraan buku tersebut. Melihat hal seperti ini semua kalangan pasti bertanya-tanya ada apa dibalik pelarangan peredaraan buku tersebut. Ditariknya peredaraan buku tersebut mendapat banyak kritikan dan hujatan amarah yang datangnya dari berbagai pihak yang sangat menyayangkan ide, argument, dan pendapat tersebut sangat tidak dihargai dan dan seolah-olah disepelahkan oleh mereka.
Banyak alasan yang mendasari ditarikanya peredaraan buku karya Sendius Wonda. Diantaranya karena bukunya terlalu membuka kartu dan kedok kejahatan yang selama ini terjadi di bumi Papua, selain itu juga banyak mengukap kasus pengiriman para Pekerja Sexs Komersial selain itu juga mengukap fakta dan realita pelanggaran HAM yang selama ini membabi buta di bumi Papua. Buku Tengelamnya Rumpun Melanesia tersebut yang ditulis berjumlah 247 halaman. Buku tersebut juga sekaligus menyuarakan kaum tak bersuara yang selalu menjerit dan menangis ditanah kelahirannya sendiri yaitu tanah Papua.
Selain alasan diatas ada juga yang beralasan dengan adanya buku ini maka semangat nasionalisme orang Papua terutama para generasi muda Papua akan terbakar dan kalau sudah terbakar kedepan sangat susah dikendalikan lagi sehingga harus dihentikan agar semangatnya tidak terbakar. Sebenarnya alasan ini tidak dikemukakan oleh mereka tapi melihat cara-cara seperti ini bisa disimpulkan mereka takut kalau semangat nasionalsime dari para pemuda Papua terbakar. Karena mereka sendiri tahu bahwa Otonomi Khusus telah diberikan sejak 7 tahun lalu namun belum menghasilkan apa-apa dengan demikian jalan keluar yang terakhir adalah meminta untuk bebas.
Kita tidak perlu beralasan dan mengomentari semua itu kalau kenyataannya betul-betul telah terjadi dan sedang mau berkembang. Apabila memang semua itu betul-betul terjadi dan kalian sengaja mengalihkannya dengan menghentikan peredaran buku ini berati kalian memikul rasa malu yang berlipat ganda. Karena kalian telah melakukannya kemudian kalian melarangnya untuk diketahui oleh kalangan umum. Kalau saya jadi seperti kalian malu bukan?
Melihat berbagai alasan yang tidak masuk akal sehingga ditariknya peredaraan buku hasil karya Sendius Wonda mengigatkan kita kepada rezim saat Presiden Soeharto berkuasa banyak buku yang ditarik peredaraan dengan alasan terlalu mengkecam masa kepemimpinannya.
Saat buku-buku tersebut ditarik peredaraannya banyak orang memberi tanggapan bahwa kalau saja ingin untuk menanggapinya tidak usah ditarik peredaran buku tersebut tetapi kalian para pelarang peredaran buku buat sebuah buku sebuah refrensi untuk membantah ketidakbenaran itu dengan demikian disitu terlihat kejantanan kalian, aman bukan?
Kalau begitu tidak salah kalau saya mewakii para pelajar yang masih duduk dibangku pendidikan Sekolah Menengah Atas ingin mengatakan seandainya kalau tidak terima dengan perlakukan kata-kata dalam bentuk buku yang ditulis oleh Sendius Wonda buat saja sebuah buku yang menyikapi bohong atau benarnya berbagai peristiwa dan kejadian yang diungkapkan dalam buku tersebut. Dengan keberanian kalian menulis buku juga menandakan kalian bertanggung jawab terhadap berbagai peristiwa mengenaskan yang pernah kalian lakukan di Papua.
Mengapa bisa saya mengatkannya demikian supaya kalian juga bisa rasakan bagaimana suka dan dukanya menulis sebuah buku apalagi yang tebalnya 247 halaman lebih. Perlu diketahui didunia ini banyak pengkritik dan pembicara tetapi tidak semua orang bisa menuangkan dalam sebuah bentuk tulisan yang efektif.
Orang yang menulis layaknya sama dengan orang seni sebagaimana harus banyak bernalar dan yang tentunya harus giat membaca, mencari info maupun bergaul dengan banyak orang yang semuanya dijadikan bahan refrensi untuk menulis. Tetapi lain halnya dengan orang pengkrtik dan pembicara mereka tidak mendalami dan menyikapi suatu peristiwa secara detail tetapi mereka mengkritik dan menghasutnya yang semuanya akan balik membunuh mereka sendiri.
Dengan melihat gencar-gencarnya ancaman yang diberikan kepada Sendius Wonda akibat adanya peredaraan buku tersebut menyadarkan kita perlukah kita kembali ke Orde Baru Rezim Presiden Soeharto. Padahal zaman ini saat di zaman reformasi zaman yang memberikan kebebasan untuk berpikir, berargumen, maupun zaman untuk berkumpul sekaligus berserikat. Kalau masih saja ada pelarangan peredaraan buku berarti Pancasila dan Undang-Undang Dasar yang menjadi pedoman untuk berkembangnya setiap pribadi manusia berarti omong kosong dan tidak benar berarti perlu untuk dikaji ulang pembuatannya.
Melihat larangan peredaraan buku yang dibuat oleh Sendius Wonda berarti sama saja telah membunuh sekian banyak generasi Papua. Hal in dikatakan sebagaimana karena sekian banyak generasi Papua yang ada belum tahu sejarah Papua dan omong kosong yang selama ini dibuat dibumi Papua oleh para pendatang yaitu mereka orang Indonesia. Selain membunuh generasi Papua pelarangan peredaraan buku juga telah membunuh bakat dan talenta yang dimiliki oleh generasi mudah yang ada di Papua.
Sebagaimana hal ini bisa dikatakan karena bisa kita lihat banyaknya buku yang dihasilkan oleh putra-putri Papua seperti Yakobus Dumupa, M. Ramandey, J.R. Djopari, DR. Benny Giay dan masih banyak lagi. Yang semua hasil karya mereka luar biasa dan tidak kalah hebatnya dengan penulis hebat dari luar.
Menyikapi pelarangan peredaraan buku karya Sendius Wonda tersebut membuat pikiran dan wawasan kita kalau mereka tidak suka kita putra daerah Papua menerbitkan buku yang mengancam keenakan dan kemewaan mereka ditanah kita. Oleh sebab itu salah satu cara yang mereka pakai adalah melarang penerbitan berbagai buku yang berbau memacu semangat nasionalisme para pemuda-pemudi Papua.
Kita juga akan bertanya kenapa buku milik putra daerah yang lainnya diterima peredaraanya sedangkan buku milki Sendius Wonda tidak diterima peredaraannya. Hal ini dengan tegas saya akan menjawab karena mereka tidak ingin diusir dari tanah Papua. Siapapun tidak bisa membantah kalau saya ingin mengatakan bahwa tanah Papua telah memberi makan kepada jutaan penduudk di Indonesia.
Hal ini terlihat dari perkataan kotor yang pernah dikeluarkan dari mulut Ali Mustopa salah seorang yang dianggap sebagai tangan kanan Presiden Soeharto dalam bukunya Yakobus Dumupa yang berjudul “Memburu Keadilan di Papua” yang mengatakan bahwa “kami (orang Indonesia) sama sekali tidak membutuhkan kalian orang Papua, yang kami butuhkan adalah tanah kalian, jadi kalau kalian ingin minta merdeka pergi saja mengemis di bulan atau mengemis di Amerika untuk minta Pulau Honolulu untuk kalian tinggal” kotor bukan perkataanya?
Oleh sebab itu kita orang Papua jangan kaget kalau banyak masuknya arus transmigrasi yang gila-gilaan, pembelian tanah dimana-mana dengan pemaksaan, banyaknya pengusaha kecil-kecilan yang gila-gilaaan untuk berdagang. Semua itu berlandaskan kepada keinginan mereka untuk menguasai tanah kita tanah Papua yang kaya akan emas dan permata. Nah kalau mereka telah menguasai seluruh sektor yang ada di Papua kemana lagi kita penduduk pribumi akan mengadu dan tinggal.
Kita selalu mengadu hal itu ke para penjabat tetapi mereka selalu mengatakan bahwa cara pandang kalian orang Papua terhadap diri kalianlah yang salah. Hal ini pernah dikemukakan oleh salah satu Kepala Bagian di Kabupaten Nabire ketika berlangsung diskusi dan seminar anak pegunungan tengah tahun lalu di gereja Efrata Karang Tumaritis.
Dengan tidak adanya tempat mengadu itulah yang membuat kita mau mengadunya dengan menulis, baik dalam bentuk buku, artikel, opini, dan lain sebagainya yang intinya agar apapun emosi, dendam, amarah, kasih sayang, maupun hujatan yang kita berikan kepada siapapun bisa kita keluarkan dan limpahkan. Tetapi kalau ada larangan begini kemana lagi kita mau melimpahkan semua itu. Kalau saja kita tidak limpahkan semua itu kita akan mati terbunuh dengan banyaknya dendam maupun amarah yanga ada tersimpan dalam diri kita.
Inti dari semua yang dituliskan dalam artikel singkat ini adalah tolong hargai dan hormati setiap hak kami. Cukup lama kalian para pendatang merampas dan membelenggu kami para putra daerah untuk bersuara. Kalian selalu menutup mulut kami secara paksa sehingga banyak korban saat ini berjatuhan, dan kamipun yang memiliki hubungan keluarga dengan mereka tidak tahu ke arah mana mereka pergi. Selain itu kami juga minta supaya hargai hak ulayat kami sebagai pemilki tanah di Papua.
Selain itu kami juga minta supaya kalian para pendatang syukurilah dengan semua jabatan dan kedudukan yang kalian jabati, karena sebagaimana kalian harus tau ditanah kalian di Jawa sana kami orang Papua sama sekali tidak pernah ngemis apalagi berjuang mati-matian untuk memangku jabatan. Kepala lurah saja didaerah kalian mana ada orang Papua yang yang pernah jabat. Semua itu kami orang Papua lakukan karena kami mengerti dan tahu diri di Posisi mana kamai berada.
Kami bukanlah orang yang jalan menjual hargai diri demi kedudukan dan jabatan. Kalian para pendatang perlu pikir jabatan apalagai yang kurang semuanya telah kalian jabati. Apakah kalian ingin menguasai tanah Papua sebagai tanah Indonesia lagi, saya katakan jangan salah Tuhan tidak pernah mengaruniakan tanah Papua untuk Orang berambut lurus seperti kalian.
Bukti besar kalian (para pendatang) menghormati dan menghargai sang pencipta adalah kalian mengharagai dan menghormati kami orang Papua yang selalu dianggap tertinggal dan terbelakang oleh mereka saudara-saudara kalian yang hidup diluar Papua. Demikian suara kecil dari kami yang bisa kami suarakan Tuhan Yesus Memberkati para pembaca sekalian.****
Tulisan ini pernah di muat di web www.voicepapua.com, n tulisan lama yang ingin untuk di publikasikan.
Sumber Gambar: www.riselam.blogspot.com
Kapan Koruptor di Papua Akan di Tangkap?
OCTHO- Korupsi di Papua merajalela bak jamur yang tumbuh subur. Padahal korupsi sangat identik dengan tindakan pembunuhan. Tak tahu, apakah mereka sadari kalau tindakan ini berdosa apa tidak?
Pengentasan angka kemiskinan tidak pernah menurun. 89% rakyat Papua yang hidup dalam kemiskinanpun tidak pernah berubah nasibnya, malahan keberlangsungan hidup mereka semakin memprihatinkan.(Barnabas Suebu;2007)
Analisis yang di lakukan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menempatkan birokrasi sebagai ladang paling ampuh untuk para koruptor bernafas lega. Memalukan, satu kata yang pantas untuk mereka.
Koruptor tetap bernafas lega, ketika melihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak pernah menyentuh keenakan mereka. Bagi mereka, KPK hanyalah boneka untuk menakut-nakuti mereka. Aneh, kegiatan mereka tetap diberlangsungkan.
Selain penyakit mematikan HIV/AIDS, penyakit mematikan berikutnya yang sedang merajalela di Papua adalah Korupsi, maka karena itu, kepedulian semua komponen masyarakat untuk memerangi ini sangat di butuhkan. Hal ini kita lakukan agar Papua tetap aman dari segala ancaman.(Papua Post Nabire, 5/3)
Bagi sekolompok orang (red, birokrat) korupsi adalah pekerjaan yang sungguh mulia. Dimana dapat memberikan keuntungan bagi kelangsungan hidup mereka. Dapat memberikan ketenangan bagi kelansungan hidup keluarga mereka.
Saat Bupati Yapen Waropen, Drs. Daud Soleman Betai di adili karena dugaan korupsi, banyak orang bernafasl lega. Yang kemudian beberapa saat lalu, kita tau sama-sama di hukum 5 Tahun penjara. Sebenarnya, apa yang di lakaukan tidak sebanding dengan kurungan penjara yang di berikan. Karena korupsi telah masuk dalam golongan pembunuh.
Yang jadi persoalan saat ini, kapan para koruptor di Papua akan di buru. Dan kapan pula para koruptor di Papua akan di hukum sesuai dengan perbuatan hina yang di lakukan mereka.
Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Jakarta beberapa bulan lalu menyampaikan aspirasi mereka kepada Mentri Dalam Negeri, terkait korupsi yang merajalela di bumi Papua. Yang mana kelanjutan dari aspirasi itu, baru Bupati Yapen Waropen yang di sidangkan.
Beberapapa bupati yang di duga kuat melakukan tindak korupsi, seperti; Mantan Bupati Kabupaten Nabire, Drs. Anselmus Petrus Youw, Bupati Kabupaten Yapen Waropen, Drs. Daud Soleman Betai, Bupati Merauke John Gluba Gebze, dan beberapa pejabat Bupati lainnya.
Bagi mahasiswa, mereka hanya akan jadi maling di Papua. Entah kapan, mereka akan sadar dan insaf dengan persoalan ini. Ataukah mereka akan sadar dan insaf ketika mereka berhasil di polisikan sesuai dengan perbuatan mereka.
Atau malah mereka menunggu hukum yang berbicara, sekaligus mengakhir kejayaan mereka sebagai penguasa yang rakus akan uang dan jabatan. Entah sampai kapan, kita harus tetap menunggu, kapan mereka akan di tangkap untuk demi kepentingan kita bersama.
Menuju Papua baru yang telah kita cita-citakan akan tercapai, apabila maling-maling ini di singkirkan dari Papua. Bui adalah rumah mereka. Tidur beralaskan karpet kusam, berdindingkan tembok kumal adalah tempat mereka.
Papua baru akan tercipta, apabila ada komitmen yang kuat dari semua rakyat Papua. Mulai dari yang duduk manis di birokrasi, sampai yang duduk “pahit” di emper-emperan toko menjual nota, pinang, sayur dan lain-lainnya.
Wednesday, May 13, 2009
Friday, May 08, 2009
Wakil Rakyat Harus Memiliki SDM yang Handal
OCTHO- Beberapa dilema Pemilihan Umum di tahun ini sungguh sangat tragis. Rakyat jelata yang tidak tahu menahu soal politik jadi korban. Hal ini di sebabkan perputaran uang yang di mainkan oleh kaum elit Politik. Ironisnya, jika di rasa tidak lolos maka beberapa bantuan untuk kemanusian yang pernah di sumbangkan, akan di tarik. Sungguh, aneh di luar dugaan nurani kita.
Selain itu, beberapa peristiwa yang menimbulkan pertikaianpun akan terjadi. Seperti perang suku, dan membedakan suku jenis. Sebenarnya hal ini tidak akan pernah terjadi, kalau saja label sukuisme dan Nepotisme di singkirkan dari bumi Papua.
Lagi-lagi saya katakan aneh, karena porsi, kerja dan tugas yang akan mereka kerjakan sedikit menjadi bayangan yang tidak pernah di pikirkan. Rusaknya Negara dan khususnya rakyat di papua, di karena satu hal. Rendahnya sumber daya manusia dari para wakil rakyat. Sungguh aneh, mereka yang pendidikan tingginya tamat Sekolah Dasar saja bisa duduk di kursi empuk itu.
Datang, duduk, diam, dengar, dan duit adalah istilah tepat yang di berikan pada mereka. Ketika mereka hanya bekerja untuk uang, mereka sudah menjadi bagian dari kaum kapitalis. Uang rakyat yang di gunakan untuk membayar tidur, duduk, bahkan omongan mereka sudah tidak tahu persis berapa banyak.
Ironisinya, dengan segala fasilitas yang menjamin, tidak pernah mengakat kinerja mereka. Malahan dengan segala kemewahan itu tambah membuat mereka semakin “tolol”. Padahal tidak seharusnya seperti itu, kesadaran diri akan tanggung jawab yang besar tentu harus di tingkatkan.
Bagi mereka, 3 tahun adalah masa tenang. Masa untuk menikmati, masa untuk mengambil, masa untuk menupuk, masa untuk berdiam dan beberapa masa terselubung. Ketika masa itu telah di lewati, mereka akan ke fase berikutnya, yaitu masa pencarian jati diri. Masa ini disebut masa “jual muka”.
Pada fase yang berikutnya ini, mereka akan berubah jadi malaikat. Malaikat nakal yang punya maksud dan tujuan. Malaikat nakal yang di polesi dengan tipu daya. Masa di mana berjanji, masa membual, masa hambur madu, masa pahlawan akan terlihat. Masa yang sungguh tidak manusiawi, kalau di katakana secara jujur.
Saat bayangan dan angan-angan itu tidak tercapai, malahan kekecewaan yang akan timbul. Bahkan pada tingkat yang lebih serius mereka akan jadi gila. Tekanan batin yang begitu berhasrat, disertai rakus yang berlebihan.
Dalam diskusi dua arah dalam TV Metro Papua, Rabu 27/04 terungkap bahwa mereka yang jadi gila saat tidak lolos dalam perwakilan legislative di karenakan ambisi yang berlebihan. Ambisi yang berlebihan itu menimbulkan egoisme yang sangat tinggi. Ketika semua harapan itu sirna, menjadi gila adalah dampak gangguan tertinggi.
Yang di pertanyakan, saat ini mereka duduk sebagai wakil siapa? Karena apa yang mereka lakukan dalam beberapa tahun belakangan, tidak pernah memihak kepada rakyat. SDM yang rendah, disertai ketidakmampuan menganalisa suatu hal adalah hal lumrah. Karena itu, mereka pantas di sebut wakil siapa?
Lebih ironis lagi, saat ini banyak hambat Tuhan dengan gelar S.Th, dan M.Th duduk di kursi legislative. Sebenarnya mereka di bentuk untuk menggembalakan jemaat dalam suatu badan, yang di namakan gereja. Lagi-lagi mereka mencari sensi dengan berbelok arah. Apa murka Tuhan terhadap mereka ini.
Dalam Tulisan Pdt. Yakobus Bonsapia yang berjudul “Pendeta vs Politik” yang di muat di Tabloid Jubi beberapa saat lalu, mengatakan dengan jelas bahwa “mereka yang berbalik arah ke politik, adalah mereka yang tidak pernah menghargai anugerah dan kasih karunia Tuhan dalam membentuk serta mengarahkan mereka”
Sudah tentu ini sebuah cambuk yang sukar di terima. Ketika kita (baca: pdt) di sebut sebagai penghianat. Yang jadi persoalan saat ini, diri pribadi jadi penghianat untuk siapa, diri sendiri atau sesaama manusia. Kerja nyata, dan praktek yang akan di perhatikan, bukan teori “doang”.
Kembali ke awal, apa fungsi Pemilu. Kalau tidak pernah mencetak seorang pemimpin yang pro terhadap rakyat jelata. Apa fungsi pemilu, kalau mereka tidak mempunya SDM yang bermutu. Apakah daerah tempat di pimpin mau di bawah dengan kekuatan, tenaga, atau postur tubuh yang menjanjikan.
Alangkah baiknya SDM dan rohani seorang caleg di ukur dulu sebelum di patenkan menjadi wakil rakyat. Karena banyak wakil rakyat yang sering mabuk-mabukan, sehingga rakyat yang di pimpinnya ikut mabuk-mabuk. Banyak anggota dewan yang sering ke tempat para PSK, intinya rakyat yang di pimpinnya akan ke tempat PSK juga.
Proteksi dan Open Mind dalam kepemimpinan sangat perlu. Saya ada untuk siapa? dan apa yang akan saya lakukan untuk mereka? Kedua pertanyaan yang harus di jawab secara jujur. Ketika kedua itu terjawab, dengan sendiri telah mengarahkan hati dan berkorban untuk mereka. Yang mana sealigus akan menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat, bahwa wakil rakyat bekerja dengan kesungghan hati.
Semoga ini jadi komitmen kita bersama, dalam menuju dan mencipatkan seorang pemimpin yang sungguh berkualitas. Dan menjadi wakil rakyat yang sungguh berwibawa dan berguna bagi banyak orang, terutama rakyat di daerah yang dipimpinnya. Tak ada yang seseorang-pun yang sempurna, yang sempurna hanya Kristus sendiri. Tidak sempurna, bukan berarti sukar untuk mengubah segala pola piker yang buruk itu.
Apakah Virus H1N1 Mengancam Papua??
OCTHO- Berbagai media massa saat ini di gempar-gampurkan dengan penyakit mematikan, flu babi alias virus H1NI. Virus ini awal mula berasal dari Meksiko, yang mana menyebar sampai ke Amerika, kanada, Selandia Baru, bahkan sampai ke beberapa Negara Eropa.
Munculnya Virus ini sudah sangat di khawatirkan akan berdampak buruk buat kelangsungan hidup warga dunia, namun saat ini tidak demikian. Karena perkembangan dunia teknologi yang menjanjikan, di sertai kemampuan ilmuwan dari berbagai Negara yang luar biasa penyakit ini bisa segera diatasi.
Menurut Menteri Kesehatan Meksiko Jose Angel Cordova, penyebaran virus babi H1N1 dapat ditekan dengan bantuan obat-obatan antivirus flu, penggunaan penutup mulut-hidung, dan kebiasaan mencuci tangan, (Kompas, 5/5).
Pernyataan Mentri Kesehatan Meksiko ini sudah turut menyurutkan keraguan public tentang penyakit ini. Penyakit ini di kabarkan menular lewat babi, yang kemudian bisa juga menular lewat manusia dan hewan yang ada di sekitar.
Menyadari akan hal ini, di beberapa daerah besar di Indonesia, dengan kesadaran penuh telah memusnahkan beberapa hewan piaraan (babi) yang di rasa dapat mengundang penyakit ini. Walaupun pemusnahan itu menimbulkan pro dan kontra di antara masyarakat, toh kesehatan harus mendapat tempat yang utama.
Bagaiaman dengan Papua?
Apakah virus ini dapat menyebar sampai ke Papua? karena sampai saat ini, kesiap-siagaan rakyat Papua dalam menghindari penyakit ini tidak pernah terlihat. Kalaupun ada, tidak menyeluruh keseluruh daerah Papua.
Dinas Kesehatan Provinsi Papua seharusnya punya andil besar dalam hal ini. Baik mulai dari penyebaran informasi, sampai pada informasi pencegahaan. Agar rakyat Papua memahami ini, dan ada langkah yang bisa di ambil oleh mereka sendiri.
Hewan piaraan yang paling banyak di Papua adalah babi. Kemudian, hewan ini yang menimbulkan penyakit. Yang jadi persoalan, apakah babi-babi yang ada perlu untuk di musnahkan dalam mengantisipasi ini.
Kalau pemusnahan babi-babi di lakukan, turut akan menimbulkan persoalan baru. Yang mana masyarakat akan dengan tegas menolak tindakan itu. Untuk tidak menimbulkan ketidakcocokan antara pemerintah dengan masyarakat, ada solusi yang paling baik untuk di jalankan.
Dinas Kesehatan Provinsi Papua perlu kerja extra keras untuk membuat brosur, iklan, pamflet bahkan sampai pada kampanye pencegahaan penyakit ini. Terutama cara hidup yang bersih. Agar penyakit ini tidak menyebar sampai ke Papua, dan rakyat Papua tetap terhindar dari penyakit mematikan ini.
Dengan cara-cara seperti diatas, sudah tentu warga Papua akan menyadari, dan berbagai hal yang dapat mengundang penyakit akan segera di jauhi oleh mereka. Menghindari lebih mulia dari pada mengobati. Jadi ajarlah seluruh masyarakat untuk menghindar dan mengantisipasi penyakit mematikan ini, agar mereka tetap selamat di tanah mereka yang Tuhan Allah mereka karuniakan kepada mereka.
Tuesday, May 05, 2009
Mengenal Sosok OCTHO (1)
OCTHO- Menyebalkan dengan pekerjaan yang menguras tenaga, terutama otot. Senang dengan pekerjaan yang menguras pikiran, terutama otak. Tidak senang pada orang yang suka memaksakan kehendakanya, walau itu benar. Tidak senang pula dengan orang yang berlagak sok malaikat, walau memang dia menyerupai seorang malaikat.
Kadang tidak berjalan pada prinsip, walau prinsip itu telah ada. Prinsip yang telah ada, kadang kala mencelakakan diri sendiri. Kalau maen internet, kadang lupa segalanya, termasuk lupa ama someone.
Internetan sukanya sendirian. Nggak mau di temani ama teman, apalagi ama pacar. Kalau dengan teman atau pacar, nggak sukanya mereka kadang kala sering celometan, menyebalkan tau. Senang dengan mereka yang penurut, apalagi dengan tabah mau belajar sama-sama dengan saya.
Saya, kalau internetan kadang lupa waktu. Pernah lho, 48 jam depan internet. Untungya saat itu nggak sakit. Hanya rada-rada pucat. Kalau lagi internetan, paling suka utak-atik dunia teknologi dan dunia informasi, terutama informasi seputar tokoh politik.
Kurang suka dengan istrahat siang, walau beberapa kali telah drop out di rumah sakit, karena malaria. Tapi karena jarang istrhat siang, sering lho minum air putih, tapi kadang juga minum minuman dingin seperti Mizone, poccari sweet n sprite biar tambah energi.
Paling nggak senang dengan olahraga, terutama olaragah yang menguras tenaga. Apa sebab? Karena kalau capek karena olahraga, segalanya akan di lupakan, termasuk belajar. Saya tuh dulunya jago lho maen sepak bola, saat itu masih di bangku SMP. Sempat jadi bintang juga, dengan menyabet beberapa gelar. Posisi saya pada saat itu playmakaer.
Saya kurang suka dengan pelajaran sekolah. Beberapa hari bahkan di habisin di rumah memikirkan nasib malang maupun baik. Kadang saya mikir, lebih mending baca buku dan internatan di rumah, dari pada ke sekolah ketemu ama guru-guru yang ngajarnya kadang kurang konsisten, apalagi sampai menyebalkan.
Bagi saya, masa muda adalah masa untuk menentukan, baik masa depan, masa sekarang, maupun masa yang akan datang. Masa muda tidak selalu identik dengan pacaran, walau saya sendiri kadang pacaran. Pacaran bagi saya, hanya habisin waktu. Kalau pacaran, saya yang harus bisa atur cewek, bukan si cewek yang mengatur saya. OK.
Tipe cewek yang disukai. Perhatian, nggak sombong n baek hati ajalah. Satu lagi, suka dengan cewe yang sering senyum. Senang dengan smile neh. Nggak senang tu kalau cewek jadi penguasa. Segala hidupku di atur, mangnya loe yang punya hidupku apa? Kadang sering tanya gitu ama cewek yang berlagak ingin jadi penguasa.
Senang bergaul ama teman yang bisa membangun. Benci dengan hal-hal yang merusak hidup, seperti merokok, minum-minuman keras, bahkan sampai narkoba. Kalau ada teman yang seperti ini, bisa di terima jadi teman sih, tapi harus tau diri dan bisa menguasai diri agar tetap bisa menjaga persahabatan. Nggak suka juga ama teman yang nggak bisa nyimpan rahasia pribadi, apalagi mulutnya suka luber kayak ember. Lebih baek bubar temanan aja, kalau ada yang seperti ini. Karena berbahaya dalam persahabatan kedepannya.
Suka belajar bahasa inggris. Walau nggak tau ama sekali. Senang juga dengan mereka yang bisa mengajari saya dalam bahasa inggris. Aku tuh sering chat ama beberapa teman di luar negeri yang sudah jauh paham dengan bahasa inggris. Salah satu kesenanganku di Internet adalah chat dalam bahasa inggris dengan teman-teman di luar negeri.
Friendster, facebook, blog, n e-mail adalah ketiga situs yang nggak mungkin nggak di buka. Kewajiban utama, adalah ngeblog dan e-mail. Senang juga dengan ngeblog, walau kadang menyebalkan dan menguras banyak duit tapi semua di jalani dengan happy. Senang koment di facebook dan friendster ama teman-teman lama yang udah jarang ketemu, disitu masa-masa menyenangkan di masa kecil di ceritakan lagi.
Setamat SMA, saya pingin lanjut kuliah. Pinginnya, keluar negeri kalau bahasa inggrisnya bagus. Makanya sedang boro-boro belajar bahasa inggris. Kalau soal duit, papa jc punya segalanya. Berdoa n berharap aja ama dia, pasti jalan akan di buka. Kedua jurusan yang akan saya geluti, kalau nggak Hubungan Internasional, Hukum Internasional ajalah. Biar paham akan dunia yang luas nih.
Senang makan nasi goreng. Apalagi kalau banyak telur gorengnya. Pernah waktu sakit, semua makanan yang di makan nggak mempan, muntah melulu, eits, giliran nasi goreng yang di cobai, nggak muntah deh. Teruji kan, kalau itu makanan fave saya. Kalau ke warung makan, sukanya hanya ke warung makan yang ada nasi goreng, n kalau kantong mencukupi sering juga minum jus alpukat, biar tambah vitamin gitu.
Bersambung………….!!!!
Markus Haluk: MRP Segera Membubarkan Diri
OCTHO- Majelis Rakyat Papua (MRP) didirikan dengan tujuan utama memperjuangkan hak-hak dasar orang asli Papua. Tapi nyatanya, selama ini MRP bekerja tidak pernah memperhatikan hal ini. Semua di dasari karena berbagai kebijakan serta keputusan yang MRP ambil selalu di intervensi oleh Jakarta, yudikatif dan legislative di Papua. Jadi MRP berjalan tanpa arah. Jadi MRP di bubarkan saja, karena tidak ada tanggung jawab yang MRP embani sembagai lembaga repsentif kultur orang asli Papua.
Hal ini dikemukan Markus Haluk, Ketua Aliansi Mahasiswa Pegunungan Tengah Indonesia (AMPTI) wilayah Indonesia, via telepon selulernya Selasa, (17/02) kemarin.
Lebih lanjut, haluk menambahkan bahwa MRP seperti singa yang giginya ompong. “MRP di Papua giginya sangat ompong, tidak ada keputusan dan kebijakan yang di buat MRP yang di setujui oleh Yudikatif dan Legislatif. Apalagi segala keputusan MRP yang buat Jakarta dorang selalu mengintervensi. Ini yang di namakan wilayah Otonomi Khusus kha” tambahnya.
Haluk juga menilai, MRP selama ini tidak bekerja secara maksimal. “wakil rakyat yang duduk di MRP tidak sadar, kalau mereka sedang di jadikan boneka untuk mendapat pengakuan dari Negara luar bahwa Otonomi Khusus di Papua berjalan dengan baik. Yang duduk di MRP bukan wakil rakyat, tapi wakil Jakarta. Dimana segala kebijakan selalu ikut bisikan dari Jakarta.
“kami bingung, selama ini MRP kerja apakah, dorang selalu berteriak sana-sini di media masa, tapi semua yang mereka teriakan itu bukan untuk rakyat Papua. “kita ambil sebuah contoh, lanjut haluk. Dahulu kala saat MRP toki palu tanda di setujuinya lambing daerah sebagai bintang kejora, lagu daerah sebagai Hai Tanahku Papua dan burung mambruk sebagai tanda daerah, Jakarta menggagalkan dengan menguluarkan PP No 27/tahun 2007 tentang lambing daerah, inikah pembunuhan kebijkan MRP, terang geram.
Lebih lanjut, haluk menambahkan, bahwa selama ini MRP di buat pusing oleh Jakarta agar bekerja tidak maksimal. Dimana pembayaran gaji yang tidak menentu selama 13 bulan. Malahan saya dengar mereka hanya di bayar 300.000 ribu per/orang. Inikah pembunuhan segala semangat untuk bekerja, pungkasnya.
Jadi pada intinya, MRP tidak usah di bentuk dan di bubarkan saja. Karena memang tidak ada poris kerja yang di berikan secara penuh kepada MRP. Beberapa Perdasi dan Perdasus yang MRP ajukan sebagai bagian dari membela hak-hak adat orang Papua di gagalkan oleh DPRP, dimana padahal dana yang di keluarkan untuk membahasa beberapa perdasi dan perdasus yang MRP ajukan itu sangat banyak, kalau tidak salah 23 Milyar lebih, terangnya.
Kalau MRP bubar, berarti Legislatif dan Yudikaif dorang tidak perlu pusing keliling, karena segala kebijakan dan keputusan bisa mereka sendiri yang ambil. Lagian dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua juga tidak uraikan secara jelas pembentukan Majelis Rakyat Papua. MRP juga hadir agak terlambat, yakni tiga tahun setelah Otonomi Khusus di sahkan. Berarti Jakarta berpikir, bahwa kehadiran MRP tidak terlalu di perlukan, tetapi karena paksaan dari beberapa aktivis dan LSM yang ada sehingga MRP dihadirkan di Papua,” pungkasnya.
Semua ini sandiwara Jakarta dan raja-raja kecil di Papua. Yang ingin supaya orang Papua rusak. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, bahwa semua kebijakan dan keputusan yang MRP ambil selalu di somasi oleh Pangdam, inikah sengaja di hadirkan agar ada pertikaian,” imbuhnya.
Kemudian, lebih lanjut haluk menambahkan bahwa berbagai persoalan yang terjadi Papua, selalu ada jalan keluar yang MRP ambil, tetapi yang jadi biang kerok untuk menggagalkan semua kinerja MRP itu adalah Pemerintah dan DPRP. “mungkin dorang takut terancam dari posis dan jabatan” hal ini bisa gambarkan ketika DPRP dan pemerintah tidak pernah memihak kepada rakyat kecil.
Dalam waktu dekat saya dengan beberapa teman akan turun ke kantor MRP untuk meminta mereka bubarkan diri. “saya akan konsultasi dengan teman-teman, biar kita sama-sama desak MRP dorang buka baju dinas depan kami. Agar tidak ada pembodohan yang Jakarta lakukan lagi kepada kita orang Papua, terang haluk.
Sembari mengakhiri perbincangan haluk menambahkan, kinerja MRP yang selalu di intervensi oleh Jakarta telah menandakan bahwa Otonomi Khusus yang terjadi Papua telah dan sangat gagal. Karena itu, ketika MRP di bubarkan, berarti Otonomi Khusus juga harus di cabut dari bumi Papua. Ini sudah harga mati, karena kami menilai seperti itu, dimana kekayaan yang ada di bumi Papua hanya jadi bahan kekayaan untuk memperkaya Jakarta dan sekitarnya,” pungkas haluk mantap. (oktovianus pogau)
Nehemia Yarinap: MRP Harus Dibubarkan
OCTHO- Desus-desus permintaan untuk membubarkan Majelis Rakyat Papua (MPR) semakin hari semakin meningkat, kali ini datangnya dari salah satu Advokat aktivis Hak Asasi Manusi (HAM) Papua yang bekerja untuk mengukap kasus ketidakadilan yang terjadi di bumi Papua.
“kami sangat bingung, selama ini MRP dorang kerja apakah, padahal Otonomi Khusus sudah tujuh tahun merumput, dan MRP sendiri sudah hadir 3 tahun lebih di bumi Papua. Dimana masih ada hak-hak dasar orang asli Papua yang selalu dan selalu di langgar oleh kaum kapitalis (red, penjajah) dan komprador (kaki tangan penjajah).
Dengan mengakaji berbagai hal yang tidak dapat MRP lakukan dalam hal ini pembelaan terhadap hak-hak adat orang Asli Papua, maka sebaiknya MRP buka baju dinas dan bubarkan diri dengan teratur, biar Jakarta dan pejabat Papua dorang tahu tentang kegagalan Otonomi Khusus di Papua.
Hal ini di ungkapkan Nehemia Yarinap, salah satu Aktivis pembela hak-hak dasar orang asli Papua, beberapa saat lalu via telepon selulernya kepada media ini.
Lebih lanjut Yarinap menambahkan, bahwa selama ini MRP tidak pernah memihak kepada orang Papua. “MRP tidak pernah memihak kepada orang asli Papua, dimana hak-hak kita orang Papua bagi mereka yang bukan yang terutama, tetapi yang kedua dari pada kepentingan Jakarta dan pribadi mereka, jadi sekali lagi kami pertanyakan kesungguhan mereka duduk di MRP saat ini,” imbuhnya.
Ketika MRP hadir, secara terang-terangan kami mahasiswa dan pelajar Papua yang paham betul dengan ketidakbecusan mereka suatu saat nanti, menolak tegas. Namun apa boleh buat, kami hanya warga masyarakat kecil yang suaranya tidak bisa didengar. Mereka anggap suara kami sebagai angin lalu, yang mana sebagai suara rakayat jelata yang mereka anggap menggangu posisi dan jabatan mereka.
MRP bukan lembaga yang hadir untuk membela hak-hak dasar orang asli Papua, melainkan hadir sebagai lembaga yang membawah orang Papua ke jurang maut. Dimana sejak di bentuk sampai saat ini, beberapa pelanggaran HAM berat yang terjadi pada orang Papua tidak pernah di luruskan sampai pada pengukapannya. Secara tidak langsung, tentunya hal ini akan menimbulkan konflik internal antara sesame orang Papua sendiri,” tandasnya.
Selain itu, pria fasih bahasa Inggris ini juga mengukapkan bahwa, selama ini MRP takut mengukapkan berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua . “MRP dorang sampai saat ini tidak pernah mendesak DPRP dan Pemerintah Daerah untuk mengukapkan berbagai kasus yang melanggarh hak-hak dasar orang asli Papua, salah satu diantaranya meninggalnya Bucthar Tabuni, yang terjadi beberapa saat lalu di Wamena saat perayaan hari Pribumi Internasional. Saya rasa MRP dorang takut sekali mengambil tindakan untuk mendesak Polda Papua dimana mengukap kasus ini sampai pada akar-akarnya, ”pungkasnya.
Lebih lanjut, Yarinap menambahkan bahwa MRP hadir sangat di paksakan, karena hadir tiga tahun setelah adannya Undang-undang Otonomi Khusus. “MRP dorang sangat di paksakan hadir di tanah Papua, padahal tugas Fungsi pokok yang tercantum dalam UU No. 21 tahun 2001 tentang Otsus sangat memihak kepada orang Papua, tetapi kenyataan di lapangan tidak pernah memihak kepada orang Papua.
Satu hal yang sangat di sayangkan, dimana MRP dorang tidak pernah menjelaskan kepada public tentang factor utama yang menganjal kinerja mereka. “harapan kami MRP berterus terang saja pada public, tentang hambatan yang kiranya saat ini di rasakan untuk membantu orang Papua.
Sekali lagi kami mendesak dengan segera, agar MRP dorang buka baju dinas secara terhormat dan mengundurkan diri jabatan ini. Karena MRP hadir di Papua hanya jadi lambang dan nama untuk mendapat pengakuan dari luar negeri,” pungkas Yarinap.
Sudah cukup rakyat Papua menderita dengan perlakuan tidak semena-mena yang kaum penjajah lakukan, kami dari pembela hak-hak dasar orang asli Papua hanya menginginkan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan tercipta dibumi Papua yang kaya raya ini.
Sembari mengakhiri perbincangan, Yarinap berharapa penuh kepada public untuk sama-sama mendesak agar MRP bubarkan diri, karena telah nyata-nyata gagal. “saya harap teman-teman dari berbagai LSM dapat membantu hal ini, dimana saling bahu-membahun untuk mendesak agar MRP membubarkan diri dengan damai. Selain itu, saya juga berharap penuh kepada media masa untuk membantu menyososialisasikan hal ini.
Tekad dan kemauan untuk mendesak, membubarkan MRP bukan hadir dari kemauan pribadi kita masng-masing, tapi ini murni aspirasi dari seluruh lapisan masyarakat yang menilai ketidakbecusan lembaga “murahan” ini. Mari kita maju dan berjuang. Maju Papua, pungkas lelaki suku Nduga ini sambil menutup telepon selularnya. (oktovianus pogau)
Monday, May 04, 2009
Kepegianmu…....
OCTHO- Mungkin ajal akan menjemputku,
Itu pikirku
Di temani selimut kusam,
Bantal yang kumal
Aku terbaring,
Kapan teguran dan pendertiaan ini akan berakhir
Hayatan sakit semakin parah,
kecemasan batin semakin mencekam
Saat semakin memikirkanmu,
Mengenang beberapa masa saat itu
Saat pertikaian dan semua memori itu,
Walau kau dan aku tak begitu lama kenal
Namun tawa, canda dan senyum sudah sangat akrap denganku
Mungkin kau seperti malaikat
Kau selalu meyakinkanku,
Bahwa aku akan sembuh
Namun kadang itu jadi perdebatan dengan nadiku
Aku selalu menggelak
Tidak…..
Aku ingin mati saja…..
Namun kuakui,
Bapa dan kau sepaham
Ku harap…..
Kepergianmu menjadi semangatku
Tawa canda di alammu
Menjadi ketenanganku
Akut tak tau
Kapan kau akan kembali
Kau kembalipun
Aku mungkin tak akan pernah bertemu denganmu lagi
Karena batin ini sedang merencanakan hal besar
Hal besar untuk perubahan tanah ini
Tanah ini butuh kau dan aku
Kau dengan senjatmu
Aku juga dengan akan senjatku
Salam untukmu
Sukses untuk perjuanganmu
Makasih buat semuanya
Tapi segalanya belum berakhir
Kau masih memiliki hutang padaku
Aku tak pernah melupakan semua itu.
Kenangan di Rumah Sakit Umum Daerah Nabire-Papua
Nabire, 02 Mei 2009.
Wakil Rakyat Harus Memiliki SDM yang Handal
OCTHO- Beberapa dilema Pemilihan Umum di tahun ini sungguh sangat tragis. Rakyat jelata yang tidak tahu menahu soal politik jadi korban. Hal ini di sebabkan perputaran uang yang di mainkan oleh mereka yang mempunyai banyak uang. Ironisnya, jika di rasa tidak lolos maka beberapa bantuan untuk kemanusian yang pernah di sumbangkan, akan di tarik. Sungguh, aneh di luar dugaan nurani kita.
Selain itu, beberapa peristiwa yang menimbulkan pertikaianpun akan terjadi. Seperti perang suku, dan membedakan suku jenis. Sebenarnya hal ini tidak akan pernah terjadi, kalau saja label sukuisme dan Nepotisme di singkirkan dari bumi Papua.
Lagi-lagi saya katakana aneh, karena porsi, kerja dan tugas yang akan mereka kerjakan sedikit menjadi bayangan yang tidak pernah di pikirkan. Rusaknya Negara dan khususnya rakyat di papua, di karena satu hal. Rendahnya sumber daya manusia dari para wakil rakyat. Sungguh aneh, mereka yang pendidikan tingginya tamat Sekolah Dasar saja bisa duduk di kursi empuk itu.
Datang, duduk, diam, dengar, dan duit adalah istilah tepat yang di berikan pada mereka. Ketika mereka hanya bekerja untuk uang, mereka sudah menjadi bagian dari kaum kapitalis. Uang rakyat yang di gunakan untuk membayar tidur, duduk, bahkan omongan mereka sudah tidak tahu persis berapa banyak.
Ironisinya, dengan segala fasilitas yang menjamin, tidak pernah mengakat kinerja mereka. Malahan dengan segala kemewahan itu tambah membuat mereka semakin “tolol”. Padahal tidak seharusnya seperti itu, kesadaran diri akan tanggung jawab yang besar tentu harus di tingkatkan.
Bagi mereka, 3 tahun adalah masa tenang. Masa untuk menikmati, masa untuk mengambil, masa untuk menupuk, masa untuk berdiam dan beberapa masa terselubung. Ketika masa itu telah di lewati, mereka akan ke fase berikutnya, yaitu masa pencarian jati diri. Masa ini disebut masa “jual muka”.
Pada fase yang berikutnya ini, mereka akan berubah jadi malaikat. Malaikat nakal yang punya maksud dan tujuan. Malaikat nakal yang di polesi dengan tipu daya. Masa di mana berjanji, masa membual, masa hambur madu, masa pahlawan akan terlihat. Masa yang sungguh tidak manusiawi, kalau di katakana secara jujur.
Saat bayangan dan angan-angan itu tidak tercapai, malahan kekecewaan yang akan timbul. Bahkan pada tingkat yang lebih serius mereka akan jadi gila. Tekanan batin yang begitu berhasrat, disertai rakus yang berlebihan.
Dalam diskusi dua arah dalam TV Metro Papua, Rabu 27/04 terungkap bahwa mereka yang jadi gila saat tidak lolos dalam perwakilan legislative di karenakan ambisi yang berlebihan. Ambisi yang berlebihan itu menimbulkan egoisme yang sangat tinggi. Ketika semua harapan itu sirna, menjadi gila adalah dampak gangguan tertinggi.
Yang di pertanyakan, saat ini mereka duduk sebagai wakil siapa? Karena apa yang mereka lakukan dalam beberapa tahun belakangan, tidak pernah memihak kepada rakyat. SDM yang rendah, disertai ketidakmampuan menganalisa suatu hal adalah hal lumrah. Karena itu, mereka pantas di sebut wakil siapa?
Lebih ironis lagi, saat ini banyak hambat Tuhan dengan gelar S.Th, dan M.Th duduk di kursi legislative. Sebenarnya mereka di bentuk untuk menggembalakan jemaat dalam suatu badan, yang di namakan gereja. Lagi-lagi mereka mencari sensi dengan berbelok arah. Apa murka Tuhan terhadap mereka ini.
Dalam Tulisan Pdt. Yakobus Bonsapia yang berjudul “Pendeta vs Politik” yang di muat di Tabloid Jubi beberapa saat lalu, mengatakan dengan jelas bahwa “mereka yang berbalik arah ke politik, adalah mereka yang tidak pernah menghargai anugerah dan kasih karunia Tuhan dalam membentuk serta mengarahkan mereka”
Sudah tentu ini sebuah cambuk yang sukar di terima. Ketika kita (baca: pdt) di sebut sebagai penghianat. Yang jadi persoalan saat ini, diri pribadi jadi penghianat untuk siapa, diri sendiri atau sesaama manusia. Kerja nyata, dan praktek yang akan di perhatikan, bukan teori “doang”.
Kembali ke awal, apa fungsi Pemilu. Kalau tidak pernah mencetak seorang pemimpin yang pro terhadap rakyat jelata. Apa fungsi pemilu, kalau mereka tidak mempunya SDM yang bermutu. Apakah daerah tempat di pimpin mau di bawah dengan kekuatan, tenaga, atau postur tubuh yang menjanjikan.
Alangkah baiknya SDM dan rohani seorang caleg di ukur dulu sebelum di patenkan menjadi wakil rakyat. Karena banyak wakil rakyat yang sering mabuk-mabukan, sehingga rakyat yang di pimpinnya ikut mabuk-mabuk. Banyak anggota dewan yang sering ke tempat para PSK, intinya rakyat yang di pimpinnya akan ke tempat PSK juga.
Proteksi dan Open Mind dalam kepemimpinan sangat perlu. Saya ada untuk siapa? dan apa yang akan saya lakukan untuk mereka? Kedua pertanyaan yang harus di jawab secara jujur. Ketika kedua itu terjawab, dengan sendiri telah mengarahkan hati dan berkorban untuk mereka. Yang mana sealigus akan menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat, bahwa wakil rakyat bekerja dengan kesungghan hati.
Semoga ini jadi komitmen kita bersama, dalam menuju dan mencipatkan seorang pemimpin yang sungguh berkualitas. Dan menjadi wakil rakyat yang sungguh berwibawa dan berguna bagi banyak orang, terutama rakyat di daerah yang dipimpinnya. Tak ada yang seseorang-pun yang sempurna, yang sempurna hanya Kristus sendiri. Tidak sempurna, bukan berarti sukar untuk mengubah segala pola piker yang buruk itu.