Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak ,orang pintar menjadi bodok jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.
Sepenggal kalimat yang pernah di ungkapkan Jhon Maxwell diatas rasanya sangat pantas untuk menggambarkan seseorang wanita dalam sebuah uraian singkat ini. Dimana wanita ini menjadikan hidupnya tidak berarti dengan pilihan hidup yang sedikit mencoreng dirinya.
Mungkin bagi dirinya, sebuah permainan seperti ini akan membawah menjadi orang yang semakin dikenal. Entahlah, saya sendiri tidak tau apa maksud dari permainan itu. Toh, karena saya sendiri korban daripada permainan itu.
Malam sabtu yang menyebalkan, itu kataku saat seorang wanita Jenna (bukan nama sebenarnya) membuatku hancur lebur karena ulahnya yang begitu tidak akan pernah kumaafkan. Beberapa kali dirinya mencoba kesungguhan hatiku dengan beberapa Testi (Comment) di FS yang menyatakan cinta, sayang bahkan rindunya pada diriku yang jauh di pelosok Papua.
Aku memahami semua ini, tidak mungkin diriku akan menjadi yang special dalam dirinya. Dimana dirinya tentu membutuhkan orang lain, atau teman dekat yang tinggal sama-sama dengannya yang membuatnya bahagia walau tak sebahagia ketika diriku akan bersamanya suatu saat nanti (Mimpi kaliiii).
Aku-pun memahami, kalau dirinya tentu akan menjadi sebuah misteri yang patut di pertanyakan kebenarannya. Entahlah…. Keakrabanku padanya hanyalah keakrabanku dengan seseorang yang misteri. “Misteri, kau telah buatku hancur lebur,” bunyi sepenggal SMS yang aku kirimkan malam minggu itu ke ponselnya.
Ponselku malam minggu itu berdering beberapa kali, membuatku agak malas untuk mengakatnya. Entahlah…nggak mungkin kubiarkan hasratnya untuk berbicara denganku sirna begitu saja. Kuangkat ponselku dengan bermalas, tapi dari suara dan raut waajahku kurasa sudah cukup meyakinkannya bahwa aku sangat bahagia mendengar suaranya.
“kabar-mu gimana, kok nggak pernah kase kabar lagi,” terangnya sedikit menggorek pembicaraan kita biar lebih jauh. “baek, tapi sedikit menyebalkan, karena saya ganas koe sekali, kataku mengalihkan segala pembicaraan manisan yang telah disusunya rapi sedemikian rupa di malam minggu itu.
Menjadi perenungan untuknya. “kenapa koe ganas saya, masa kok gitu,” Tanya dengan sedikit bercanda seakan-akan dirinya tak pernah bersalah padaku, sehabis itu logat jawanya yang semakin menjad-jadi membuatku agak malas omong padanya. Malam itu diriku, dibuat pusing, seakan akau orang bodoh se-dunia. Baginya, tidak akan beralihr pembicaraan apabila diriku tak mengukapkan akar duduk sebuah persoalan, yang membuat aku ganas padanya.
Saya sangat bersikeras untuk tak menjawabnya, lagian aku juga sedikit kesal, dimana dirinya beranggapan bahwa dirinya seorang malaikat yang tidak pernah bersalah. “kamu koreksi dulu, kesalahan terbesar apa yang kamu buat, sehingga membuat saya ganas setengah mati dengan koe. Saya rasa koe bisa sadari koe punya kesalahan kok,”terangku mantap dengan dalih tak mau menjawab pertanyaan via ponsel malam itu.
Beberapa kali aku dibuat pusing, bahkan rasanya ponselku yang selalu menjadi teman sepermainanku ku banting dengan harapan agar tak berbicara lagi padanya. Tak mungkin kulakukan semua itu, ponsel tidak pernah bersalah dalam duduk persoalan ini. Sudah kujelaskan berkali-kali, bahwa aku tak berbicara persoalan ini padanya, namun dirinya tetap bersikeras untuk mendengar langung permasalahan ini. “cepatan bicaranya, nggak akan kuputusin obrolan ini, kalau kau tidak memberitahukan persoalan apa yang sedang terjadi antara kau dan aku,” terangnya seraya memaksa batinku agar bersura memberi jawabnnya padanya.
“gimana sih cara kamu menyelesaikan sebuah persoalan, dalam kehidupanmu kalau caramu tetap begini,” terangnya seraya memberi sebuah pancingan untuk dimakan oleh aku. “saya tunggu semua masalah selesai, enak suasana hatinya, baru akan kuselesaikan semua persoalan itu,”terangku mantap menepis aura nadanya yang semakin memaksa.
Tidak pernah batinku menyerah dengan pancingan-pancingan manisnya. Bagiku, dirinya hanyalah sebuah gong yang sedang berkumandang untuk didengar suaranya oleh sedemikian banyak orang. Dirinya telah menjadi dewi yang berkhazana elok, seakan-akan tidak pernah berdosa, bernista tetapi semua telah memupus semua harapan ini.
Malam itu menjadi malam pergulatan batinku yang telah berdosa karena memberi hati untuk disinggahinya. Batinku berdosa, karena tanpa sepengetahuan yang diatas (God) memberikan ruang untuk di obrak-abrik oleh seseorang misteri. Misteri, kau akan bahagia dan senang ketika tak akan mengobrak-abrik aku lagi. Kau akan lebih senang, omong cinta, sayang, say, honey dan sejenisnya pada dia yan memang betul-betul kau cintai.
Mungkin ku tak pantas bagi-mu. Mungkin ku hanyalah anak “kampungan”yang sok orang kota. Maafkan aku, kalau memang selama ini akau memakai topeng itu sehingga membuatmu terpikat padaku. Entahlah, Tuhan, Bulan, dan Bintang jadi saksi dimalam itu. Antara kau dan aku, akulah yang jadi pemenangnya karena batinku tidak pernah menyerah dengan beberapa menu menggoda yang telah kau sedikian untuk merusak batinku dari persoalan ini.
Tuhan maha adil, kataku ketika kau paham dengan semua persoalan duduk persoalan. Tuhan tidak pernah mengijinkan kebenaran di injak-injak oleh dusta. Sekali lagi, ku mau katakan bahwa Tuhan maha adil. Dirinya tidak pernah menyatukan kebenaran dan dusta. Bahkan gelap dan terang tidak akan pernah bersatu. Hanya manusia seperti kau, yang selalu memaksa Tuhan untuk menyatukan yang tidak pernah bisa di satukan untuk disatukan.
Senang rasanya, ketika kau bisa paham dengan semua ini. Senang juga, ketika kau bersedia jelaskan padaku suatu saat nanti duduk persoalan yang sebenarnya. Karena saat itu menjadi malam yang penuh misteri, ketika kau mengetahui dari teman terdekatmu tentang duduk persoalan yang sebenarnya.
Aku benci pada pendusta, aku benci pada pembohong. Aku tidak benci padamu jena (bukan nama sebenarnya), aku tak marah padamu namun aku lebih-lebih tak akan pernah melupakanmu, karena batin saat ini sedang terseok dengan caramu yang sedkiti mendewasakanku. “Tuhan dan Jena memberi aku sebuah pelajaran yang hidup yang akan kuingat sampai mati,” itu kataku seraya berbisik pada batinku yang selalu menemani aku dalam suka dan duka mengarungi kehidupan ini.
Kemana lagi batin ini akan berkelana, itu sebuah misteri yang tidak akan pernah terjawab. Hanya, Tuhan pribadi yang tunggal dalam kehidupan-ku dan waktu yang selalu memompa semangatku yang akan menjawab semuanya. Waktu, tetaplah temani aku untuk menunjukan bukti nyata kedewasaan lainya padaku.
Saturday, January 31, 2009
Untuk Kau, Yang Menduakan Aku
Tuesday, January 27, 2009
Pahamilah Aku “Bintang-Ku”
Kutau, dirimu memang tak pernah paham dengan Q
Mungkin, bagi-mu diriku hanya sampah
Diriku hanya gulma yang mengganggu pertumbuhan-mu
Diri-ku hanyalah bencana besar bagi masa depan-mu
Ketika diri-ku menatapmu penuh dengan harapan
Sumpah serapan akan kau keluarkan
Sebagai pemanis keyakinanku
Supaya aku-pun mempercayai
Bahwa diri-mu memang betul2 mencintai-ku
Tetapi kau perlu pahami
Aku tak pintar sepintar dirimu
Aku taklah pandai sepandai dirimu
Aka taklah bodoh, dari pada orang bodoh
Aku hanyalah, satu dari sekian banyak orang
Yang bisa sedikit membaca gelagat suara hati-mu
Dimana memang betul
Bahwa diri-mu tak mencintaku dengan setulus hati
Entahlah….Tuhan tahu, semua “kecelakaan” ini
Semua belum terlambat.
Asrama Anugerah, Nabire 24 Januari 2009.
Antara Pahlawan dan Pengecut
Kalau disuruh milih tentunya semua kita akan memilih menjadi seorang pahlawan. Tapi sadar tidak sadar kita tidak pernah menjadi seperti yang kita pilih, walaupun ada sih sedikit yang menjadi seperti yang mereka pilih itupun bisa dihitung. Dan ini sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri kebenarannya.
Ingat persis buku yang ditulis oleh aristoteles, dimana membahas panjang lebar mengenai perjuangan Ibn Saud untuk membebaskan negaranya dari penjajahan beberapa Negara barat. Dimana ketika Negara itu bebas Ibn Saud dianggap sebagai pahlawan sekaligus dewi dalam bebasnya Negara arab Saudi. Hingga dirinya di abdikan selamanya.
Lain hal dengan Adolof Hitler, dimana berjuang dengan gigih, walaupun perjuangannya dikecam oleh berbagai kalangan. Yang dimana memperjuangkan nasib kebebasan dari Negara Jerman, hingga mengalami kebebasan dan bisa merdeka. Tentunya dia juga dianggap sebagai pahlawan yang abadi bagi bangsa Jerman dalam mengisi kemerdekaan itu, walaupun dia dianggap pembunuh berdarah dingin oleh beberapa kalangan yang merasa di jengkelkan pada zamannya.
Tetapi yang lebih luar biasa lagi adalah presiden pertama kita Seokarno, berjuang dengan gigih pantang nyerah dibahwa rezim belanda yang pada saat itu sangat kejam. Bahkan beberapa gagasan idenya dalam beberapa pidatonya menyadarkan kita sebgai warga Negara Indonesia bahwa beliau adalah pahlawan yang agung dan luar biasa. Dan teringat persis salah satu ide gagasannya dalam pidato yang paling kecama adalah memaparkan gagasan lahirnya pancasila.
Selain ketiga orang diatas, ada lagi yang lebih luar biasa yaitu Nelson Mandela Berjuang sampai titik darah penghabisan, itu yang bisa penulis gambarkan tentang perjuangannya. Dimana karena memperjuangkan bangsa kulit hitam dirinya pernah di penjarakan selama 5 Tahun oleh resim barat, lima tahun dipenjarakan bukan siksaan dan ukuran untuk menghentikan perjuangannya melainkan didalam penjara beliau tetap semangat lagi.
Ketika dibebaskan, beberapa ide dan gagasan yang dirancangnya didalam penjara mulai diterapkannya. Politik apartheid, adalah politik yang dinantangnya. Setelah melakukan berbagai aksi yang dibuatnya mengancam keenakan para pihak barat, maka dirinya ditangka dan dimasukan ke penjara lagi, kali ini 15 Tahun, apakah dia menyerah dengan semua itu, tidak? Malahan setelah dirinya dibebasakan dia bisa bawah rumpunnya, kulitnya, bangsanya bebas dari belenggu barat.
Contoh diatas tentunya beberapa tokoh dan pahlawan yang menguncang dunia dengan pengabdian dan pengorbanannya. Mereka menguncang dunia bukan karena mereka banyak duit (orang mampu), bukan karena mereka anak raja, mereka anak sekolah tinggi. Tetapi semangat dan komitmen yang mereka ambil yang perlu kita pelajari.
Ada beberapa sifat serta prinsi seorang pahlawan yang perlu untuk kita sama-sama pelajari dan contohi. Sifat seorang pahlwan, yang pertama berani memulai, kedua berani mengambil resiko, ketiga bertahan dibawah tekanan, keempat tidak egois (mau kerja sendiri) yang terakhir adalah berani melangkah dan bertindak. Menurut saya prinsip ini bisa ditunjukan beberapa pahlawan diatas.
Tetapi lain halnya dengan pengecut, mereka tidak berani mengambil resiko, ingin serba instant, tidak berani memulai, hanya pintar bicara dan lain sebagainya. Mereka semua berada di bahwa gelombang yang terombang-ambing, kemanapun mereka mudah diarakah, mudah dikendalikan, bahkan muda juga diajak merusak.
Pilihan ada ditangan kita, mau jadi pengecut, apa mau menjadi pahlawan. Soekarno bisa menyerah dengan keadaan ketika dirinya harus dipenjarakan di asingkan ke beberapa daerah terpencil di Papua. Ibn Saud juga demikina, bisa saja dirinya tidak berdaya apabila memikirkan dirinua sendiri yang selalu dijadikan musuh terberat oleh belanda. Apalagi Nelson Mandela, yang dipenjarakan berkali-kali namun tetap komit dengan prinsipnya untuk menggapai mimpinya (tentang mimpi akan saya bahas di tulisan lain)
Mau jadi pemimpin adalah pilihan hidup, dimana kita mau memilih diri kita untuk sengsara, menderita, terasingkan dan lain sebagainya. Demikian halnya dengan menjadi pengecut juga adalah pilihan hidup. Dimana kita akan diterima, hidup serba ada, hidup dijamin namun ujung-ujungnya kebenciaan yang akan kita tanggung.
Semoga kita tidak salah pilih, tetapi alangkah baiknya sebelum memilih kita minta Tuhan untuk menindakalnjuti pilihan kita. Apakah kita layak diposisi itu ataukah orang lain lain yang layak, karena berbicara mengenai pahlawan dan pengecut adalah pilihan hidup yang siap ditanggung enak, siap juga ditanggun tidak enaknya. Semoga Tuhan kehendaki kita menjadi pahlawan.
Tuesday, January 20, 2009
Pemekaran Kabupaten Intan Jaya Untuk Siapa??
Mimpi yang telah lama di impikan oleh masyarakat Intan Jaya akhirnya telah menjadi kenyataan, dengan disahkannya pembuatan rancangan undang-undang oleh DPR RI dan Mendagri Rabu (29/10) lalu di Senayan Jakarta bersamaan dengan satu Kabupaten lainnya di Papua seperti Kabupaten Deyei dan satu Kabupaten lagi di Provinsi Papua barat yakni Kabupaten Temberau.
Pemekaran wilayah baru di Papua nampaknya seperti fenomena gunung es yang tidak bisa terbendung lagi. Jakarta dan “raja-raja kecil” di Papua memberi alasan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Apa betul dengan pemekaran rakyat akan lebih sejahtera? Beberapa fakta menunjukan tidak demikian, malahan semakin menambah luka batin warga di daerah Pemekaran.
Melihat berbagai usaha dan kerja keras dalam hal ini terkait pemekaran Kabupaten Intan Jaya sebagai warga asli Kabupaten Intan Jaya, kita harus berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang dengan tabah dan sabar dalam segala kesibukan kantor dan keluarga mereka yang masih meluangkan waktu untuk pergi urus pemekaran daerah baru ini. Dan ini suatu pekerjaan mulia yang perlu untuk di acungkan jempol.
Ketika persetujuan dibentuk rancangan Undang-Undang pembentukan Kabupaten Intan Jaya, warga Moni seantoro Indonesia tentunya akan bersorak kegirangan karena akan melihat sebuah daerah baru yakni tanah leluhur mereka bisa berdiri sendiri. Sebenarnya kalau mau jujur di balik tawa canda mereka tersimpan beribu pertanyaan. Yang mana pertanyaan itu harus di jawab agar ada kemajuan yang singnifikan saat roda pemerintahan di Kabupaten Intan Jaya dijalankan.
Sebenarnya sangat tidak enak menjadi seorang pengkritik. Apalagi sampai memilah dan memilih mana lawan dan kawan. Tapi entahlah, tujuan utama tulisan ini bukanlah sebuah tulisan yang dibuat untuk menghasut seluruh lapisan Masyarakat, Mahasiswa dan Pelajar Moni yang ada di dimanapun untuk bersuara menolak pemekaran Intan Jaya.
Karena pemekaran Kabupaten Intan Jaya sendiri adalah sebuah harapan yang telah rakyat Kabupaten Intan Jaya dalam hal ini suku Moni harapkan. Dimana sebuah harapan ini telah menjadi kenyataan, dan sayang sekali kalau mau di nyatakan untuk menolaknya.
Namun inti utaman dari pada tulisan ini mengajak siapapun yang peduli dan ibah dengan kondisi rill masyarakat Intan jaya (sugapa, red) untuk lebih bersuara agat tidak ada pembodohan dan pembodohan yang pemerintah dan pejabat lakukan terhadapa warga setempat terutama warga Moni sendiri. Kaum terpelajar mempunya fungis penting untuk mengontrol kinerja ini.
Karena beberapa pengalaman menunjukan demikian. Daerah Operasi Baru (DOB) yang baru dimekarkan akan menjadi ajang perebuatan kekuasaan, jabatan, uang serta hal lainnya. Dimana selalu dan selalu masyarakat setempat yang jadi korban. Para pejabat saat pergi urus pemekaran, selalu bilang mereka berjuang untuk rakyat, nyatanya kadang saat menjabat mereka lupakan jembatan yang selama ini mereka pakai untuk mendapatkan semua itu. Hal ini bias di istilahkan seperti kacang lupa kulit.
“bapak tolong dengarkan yang kami bicara saat ini, karena ketika Intan Jaya beroperasi kalian-kalian ini yang akan menjadi penjabat, dan kami warga kecil akan jadi penonton. Jadi tolong hargai pendapat kami orang kecil” kata salah satu bapak saat berlangsung pertemuan masyarakat dan beberapa pejabat dari Intan Jaya di Gerbang Sadu, wadio beberapa saat lalu.
Sebenarnya dosa dari para pejabat dan birokrat yang selalu “egois” itu rakyat sudah paham. Tapi apa boleh buat, mereka hanya rakyat kecil yang tidak pernah di berikan kesempatan untuk bersuara. Suara mereka selalu di anggap sebagai suara “sampah” sehingga untuk demokrasi di Papua terutama di daerah Operasi Baru sudah mati. Matinya demokrasi, sekaligus mematikan semangat rakyat kecil.
Padahal kata Abraham Lincol, Presiden Amerika Serikat yang ke-16 bahwa “Negara ada dari rakyar, oleh rakyat dan untuk rakyat” pada intinya semua kembali kepada apa yang di sampaikan rakyat. Ada rakyat sehingga Daerah Operasi Baru (DOB) bias di bentuk, ada rakyat sehingga para pejabat bisa terima uang, ada rakyat sehingga ada jabatan untuk para pejabat jadi omong kosong kalau ada pemekaran karena seorang pejabat. Usaha yang dilakukannya-pun akan sia-sia kalau rakyat tidak mendukung.
Pertanyaan penting yang harus di jawab oleh semua kita, pemekaran Intan Jaya untuk siapa? Apa untuk para pejabat yang selalu haus akan sebuah jabatan ataukah untuk rakyat jelata di kampong-kampung yang selalu menangis karena ketidakberdayaan mereka.
Beberapa peristiwa menyakitkan yang terjadi dengan ulah pemekaran sebuah wilayah. Dimana semua itu yang ujung-ujungnya rakyat jelata yang menjadi korban. Dan hal ini sangat tidak etis atau disayangkan sekali. Beberapa peristiwa itu seperti di bawah ini.
Gubernur Papur Barat, Bram Oktovianus Ataruri kecewa dengan tidak terpilih dirinya pada Pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Papua beberapa saat lalu. Bisa di katakan kalah bersaing dengan Jap Salosa (alm) sehingga dengan gigihnya memperjuangkan terbentuknya Provinsi baru yang saat ini di kepalainya. Sifat Egoisme dan Kecemburuan yang terlihat dalam perkara ini. Padahal tidak semua rakyat Papua Barat menghendaki sebuah pemekaran.
Setelah Provinsi Papua Barat di mekarkan, giliran mereka kalang kabut dengan pembagian dana Otsus. Karena amanat UU No. 21 Tahun 2001 di berikan hanya untuk Provinsi Papua. Sehingga hal ini lebih mempersulit pemerintahan dan pengambilang kebijakan. Jakarta membuat rakyat Papua konflik dengan hal ini. Bahkan di isukan akan ada pembentukan MRPB, yang mana semua ini sudah keluar dari jalur Undang-Undang. Lagi-lagi konflik dan pertikaian yang mereka ciptakan di Papua. Ini ulah pemekaran bukan??
Beberapa saat lalu, mahasiswa Mamberamo Raya di Jayapura beroreasi di depan Kantor Gubernur Provinsi Papua, yang mana mereka (red, mahasiswa) menilai Bupati Pejabat sementara yang di berikan jabatan karir telah di duga korupsi uang rakyat. Padahal kabuapten ini di mekarkan seumu biji jagung alias “baru sekali” memalukan, hal ini bias di gambarkan dengan pejabat seperti demikian. Ini ulah pemekaran, bukan?
Kabupaten raja Ampat adalah kabupaten yang kaya dengan kandungan nikelnya. Sehingga tidak heran banyak pengusah berebut. Yang kalang kabut pejabat bupatinya pada saat Marcus Wanma, Lagi-lagi rakyat di buat terpasung dengan segala ketidakberdayaan, ketika pejabat Bupati Marcus Wanma yang ada pada saat itu memberikan ijin banyak perusahan beropeasi di daerah itu.
Giliran bupati terpilih memerintah, beberapa pengusaha di cabut ijin operasional hal ini menimbulkan keresahan di tubuh masyarakat sampai saat ini. Yang dimana rakyat lagi-lagi menangis karena nasib buruk yang mereka alami dengan perampasan yang di lakukan beberapa pengusah, semena-mena yang Bupati terpilih raja ampat lakukan untuk menarik ijin operasional itu semakin menambah luka batin warga masyarakat. Yang ujung-ujung semakin meragukan kesungguuhan dari para pejabat untuk lebih memberdayakan rakyat.
Selain itu, di media masa beberapa saat lalu kembali di ributkan dengan ketidaksetujuan beberapa kaum Intelqtual dari Kabupaten baru, yakni Kabupaten Dogiyai yang dimana mengkritisi kebijakan bupati karateker yang memberikan porsi 70% kursi pemerintah di Dogiyai untuk orang pendatang. Hal ini jelas-jelas sangat melacuri semangat masyarkat setempat untuk menerima sebuah pemekaran.
“saat dogiya mau di mekarkan, para pejabat mengatakan bahwa dogiyai itu masyarkat di atas punya, tra orang dari luar yang boleh duduk diatas, giliran setelah di mekarkan semua kalang kabut, masyarakat di atas yang SDM-nya mampu di lupakan begitu saja. Saya bingung nih, dogiyai dimekarkan untuk siapa? Terang salah satu bapak beberapa saat lalu di seputaran Pasar Oyehe.
Jangan sampai Kabupaten Intan Jaya di mekarkan untuk para serigala berbulu domba yang selalu haus dan lapar akan jabatan, kedudukan serta uang. Karena itu hal ini perlu sekali untuk di antisipasi. Ketika Intan Jaya beroperasi dan ada ketidakbenaran yang di lakukan kaum terpelajar mempunyai andil yang sangat besar dalam mengkritisi semua itu. Kebenaran harus benar, tidak bisa benar dan salah di gabungkan. Kebenaran selalu mutlak apabila benar, kesalahan tetap salah apabila salah.
Inti utama pemekaran harus kembali seperti yang pernah Abraham Lincoln katakan. Karena beberapa pejabat di Papua sering membalik slogan itu. Yang mana dari pejabat, oleh pejabat untuk pejabat. Slogan seperti ini selalu di pakai di tanah Papua, terutama para pejabat Papua yang “tidak tau diri”.
Para pejabat Papua yang selalu haus dan lapar akan jabatan, harus paham betul dengan kerinduan yang raykat sampaikan. Jangan jadi kalang kabuat dengan kepentingan-kepentingan tertentu. Mau jadi pejabat atau pemimpin di Kabupaten Intan Jaya, harus gantungkan dulu sifat egoisme. Ketika ada beberapa jabatan dan kedudukan yang akan di berkan kepada para pejabat yang Egoisme, saya dan beberapa mahasiswa akan punya andil yang sangat besar dalam mengkritisi kebijakan ini.
Pemekaran harus menjawab kerinduan masyarakat di Kabupaten Intan Jaya. Pemberdayaan masyarakat di Kabuapaten Intan Jaya harus di perhatikan. Rakyat butuh uluran tangan dari pemerintah, rakyat butuh topangan dari pemerintah, rakyat butuh jamahan dari pemerintah. Berikan kepercayaan kepada rakyat Intan Jaya dengan hal-hal yang benar. Yaitu, memerintah dengan asas kebenaran, bukan dengan asas kemunafikan. Maka mereka akan memercayai kalian para pejabat.
Berikan kesempatan yang lebih kepada kaum terpelajar dari masyarat Intan Jaya. Berikan kepercayaan yang mendalam kepada mereka untuk memberdayakan sanak-saudara mereka. Mampukan, mereka untuk mengatur daerah-daerahnya. Karena inti utama dari pemekaran haruslah demikian, yaitu memberdayakan mereka yang memiliki tanah ada di Kabupaten Intan Jaya.
Pertanyaan diatas akan terjawab, ketika masyarakat Moni yang ada di Intan Jaya di berdayakan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pertanyaan di atas akan terjawab juga ketika para pejabat memerintah Intan Jaya dengan semau-maunya tanpa memperhatikan asas kebenaran. Semoga jawaban yang terbaik dan benar yang bisa kita terima bersama, karena warga masyarakat Intan Jaya juga mengharapkan yang demikian. Dan kita tinggal tunggu, jawaban apa yang akan terjawab sesuai perkembangan.
Monday, January 05, 2009
Gempa Manokwari dan Pelajaran Hidup
Gempa yang menguncang Kabupaten Manowari Provinsi Papua Barat Minggu (04/09) adalah pelajaran terpenting dalam hidup yang harus di ambil maknaya. Korban jiwa yang tiap hari bertambah terus-menerus menunjukan bawah musibah ini bukanlah musibah yang kecil, melainkan musibah yang sangat besar.
“untungya gempa yang berkekuatan 7,6 SR tidak terjadi waktu semua orang tertidur lelap, tetapi terjadi siang hari saat habis pulang gereja,” terang Tinus warga Manokwari yang baru tiba dengan kapal KM Dorolondo beberapa jam setelah gempa di Manokwai. Lebih lanjut menurut Tinus yang berdampak menimbulkan segala kerusakan adalah gempa kedua, yang berkekuatan lebih besar.
Semua orang begitu kenal dengan segala peraturan, tata tertiba dan kedispilinan yang kota Manokwari jalani dalam membangun pemerintahannya. Dimana berbagai peraturan Daerah yang begitu ketat menjadikan kota ini sebagai kota yang damai dan aman. “kota manokwari itu sangat ketat, kami mau minum-minuman yang keras itu harus di luar kota manokwari,” terang salah satu warga yang telah cukup lama tinggal di manokwati menanggapi keasrian kota manokwari.
Perda laranga membawah dan menjual minuman keras yang mereka tetapkan menjadikan kota ini sebagai kota terbaik di seluruh Papua. Bagi beberapa kota di Provinsi Papua dan Proivnsi Irian Jaya Barat melarang masuknya minuman keras di suatu daerah berarti melarang masuknya pendatapatan daerah. Kebusukan dan keserakan yang di tunjukan, dimana di beberapa Kabupten lain minuman terus menerus berkeliaran bak jamur, dimana karena berbagai kepentingan mereke terpenuhi.
“Pemerintah Kabupaten lebih memilih nyawa dari pada uang kha, dengan setuju beredarnya beberapa jenis minuman keras di Kabupten Nabire,” Tanya salah satu teman siswa pada saat kita sama ikut seminar tentang HIV/AIDS yang katanya dampaknya bisa di timbulkan dari alcohol. Apa jawaban, “kalau mau larang minuman keras masuk di Nabire, berarti kita larang bertambah pendatapan daerah,” terang salah satu penyuluh materi dalam seminar mendapat pertanyaan diatas. Sunggu pernyatan tidak berdasar yang sangat memalukan.
Uang dan uang yang mereka pikirkan. Bukankah dana Otsus yang miliaran rupih lebih besar di bandingkan dengan pajak minuman keras yang sangat kecil. Uang di jadikan seperti sapi perah dan masuknya Minuman keras.
Kota manokwari, kota yang di kenal sebagai kota injil. Saat abad ke-16 lalu Ottow dan Geessler masuk di Papua tepatnya di pulau mansinam, dimana dengan nama Tuhan mereka menginjakan kakinya disana. Yang sekaligus menandakan masuknya injil Tuhan di bumi Papua. Kota injil, lagi-lagi Tuhan berikan waktu dan pelajaran untuk tabah menghadapi godaan seperti ini. Tuhan ingin, menjadikan kota Manokwari dewasa dengan musibah yang ada.
Beberapa hari kedepan, kita akan merayakan masuknya injil di bumi Papua. Tidak tau, maksud Tuhan apa?? Sehingga musibah di ijinkannya bertepatan dengan semakin dekatnya hari itu.
Selain itu, Tuhan mengijinkan hal ini terjadi agar pemahaman setiap orang mengenai kebesaran keadilan Tuhan tidak sempit. Dia ingin kita memahami-Nya dari segala sisi, bukan dari sisi kemanusiawi kita. banyak orang percaya kepada yesus, tetapi tidak pernah memahami yesus secara dekat.
Tuhan juga ingin, para petinggi yang ada di Kabupaten Manokwari berkoreksi diri. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih bersandar pada-Nya, lebih mengandalak dia dalam segala pekerjaan. Kemudian mentaati segala sumpah janji yang pernah di ucapkan untuk rakyat.
Pdt Anes Kafiar pernah berkata, orang yang hidup jujur di tanah ini akan makan dengan kenyang, tetapi orang yang hidupnya tidak benar akan mati di atas tanah ini dengan ganas. Nubuatan ini harus di pahami secara luas oleh semua kita, agar kita tidak menjadikan tanah Papua sebagai sampah kehidupan.
Sumber Gambar http://www.go2flashlink.com/wp-content/uploads/2007/04/internet-tutup.jpg
Sunday, January 04, 2009
Apa Benar Pemekaran Untuk Rakyat Papua??
Pemekaran bagaikan fenomena gunung es yang tidak bisa dibendung lagi, khususnya tempat saya di Papua. Hal ini tentunya mengungtungkan masyarakat setempat, karena tujuan utamanya tidak lain untuk meningkatkan pelayana masyarakat. Tetapi yang menyakitkan dan menyebalkan hal ini (red:pemekaran) bukan dijadikan kesempatan untuk memajukan masyarakat, malahan dijadikan ajang untuk memerkaya diri para penguasa.
Saya secara pribadi, jengkel dan jengkel dengan hal ini, sehingga secara tidak langsung saya menyuarakannya dalam sebuat tulisan ini. semoga tulisan ini menjadi suara dari rakyat miskin di Papua.
Salah satu tujuan utama diadakannya pemekaran berbagai Kabupataen baru seperti Dogiyai, Kamu Tengah, Lani Jaya, Mamberamo Tengah, Nduga dan beberapa saat lalu dimekarkannya Provinsi Irian Jaya Barat oleh Menteri Dalam Negeri adalah untuk tujuan mempercepat pembangunan dan lebih mensejahtrakan rakyat pribumi. Melihat gencar-gencarnya pemekaran berbagai Kabuptaen baru seperti ini memberikan suatu pertanyaan kepada kita khayalak umum terlebih khusus bagi yang berpendidikan ada apa sih dibalik semua pemekaran itu.
Dengan tujuan utama diatas memberikan suatu pertanyaan buat kita betulkah tujuan utama pemekaran adalah mempercepat pembangunan dan mensejahtrakan rakyat pribumi seperti yang telah dicanangkan terlebih dahulu. Sedikit menanggapi pernyataan diatas bahwa para penjabat daerah yang mati-matian memperjuangkan agar daerah baru bisa dimekarkan perlu tinjau dan menoleh kebelakang bahwa Otonomi Khusus telah diberlakukan sejak dikeluarkannya Undang-Undang No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus tujuh tahun yang lalu, tetapi apakah percepatan pembangunan dan kesejahtraan masyarakat pribumi di Provinsi Papua telah terlihat dan nyata wujudnya.
Banyak orang beralasan termasuk para penjabat daerah maupun para penjabat yang duduk di Provinsi bahwa kurang adanya sosialisasi tentang Otonomi Khusus ke daerah pelosok-pelosok pantai maupun ke daerah pedalaman-pedalaman pegunungan sehingga membuat Otonomi Khusus belum begitu dirasakan manfaatnya oleh seluruh kalangan masyrakat yang ada di Papua.
Jadi tidak berhasilnya pembangunan dan tercerai-berainya kesejahtraan rakyat pribumi sejak dicanangkannya Otonomi Khusus tujuh tahun lalu adalah alasan kurang adanya sosialisasi. Ini juga memberikan sebuah pertanyaan kalau kurang adanya sosialisasi kedaerah-daerah pelososok baik pedalaman maupun pantai kira-kira siapa yang bertugas didalamnya untuk membantu mensosialisasikan hal itu. Apakah para penjabat meminta agar masyarakat sendiri membantu dalam mensosialisasikan atau meminta kepada mahasiswa-mahasiswi yang selalu dipusingkan dengan pelajaran dibangku kuliah yang membantu mensosialisasikan, ataukah meminta kami para pelajar yang masih duduk di bangku Sekolah Menegah Atas yang membantu dalam mensosialisasikannya.
Hal ini tidak bisa kita sebelah matakan, karena sebagaimana dana Otonomi Khusus yang dikucurkan tidak pernah mengalir kepada kami para mahasiswa, pelajar maupun kami para masyarakat untuk mengolahnya. Oleh sebab itu yang bertugas dalam mensosialisasikan hal ini adalah kalian para penjabat daerah yang telah dibebani dengan uang kami uang Otonomi khusus yang berjumlah miliaran rupiah. Dengan demikian tugas kalian para penjabat adalah harus, keharusan disini tidak memilih-milih dalam mensosialisasikan Otonomi Khusus sampai kepada pelopsok daerah Papua.
Kami orang awam mengerti bertul banyak alasan yang akan kalian pakai untuk tidak mensosialisasikan hal ini yaitu Otonomi Khusus kepada kami orang awam yang tidak berpendidikan. Berbagai alasan itu diantaranya mungkin kalian takut terhadap gigitan nyamuk didaerah kami yang menyebabkan malaria, kalian juga takut berjalan didaerah-daerah yang berbukit-bukit karena kalian selalu keenakan dengan mobil Inova maupun avanza, dan kalian juga takut untuk beristrahat malam di gubuk maupun honai yang kami miliki dan bangun karena kalian selalu tertidur lelap dengan tenang di spring bed miliki kalian yang sangat empuk.
Kalian memberikan berbagai alasan tersebut tetapi kalian tidak memikirkan bahwa dulunya kalian juga seperti kami sebelum kalian menjadi orang besar saat ini, dan terlebih lagi kalian juga tidak berpikir tempat tidur yang jijik, jalan-jalan yang tidak rata dan membingungkan dan nyamuk-nyamuk pengundang malaria yang kalian takutkan itulah yang selalu batin kami hadapi dan kami tertindas menghadapinya. Saat kami menghadapi berbagai cobaan dan tantangan menghadapi berbagai hal tadi membuat kami tersisik dan kami harus menyerah dengan keadaan yang membuat kami harus pulang kerumah bapak di surga. Disaat kami pulang ke rumah bapak disurga kalian menyebutnya bahwa angka kematian di Papua sangat tinggi itu semua salah kalian karena kalian tidak memperhatikan semua keluh kesah kami dalam menghadapi hidup di daerah yang penuh dengan emas permata.
Diatas merupakan sebagian dari keluh kesah yang ingin mereka keluhkan seandainya kalau mereka diberikan kesempatan untuk memberikan aspirasi mereka kepada para pejabat. Dengan melihat itu tidak puaskah kalian para penjabat untuk tetap membunuh mereka dengan alasan pemekaran. Dua orang aktivis pemekaran yang telah nyata-nyata memperjuangkan agar Papua bisa terpecah belah adalah Gubernur Irian Jaya Barat Bapak Abraham Oktovianus Ataruri. Kepiawaian dan kegigihannya dalam mengusahakannya sehingga saat ini Provinsi Irian Jaya Barat telah berdiri sendiri. Selain itu Bupati Kabupaten Nabire bapak Anselmus Petrus Youw, yang dengan sabar dan tabah masih memperjuangkan berdirinya Provinsi Irian Jaya Tengah.
Coba tinjau dan amati kembali apakah Nabire tempat sang aktivis memimpin sudah maju dan berkembang khususnya mensejahtrakan masyarakat Papua. Berjualan di emperan-emperan tokoh bahkan dibahwa tanah adalah kewajiban para tuan tanah yaitu mama-mama orang Papua, dan kalau diamati semua orang pendatang berjualan di daerah-daerah yang aman dan terjamin seperti dilos-los dan diatas meja-meja yang telah tersedia dengan baik. Cara seperti ini apakah bisa dikatakan masyarakat Papua sudah sejahtara dan pembagunan telah menyentuh masyarakat Papua terlebih khusus mereka yang di Nabire. Fakta ini dapat saya katakan karena saya sendiri yang telah mengunjungi beberapa pasar di Nabire.
Dengan demikian tujuan apalagi berapi-api untuk memekarkan Provinsi baru contohnya Irian Jaya Tengah, kalau saja Kabupaten atau daerah kecil yang dipimpin masih disebelahmatakan dan masih disampahkan. Dalam kepemimpinan sangat erat kaitannya dengana kepercayaan. Siapa yang bisa memimpin dengan baik dan benar maka otomatis siapapun termasuk sang pencipta akan mempercayainya sehinggan kedudukan maupun jabatan akan segera dipercayakan kepadanya. Kalau begitu percayakah masyarakat daerah kepada para aktivis pemekaran sehingga mereka mati-matian memperjuangkan ke Departemen Dalam Negeri untuk tetap memekarkan daerah baru di Papua.
Kesadaran dalam memimpin dan berorganisasi sangat diperlukan, jd siapapun kita perlu menyadari dan berkoreksi diri kira-kira kita berada diposisi yang mana sehingga dalam melangkah tidak salah dan berbenturan. Jangan kita mati-matian mengusahakan sesuatu kalau saja hasil nol alias tidak ada kepercayaan dari orang lain kepada kita. Setiap manusia mempunyai pikiran dan akal budi untuk menyadarinya, apalagi mereka yang berpendidikan dan pengalamana dalam berorganisasi maupun memimpin. Nah yang menjadi pertanyaan buat kita mereka sudah menyadari maupun mengetahui kelemahan yang telah mereka miliki, namun kayaknya mereka para aktivis pemekaran tidak memperdulikan kelemahan mereka. Dengan demikian ada apa dibalik semua itu?
Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang alumni mahasiswa Instut Seni Indonesia Denpasar-Bali dalam perbincangan tersebut beliau mengukapkan suatu kalimat secara tidak sengaja namun kalimat ini menjadi perenungan dalam hidup saya, kalimat itu berbunyi demikain “ deh tau nggak kalau uang dan Roh Kudus telah berada di posisi yang sama dan sederajat, malahan posisi uang saat ini jauh lebih tinggi” dengan berusaha menyimak maupun memahami pernyataan tadi saya agak kaget bahkan heran betul juga pikirku saat itu.
Memikirkan hal tadi saya coba menyambungkannya dengan keadaan yang sedang terjadi di Papua, terkait adanya juga berbagai aktivitas pemekaran. Apakah aktivitas itu didasari oleh tujuan yang benar, yaitu dengan tujuan mempercepat pembangunan baik dalam sektor ekonomi, sektor budaya, sektor pendidikan dan sektor lainnya yang masih ketinggalan dengan daerah lain ataukah tujuannya adalah mencari uang untuk memupuk kekayaan dan memamerkannya kepada masyarakt umum ataukah masih ada tujuan lain yang terselubung yang dapat menguntungkan dirinya sendiri.
Dengan berpikr sejenak sayapun mengambil kesimpulan kalau saja berbagai hal tadi tidak dilakukan atas nama uang adakah diantara para penjabat daerah yang berjuang mati-matian untuk pemekaran daerah baru dengan mengorbankan uangnya sendiri. Kalau saja ada para penjabat yang mengorbankan uangnya untuk aktivitas pemekaran itu bisa dikatakan wujud kepeduliannya dan kecintaanya kepada majunya daerah Papua, tetapi jangankan mengorbankan uang sendiri tetapi mengorbankan uang rakyat untuk aktivitas tersebut bahkan ada lagi yang mengorupsinya apakah hal ini bisa dikatakan sungguh-sungguh dalam memikirkan pembangunan dan mensejahtrakan rakyat Papua. Ingat jangan jadikan uang sebagai segalanya sehingga membuat Papua terpecah belah dan yang ujung-ujung menguntungkan para kalangan atas.
Saya berani membicarakan hal ini karena sebagaimana saya membaca di surat kabar Suara Perempuan Papua beberapa saat lalu yang memberitakan tentang demo nuntut mundurnya Bupati Kabupaten Mamberamo Tengah oleh gabungan mahasiswa dari Mamberamo Tengah. Heran bukan baru menjabat seumur biji jagung langsung diminta untuk segera mengudurkan diri. Alasan berbagai macam diantaranya korupsi uang rakyat, lebih sering tinggal di Jakarta padahal jakarta bukan tempat tinggalnya, dan sering berpergian keluar negeri tanpa alasan. Itukah bukti keuntungan dari pemekaran, seperti itukah orang-orang yang menyebut dirinya untuk ingin membangun Papua. Apakah pemekaran menghasilakan generasi Papua yang berbobot.
Banyak orang mengistilahkan orang-orang Papua sepert tikus mati diatas lumbung padi. Hal ini tidak bisa kita mengelahnya karena memanga betul Papua memilki berbagai sumber kekayaan alam yang berlimpah-limpah tetapi sampai sat ini yang menikmatinya bukan kita tetapi orang luar. Sebagaimana hal ini dikatakan karena beberapa saat lalu terjadi kelaparan hebat di Yahukimo, dan juga beberapa saat lalu didaerah Pania. Dari pengalaman diatas perlu untuk para penjabat daerah yang sedang menajabat maupun para penjabat yang sedang mengusahakan untuk memekarkan suatu daerah baru. Bahwa tidak ada cara lain selain memimpin suatu daerah dengan menanamkan sikap kepedulian.
Kalau saja sikap kepedulian telah tertanam dalam hati seluruh penjabat Papua, maka dengan sendirinya korup si yang selalu dianggap sebagai budaya Papua akan terkikis habis karena sikap kepedulian berbicara mengenai rasa kemanusiaan. Rasa kemanusian sangat anti dengan sifat keegoisan. Peduli disini tidak berbicara mengenai peduli hanya untuk mencari jabatan saja melainkan untuk kemajuan Papua yang lebih baik dan makmur sehingga kedepannnya Papua bisa menjadi berkat bagi seluruh dunia terlebih Khusus bagi tanah Indonesia tempat kita berpijak.
Sumber gambar:
http://www2.kompas.com/photos/NUSANTARA/20070306row1.jpg
Saturday, January 03, 2009
Sugapa, Kota Atas Awan
Udara pagi terasa dingin membeku, suasana hening sesekali diselingi gemuruh angin yang menghantam tebing dan menghilang setelah menyusuri lembah. Hangatnya kehidupan mulai terasa ketika terdengar suara anak-anak memuji Tuhan, pujian itu membawa harapan dan cerita akan masa depan bagi setiap orang yang tinggal jauh dibalik gunung berbalut awan dan hampir tak terjangkau . ( Oleh : F.W. Manshande)
Tulisan ini bisa di baca juga dalam www.anakindonesiamembangun.org Catatan kecil diatas sebetulnya sudah mewakili seluruh keberadaan Pelayanan Pesat di pedalaman Sugapa, melalui TK Cenderawasih. Sama seperti sekolah yang ada di Nabire, TK Cenderawasih mendidik anak-anak dengan pola Asrama.
Bedanya anak-anak yang dididik belum semua mengenal bahasa Indonesia, dan betul-betul masih membawa karakter khas pedalaman. Pendidikan utama ditempat seperti ini sebetulnya bukan terletak pada bidang akademis, namun lebih diutamakan pada impartasi kehidupan dari guru dan pengasuh kepada setiap murid. Mandi, gosok gigi, makan teratur, dan pola hidup sehat adalah bagian dari impartasi yang terjadi. Proses impartasi ini bisa berjalan dengan baik karena mereka hidup bersama dalam satu lingkungan kecil yang disebut Asrama. Apa yang dilakukan oleh guru atau pengasuh, itulah yang dilihat dan ditirukan oleh anak-anak, sebagai sebuah pelajaran kehidupan.
Semua itu berlangsung setiap hari selama satu tahun dengan tetap disertai pendidikan kerohanian dan akademis. Setelah usia masa satu tahun, anak-anak yang mengalami perkembangan, dikirim ke Nabire untuk melanjutkan pendidikannya, dan tanpa terasa anak-anak yang pertama kami didik sekarang sudah lulus SMP dan akan masuk SMA di Nabire.
Beberapa anak Sugapa yang melanjutkan sekolah di Nabire memiliki prestasi yang sangat bagus. Hal ini sangat membanggakan kami, dan ini adalah bukti bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam mengutus dan menempatkan setiap pelayanan.
Sebelumnya kami tidak pernah mengetahui bahwa di pedalaman seperti Sugapa ada anak-anak yang hebat, dengan ini kami semakin yakin bahwa Papua memiliki putra-putri terbaik yang siap memberkati dunia. Kami juga melihat, bahwa bahwa pelayanan kami harus ditingkatkan lagi, karena kami menemukan anak-anak yang sudah lulus TK Cenderawasih namun tetap tinggal atau tidak dilanjutkan ke Nabire, mereka kembali lagi pada kehidupan semula.
Asrama Agape, (oktopogau.com) Sebetulnya kami terbeban untuk lebih maksimal lagi di Sugapa, termasuk bisa menjangkau dan terus melayani anak-anak yang tidak melanjutkan ke Nabire. Tetapi semua harus direncanakan dengan matang, karena untuk menjangkau Sugapa diperlukan biaya yang cukup besar. Salah satu kendalanya adalah sarana transportasi, Sugapa hanya dapat dijangkau dengan pesawat terbang. Sehingga semua kebutuhan menjadi sangat mahal, untuk itu kami membuka diri untuk bekerjasama dengan mereka yang memiliki hati untuk kemajuan Pendidikan Papua.
Tahun lalu, kami telah membangun gedung TK berkat dukungan dari Yayasan Patmos, tahun ini kami masih punya beban untuk membangun kembali Asrama, karena sejak pertama dibangun belum pernah diperbaiki.
Biarlah Tuhan memberkati kerinduan anak-anak Sugapa untuk membangun kota atas awan, sehingga pujian itu membawa harapan dan cerita akan masa depan bagi setiap orang yang tinggal jauh dibalik gunung berbalut awan dan hampir tak terjangkau, menjadi nyata.
Thursday, January 01, 2009
Pilkada Nabire Tertunda, Dosa KPUD Nabire
Tulisan ini saya buat hanya mewakili kekecawaan Publik di Nabire mengenai Pilkada Nabire yang kalang kabuat sampai saat ini. Para Pejabat menginginkan Pilkada Nabire di tunda, dengan beberapa kepentingan yang sangat menguntungkan mereka. Mereka buta dengan hal ini, mereka yang tidak tahu yang rakyat Nabire selalu dan selalu bergumul untuk melihat siapa pemimpin baru yang akan memimpin Nabire di tahun yang baru.
Entahlah....kita orang kecil, hanya bisa menyuarakan semua keluh kesal itu lewat media. Yang kadang kala suara kita para pejabat umpamakan seperti anjing gigi ompong yang gong-gong terus menerus tanpa menerkama maupun menggigit. Silakan simak, agak keras sihh Tulisan.
Beberapa tahapan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Nabire telah di berlangsungkan dengan baik, mulai dari pendaftaran kandidat, penyampaian visi misi, penetapan pasangan, pencabutan nomor urut serta kampanya namun tinggal satu tahapan dari semua tahapan yaitu pencoblosan.
Warga masyarakat Kabupaten Nabire tentunya akan bertanya-tanya, kenapa sih hari pencoblosan belum di putuskan sampai saat ini, padahal beberapa tahapan telah di lalui oleh para kandidat dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Tentunya pertanyaan ini akan terus menerus menjadi hayalan dalam segala perbincangan masyarakat di Kabupaten Nabire.
Beberapa alasan dari KPUD Nabire terkait belum di putuskannya hari pencoblosan karena Pilkada Nabire menurut melanggar undang-undang dan aturan yang berlaku di negeri ini. Sebenarnya tidak seperti itu, semua itu terjadi karena KPUD Nabire terlalu banyak berharap kepada KPU Pusat dan KPU Provinsi. KPUD Nabire seakan-akan sangat berharap kepada KPU Pusat dan KPU Provinsi sebagai dewi yang akan menetukan dan mensukseskan Pilkada Nabire. Padahal tidak, sukses dan tidaknya Pilkada Nabire adalah kewenangan penuh dari KPUD Nabire sebagai lembaga independent yang di bentuk dan di angkat oleh warga masyarakat kota Nabire. KPU Provinsi dan KPU Pusat hanya pengawas jalannya Pilkada Nabire.
KPUD Nabire dalam hal ini telah salah besar, karena terlalu berharap banyak kepada KPU Pusat KPU Provinsi. bayi yang masih menyusui, dan menangis tersedu-sedu ketika tidak diberi susu oleh ibunya, itu yang bisa kita gambarkan kepada kinerja KPUD Nabire yang masih sangat belia dan lamban. Dengan cara kerja seperti ini tentunya semua kita akan bertanya kalau begitu mereka (KPU Nabire, red) di angkat karena memiliki kemampuan atau kelebihan dari segi apa??
Masih ingat dengan pernyataan bapak Yap Marey sebagai tokoh politik dan tokoh masyarakat Kabupaten Nabire di depan Ketua KPUD Nabire pada saat bertatap muka langsung dengan masa dari Aliansi Masyarakat Peduli Pilkada Nabire, yang bagaimana minta supaya KPUD Nabire tidak membodohi dirinya sendiri dan membodohi masyarakat Kabupaten Nabire. “ingat pesta ini adalah pesta rakyat, bukan pesta para kandidat kalau bapak sudah pintar, jangan bikin bodok bapak dengan bikin bodoh kita lagi,” terang marey dengan geram. Setidaknya, pernyataan ini menjadi pelajaran penting bagi anggota KPUD Nabire yang baru. Karena rakyat Nabire saat ini, bukan rakyat primitive seperti dulu yang bagaimana bisa di bodohi.
Yang sangat mengherankan, KPUD Nabire dengan beraninya mengatakan bahwa semua tahapan dalam Pilkada Nabire telah sesuai aturan dan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini. Padahal kalau mau di kaji secara dalam, ada beberapa tahapan yang telah keluar juga dari aturan perundang-undangan. “Semua tahapan dalam Pilkada Nabire telah diberlangsungkan dengan baik, tidak ada yang cacat hukum,” terang Yusuf Kobepa SH ketua KPUD Nabire beberapa saat lalu menjawab pertanyaan masa dari Aliansi Peduli Pilkada Nabire di halaman kantor KPUD Nabire.
Maju Akan Kena Ulahnya
Pilkada Nabire kalau mau di paksakan untuk di selenggarakan tahun ini, sangatlah tidak mungkin. Karena Pilkada Nabire telah keluar dari jalur hokum yang berlaku di negeri ini. Mulai keluar dari UU No 32 dan UU No 12. kedua Undang-Undang ini adalah jaminan hokum yang pasti untuk menyelenggarakan Pilkada di seluruh Indonesia bukan di Kabupaten Nabire saja.
Penjelasan singkat yang di uraikan oleh Yusuf Kobepa, SH pada saat bertatap muka langsung dengan para pendemo dari Aliansi Masyarakat Peduli Pilkada Nabire beberapa saat lalu adalah jawaban kongkrit yang sangat masuk di akal. “Kita tidak bisa memaksa untuk menyelenggarakan Pilkada pada tahun ini, karena Pilkada Nabire akan di anggap cacat hokum oleh pemerintah pusat, selain itu Pilkada Nabire juga telah sangat menyalahi hokum yang ada di negeri ini,” terang kobepa pada saat itu di depan kantor KPUD Nabire.
Kewenangan penuh untuk menuntut penyelenggaran Pilkada di tahun ini ada di tangan masyarakat Nabire, karena menurut Presiden Amerika yang ke-16 Abraham Lincol demokrasi di suatu Negara haruslah berpusat penuh kepada rakyat, yang artinya “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” dengan demikian mempunya pengertian yang sangat rasional dimana semua ada di suatu Negara karena adanya rakyat.
Tapi dalam hal ini, tentunya rakyat harus memahami penuh bahwa tidak selamanya segala aspirasi yang rakyat sampaikan bisa di jawab penuh oleh suatu lembaga dalam hal ini KPUD Nabire, karena ada aturan, ada atasan dan ada pemerintahan yang lebih tinggi yang mengatur semua itu. Tidak salah, kalau-kalau pada saat belum melanggar segala aturan Undang-Undang baru rakyat sedemikian menuntut untuk peneyelanggaran Pilkada tahun ini. KPUD Nabire adalah sebuah lemabaga Indepent yang di duduki oleh manusia biasa, yang tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Pemaham secara dewasa dari masyarakat terhadap hal ini sangat penting.
KPUD Nabire memang mempunyai kewenangan penuh untuk menyelenggarakan Pilkada di suatu daerah, tetapi mereka (KPUD Nabire, red) juga di kordinir penuh oleh sebuah lembaga yang lebih tinggi dari mereka yaitu KPU Pusat. KPU Pusat-lah yang bertanggung jawab penuh terhadapa penyelenggaran segala Pemilihan Kepala Daerah suatu daerah bukan di Nabire saja tetapi hampir di seluruh Indonesia yang nantinya akan di teruskan kepada Presiden dan Mendagri sebagai penanggung jawab akhir.
Selain itu, kalau rakyat dan para kandidat tetap menuntut untuk adakan penyelenggaran Pilkada di tahun ini, yang jadi pertanyaan buat kita semua bagaimana nanti kalau Pilkada di Kabupaten Nabire di anggap illegal oleh Pemerintah Pusat. Perlu di pahami secara dewasa, Pilkada yang di selenggarakan secara illegal tidak akan mendapat pengakuan yang penuh dari Pemerintah Pusat. Selain itu, akibat yang di timbulkan lebih parah, dimana Pilkada Kabupaten Nabire akan di tuntut untuk di laksanakan ulang semua tahapannya. Tentunya semua kita tidak mengingkan seperti itu kan.
Kemudian kalau rakyat dan kandidat tetap beriskeras memaksa Pilkada Nabire di berlangsunkan tahun ini, nanti siapa yang mau melantik bupati terpilih di Kabupaten Nabire. Tidak mungkin Presiden, Mendagri dan Gubernur bersedia untuk melantik Bupati dan Wakil Bupati terpilih yang illegal. Kalau seperti itu nanti, kita hanya terkatung-katung bagai tak ada orang tua. Yang ujung-ujungnya kita sendiri yang semakin di persulit.
Mundur-pun Akan Kena Ulahnya
Pilkada Nabire kalau-pun di tunda tahun 2009 atau tahun 2010 ada konsekuensi yang harus di tanggung semua pihak di Kabupaten Nabire. Mulai dari KPUD Nabire, para kandidat, Partai Politik dan warga masyarakat Kabupaten Nabire. Yang dimana, semua ini tentunya sangat memukul batin kita.
KPUD Nabire sebagai lembaga penyelenggara yang telah merugikan segala aspek di Kabupaten Nabire bersedia untuk di tuntut oleh para kandidat. Papua Post Nabire, Selasa (12/23) lalu dimana di beritakan, bahwa pasangan “DAMAI” akan menuntu KPUD Nabire sebagai lembaga yang telah merugikan mereka. “saat ini Nabire aman-aman saja, tidak ada bencana ataupun gejolak. Tetapi kenapa Pilkada mau di tunda tahun 2010, terang butu dalam sumber Koran ini. Dengan penyindiran seperti itu, yang jelas dirinya akan bersedia menuntu balik pihak KPUD Nabire.
KPUD Nabire harus siap dengan segala kemampuannya apabila sampai Pilkada di tunda, karena nantinya satu persatu kandidat menuntut balik sebagai pihak yang merugikan. Seperti yang telah saya singgung, kalau-pun Pilkada di tunda ada konsekuensi yang KPUD Nabire tanggung. Diberikan kepercayaan berarti pasti mampu juga dalam mengahadapi segala persoalan dan ini menunjukan sikap “gentle” dari pada lembaga KPUD Nabire yang telah melakukan segala pembohongan dan kerugian di Kabupaten Nabire yang juga telah mengorbankan rakyat jelata yang tak tahu-menahu tentang politik.
Pada kandidat mengalami kerugian yang tak terkira hasilnya, uang yang di keluarkan untuk kampanye, pembelian baliho, poster serta segala keperluan lainnya bukan sedikit jumlahnya.“kalau tidak ada uang, siapa suruh mau calonkan diri giliran Pilkada mau di tunda tuntut sana-sini, terang Pianus Yarinap salah satu Mahasiswa USWIM Nabire beberapa saat lalu. Ketika melihat beberapa kandidat sedang ambil ancang-ancang untuk menuntut balik KPUD Nabire.
Ulah KPUD, kandidat serta warga masyarakat Nabire menjadi korban. Rakyat sendiri menjadi korban, lantaran dari hari ke hari menangis, ingin melihat siapa pemimpin yang dipercayakan nanti di tahun baru tahun 2009. tapi semua harapan dan tangisan itu, tentunya akan menjadi air mata yang sia-sia karena harus menunggu 2 tahun untuk pemilihan kalau-pun Pilkada Nabire benar-benar di tunda.
Tulisan ini hanya sebagai bahan acuan untuk KPUD Nabire sebagai lembaga yang bertanggung jawab penuh dan masyarakat Kabupaten Nabire sebagai penikmat pesta demokrasi pahami. Karena tugas pers dalam hal ini media cetak adalah mengarahkan Opini Publik yang kadang tidak menentu. Selamat menyosong Pilkada Nabire yang masih teki-teki. Dan ingat, semuanya belum terlambat. Pilihan sangat menentukan nasib Kabupaten Nabire di masa depan.
Akhir kata saya Pribadi Mengucapkan Selamat Natal 25 Desember 2008 dan Tahun baru 1 Januari 2009 untuk masyarakat kota Nabire yang beragama Nasrani. Semoga damai natal melalui kelahiran Putra-Nya Yesus Kristus menjadikan kita sebagai orang yang tetap tegar dalam menghadapi arus dunia yang kadang tidak menentu dan menusuk sanubari kita.
Sumber Gambar
www.nabire.wordpress.com